Oleh: DR. Dwi Suryanto (www.pemimpin-
Ketika asyik browsing di internet, tiba-tiba saya menemukan buku tentang Law of Attraction (LOA). Sebenarnya, saya agak skeptic membaca buku itu. Pelan-pelan isinya coba saya pahami. Banyak yang membuat saya jadi waspada ketika ada ungkapan bahwa kita lahir di dunia ini karena pilihan kita sendiri. Bahkan segala apa yang terjadi (baik atau buruk) karena kita sendiri…
Saya coba praktekkan beberapa tekniknya. Contoh, ketika saya sangat ingin menelpon kakak saya (sudah cukup lama saya tidak menelponnya)
Ketika saya ingin sayur tertentu (kacang panjang), tiba-tiba saja istri saya pagi itu langsung menawari hari ini masak kacang panjang. "Ini pasti karena LOA…," begitu saya menyimpulkan.
Maaf, saya hanya bisa memberi contoh yang kecil-kecil saja karena saya masih belum menemukan bukti bekerjanya hukum ini untuk yang besar-besar (misalnya menjadi milyarder dsb).
Sepulang mengantar anak saya ikut Aikido (anak saya bungsu kelas 4 SD), tiba-tiba saja ia sakit panas. Panasnya cukup serius. Kami sudah datang ke dua dokter dan belum sembuh. Bahkan malah disuruh cek darah karena dicurigai tipus atau demam berdarah. Alhamdulillah, anak itu sekarang sudah sembuh, setelah ke dokter yang ketiga…
Saya kembali ke LOA. Saya teliti apakah saya pernah membayangkan, memikirkan, memvisualisasikan anak saya sakit berat. "Gila, mana ada orang tua 'membayangkan' anaknya sakit," begitu protes yang hinggap di kepala saya.
Saya coba berulang-ulang memikirkan barangkali saya berpikir negative tentang anak itu. Namun setelah cukup lama, saya tidak menemukan.
Akhirnya saya sadar. Ya tadi itu hanya teori. Teori kadang bisa benar dan kadang salah. Kebenarannya relative.
Kembali saya berpikir, apakah orang-orang Palestina memakai LOA agar mereka diserang oleh Israel? Ini juga pemikiran yang menggelikan. Kembali lagi LOA terbantahkan…
Ketika saya harus mengajar di luar kota, tiba-tiba bis yang saya tumpangi mogok. Saya mencoba meneliti apakah LOA terlibat sehingga bis mogok? Wah, susah juga untuk mencari kaitannya.
Kesimpulannya…
Law of Focus
Dari pengamatan saya yang panjang (saya sejak tahun 1992 mempelajari metafisika, visualisasi, afirmasi dsb), saya menemukan bahwa apa yang kita fokuskan, itu yang sering terjadi. Inilah yang saya namakan law of focus.
Prinsipnya adalah,"What you focus on, it will grow". Artinya begitu kita mulai memfokuskan pada sesuatu, maka akan bertambah.
Ketika saya belum bisa tenis, saya tidak tahu banyak tentang istilah tenis. Tapi begitu mulai belajar, saya mulai banyak memperoleh istilah, teknik, buku, pelatih, dan pertandingan tenis. Law of focus telah menambah aspek tenis…
Ketika saya cerita kepada bos saya (seorang doctor fisika dari Amerika, pensiunan dosen ITB), ia membetulkan law of focus ini. Bahkan ia dengan semangat bercerita bahwa dengan focus tertentu, banyak hal yang bisa ia dapatkan.
Ketika saya mulai riset bidang kepemimpinan untuk disertasi saya, tiba-tiba saja saya menemukan begitu banyak artikel, jurnal dan buku kepemimpinan. Akibatnya saya bisa menulis dengan mudah. Law of focus kicks in…
Ketika saya mencari software clarion 6 untuk membuat program (dulu saya seorang programmer hobbyist), dan cukup lama memfokuskan, tiba-tiba software itu ketemu di tempat yang tidak saya perkirakan sebelumnya.
Ketika focus mencari buku yang sudah lama saya idam-idamkan, tiba-tiba di salah satu mal, buku itu terpampang di muka saya, sehingga saya bisa beli.
Law of Focus untuk negative
Inilah yang banyak tidak disadari oleh orang. Law of focus ini ternyata juga berlaku untuk hal-hal yang negative. Contoh, tanpa sadar kita sering memfokuskan pada hal-hal negative. Ketika tidak punya uang, kita sering melebih-lebihkan keadaan itu. Kata lain, kita pakai law of focus untuk menghitung-hitung betapa miskinnya diri kita. Law of focus langsung berlaku. Ia menambahkan kekurangan itu semakin banyak.
Misalnya ketika kita memperoleh rapel yang cukup banyak, tiba-tiba datang saudara, tibat-tiba mobil rusak berat, dan sebagainya yang membuat rapel tadi 'pergi' ke pos-pos tadi. Akibatnya, kita tidak punya uang lagi.
Cara mengubahnya? Cukup memfokuskan pada apa saja yang sudah kita miliki. Tiba-tiba rasanya kita memiliki banyak harta. Kalau kita cukup sering memfokuskan pada yang kita miliki, maka akan bertambahlah yang kita miliki…
Anda mungkin bertanya, apa bedanya LOA dengan Law of Focus? Menurut Loa, apa pun yang terjadi karena kita. Ini jelas bahaya karena Tuhan dianggap tidak ada. Kalau Law of focus, ya apa saja yang kita fokuskan akan bertambah…Itu saja, dan Tuhan tetap ada. Jika kita mengalami hal baik atau buruk, ya kita serahkan pada Tuhan saja.
Law of Focus lebih banyak membantu mengkonsentrasikan energy kita pada hal-hal yang kita ingin tambahkan dalam hidup kita. Ingin tambah kaya, ya fokuskan terus pada upaya menambah kekayaan misalnya melalui bisnis dan sebagainya.
Ingin menambah peserta pelatihan? Ya focuskan pada cara-cara memuaskan peserta hingga mereka datang lagi kepada kita.Kita fokuskan pada promosi yang lebih baik dsb. Lebih sehat secara spiritual bukan?
Ini pula yang terjadi pada banyak perusahaan yang sukses. Mereka memfokuskan diri pada peningkatan kepuasan pelanggan terus menerus. Akibatnya, pelanggan mereka bertambah terus…
Di mana action-nya?
Kita lakukan action jika kita memang merasakan impulse atau dorongan yang demikian kuat, yang kadang kita tidak menyadarinya. Jika kita memiliki dorongan seperti itu, lakukan saja, jangan-jangan hal itu akan mendekatkan diri pada memperoleh apa yang kita cita-citakan. Dorongan inilah yang sering disebut sebagai intuisi...
Jadi ketika tiba-tiba ada dorongan kuat ke mal, just do it, siapa tahu kita ketemu orang, buku, pengalaman yang akan membuat kita jadi dekat dengan apa yang kita inginkan...
Post a Comment