| |
Sebab, di dalam perjalanan panjang perjuangannya tersebut, terdapat sebuah celah waktu pendek, yang ternyata menjadi kunci bagi keseluruhan sukses yang diperolehnya di kemudian hari. Celah waktu itu adalah apa yang disebut sebagai “Moment Of God” (MOG), sebagaimana yang dialami oleh hampir seluruh tokoh sukses di dunia. MOG yang dialami oleh Oom Bob – begitu biasanya saya menyapa beliau – adalah dari jenis “alignment”, di mana ada sesosok orang lain yang secara “kebetulan dan tidak sengaja”, seakan-akan membukakan pintu tol “Highway To Success” baginya. Dalam kasus Oom Bob ini, sosok orang lain dimaksud adalah Sri Mulyono Herlambang, salah seorang sahabat beliau sendiri (ref: Belajar Goblok Dari Bob Sadino, Dodi Mawardi). Bob Sadino sejatinya terlahir dari keluarga cukup berada, karena orang tuanya merupakan ambtenaar (pegawai negeri) yang di jaman Belanda sangat dihormati orang. Masa sekolah mulai dari TK sampai SMA, bahkan sampai kemudian bekerja di PT Unilever pun berjalan dengan lancar-lancar saja tanpa masalah berarti. Gejolak jiwa sebagai pemuja kebebasanlah yang akhirnya merubah ritme kehidupan Bob yang tenang tenteram menjadi penuh gunjang-ganjing petualangan. Avonturisme Oom Bob bermula ketika ia meninggalkan PT Unilever untuk bergabung menjadi karyawan PT Djakarta Lloyd. Sebagai karyawan perusahaan pelayaran, tak pelak lagi ia harus melanglang buana, antara lain ke Belanda dan Jerman. Di Eropa, Sang Jawara Goblok (julukan unik beliau) ini menghabiskan waktu tidak kurang dari 9 tahun lamanya sehingga memperoleh banyak teman di Tahun 1967 Bob bersama isteri pulang ke Jakarta, dengan membawa dua unit mobil Mercedes Benz. Salah satu mobil tersebut kemudian dijual demi membeli sebidang tanah di Kemang, sedang yang satu lagi dikaryakan sebagai taksi. Cara hidup demikian sebenarnya sudah cukup menenteramkan hati Bob Sadino, karena penghasilan dari taksi Mercedesnya cukup untuk membiayai kehidupan sehari-hari. Sayang seribu sayang, beberapa waktu kemudian bencana datang. Mobil Mercy kesayangannya mengalami kecelakaan dan hancur luluh. Hatinya pun hancur luluh, bahkan kehidupannya ikut luluh lantak berantakan. Sejak itu ia harus menjalani kehidupan serba sulit. Demi mencari sesuap nasi, pekerjaan apa pun dia lakoni. Mulai dari tukang bangunan, jualan telur, bahkan sampai mencari ikan di rawa-rawa dilakukannya juga. Keseharian yang penuh keprihatinan itu akhirnya terdengar oleh teman-temannya. Tidak saja di Telur-telur yang dijualnya sangat diminati masyarakat, baik oleh orang-orang asing yang tinggal di seputaran Kemang, mau pun oleh masyarakat pribumi pada umumnya. Dengan kegairahan serta ketekenunnya berusaha, beberapa tahun kemudian nama Bob Sadino pun mulai muncul sebagai salah seorang pengusaha terkemuka di Seperti yang saya sampaikan pada artikel sebelumnya, kisah Oom Bob ini sengaja saya tampilkan agar kita merasa lebih dekat dengan tokoh-tokoh yang mengalami “Momentum Tuhan”. Karena tokohnya ada di | |
Rusman Hakim |
Jawara Goblok Dengan Momentum Suksesnya
Kali ini saya sarankan untuk tidak mendengar kata-kata shakespiere!
by: Hari Subagya
Arti Sebuah Nama dengan lem merek “LGDU”
"Striving for success without hard work is like trying to harvest where you haven't planted" --David Bly
Jangan sepelekan nama. Nama adalah bunyi yang paling indah bagi pemiliknya dan kalau anda mengingat namanya, maka anda menghormatinya, sedang kalau anda lupa namanya, maka orang tersebut akan mengetahui kalau dirinya tidak penting atau merasa tidak dianggap.
Kalau anda sedang menjual, maka nama customer anda menjadi sangat penting. Saya akan memberi anda lem merek “LGDU” untuk membantu agar nama customer anda lengket dalam ingatan.
Lihat dan dengar. Lihat pada orang tersebut, dan ingat kuat-kuat karakter yang unik dari orang tersebut: Gemuk, Kurus, Tinggi , pendek, atau botak. Dengar baik-baik namannya, suruh teman atau orang lain mengucapkan namanya kalau anda tidak mendengar.
Gambaran dalam pikiran—hubungkan nama orang tersebut dengan sesuatu yang mudah diingat. Misalnya Suryono dengan Matahari-coret (tidak ada sinar matahari)
Dramatisir. Dramatisasi gambaran orang tersebut, bikin lelucon atau sesuatu yang dahsyat dan kesan bahaya, agar gampang mengingat dan melekat.
Ulang—Ulang nama orang tersebut dalam hati beberapa kali. Coba gunakan nama tersebut dalam beberapa percakapan. Memperkenalkan ke orang lain juga cara yang baik untuk mengulang nama tanpa kelihatan kita sedang mengingat nama orang tersebut.
Sekali lagi saya tekankan kalau anda mengingat dan menyebut dengan baik dan benar nama prospek anda, maka anda akan dilihat sebagai sales yang baik dan sopan, mereka akan merasa senang dan dihormati, untuk itu sebuah keharusan bagi anda untuk mengingat dengan baik nama-nama prospek anda.
Tidak hanya itu. Untuk case tertentu, anda juga harus tahu posisi dan jabatanya. Apalagi jika anda menjual sebuah produk atau jasa pada sebuah perusahaan. Sering kali anda bertemu dengan beberapa orang dari beberapa level.
Dalam berbagai kasus, mungkin pertemuan anda ini menjadi bertingkat-tingkat. Pertama mungkin anda bertemu dengan manager, kemudian bisa saja anda harus berlanjut ke level director dan bisa jadi naik lagi ke tingkat owner. Hal yang paling penting adalah : Jangan anda melupakan “pembuka pintu pagarnya”. Tetaplah hargai dan berterima kasihlah. Siapa tahu anda akan bertemu lagi dengannya dalam case yang berbeda, atau di perusahaan yang berbeda, atau anda yang sudah pada perusahaan yang berbeda.
Terlepas dari semua itu, jika penjualan anda berhasil, sudah sepantasnya anda berterima kasih untuk bantuan dan peranya. Kemudian anda bisa tetap menjaga hubungan baik dan hal ini tetap akan membukakan peluang-peluang yang baru. Tidak hanya itu “Pembuka pagar” ini akan memberikan nilai positif pada anda.
Cobalah untuk mengingat dan menyebut nama-nama dengan benar dan baik. Suara anda memanggil namanya, adalah suara terindah bagi pemiliknya.
Kali ini saya sarankan untuk tidak mendengar kata-kata shakespiere!
__._,_.___
Temukan Cinta Dalam Pekerjaan Anda!
By : Cahya Ramadhan.
Bagaimana Caranya agar memiliki pekerjaan yang menyenangkan sehingga anda juga bahagia melakukannya? Jawabannya adalah cintailah pekerjaan anda! Hidup anda pun akan bahagia.
Mencintai pekerjaan akan membuat anda semangat dalam bekerja. Orang semangat dalam bekerja akan memberikan motivasi yang tinggi untuk sukses.
Lalu, bagaimana jika anda sudah terlanjur tidak mencintai pekerjaan anda atau anda sudah terlanjur bekerja di tempat yang tidak anda sukai?
Bila anda tidak mencintai pekerjaan anda, maka cintailah orang-orang yang bekerja disana. Anda bisa merasakan kegembiraan dari sebuah pertemanan anda dengan teman sekantor anda. Bila anda tidak mampu untuk mencintai teman-teman sekantor anda. Maka cintailah ruangan atau desain kantor anda. Mungkin kantor anda terasa nyaman dan indah, jadi mengapa anda tidak mencintainya?
Kalau anda masih tidak menemukan cinta juga, mungkin ada sisi lain lagi yang bisa anda cintai seperti ketika anda mencintai komputer pribadi anda dikantor atau anda bisa juga mencintai setiap pengalaman pulang pergi ke kantor anda setiap hari. Perjalanan yang menyenangkan mungkin bisa membuat timbulnya cinta.
Saya yakin, pasti ada sisi dimana kita bisa mencintai pekerjaan anda. bila anda masih tidak menemukan apapun yang bisa anda cintai, mengapa anda masih tetap mempertahankan pekerjaan anda? Pekerjaan adalah bagian dari hidup anda. Pekerjaan itu wajib anda cintai. Jika dengan susah payah anda tidak mampu untuk mencintainya. Tidak ada alasan untuk anda mempertahankan pekerjaan anda.
Anda punya hak untuk memilih pekerjaan apapun. Syaratnya adalah pekerjaan itu harus anda cintai. Agar anda bisa melakukannya dengan sepenuh hati. Jika anda melakukannya dengan sepenuh hati maka kemungkinan sukses akan semakin besar.
Artikel Penting Untuk Para (Calon) Trainers Spesialis Mengajar Peserta (Yang) Mabuk
Profesi pengajar, termasuk sebagai seorang trainer, sering memungkinkan kita untuk mengalami cukup banyak peristiwa unik. Peristiwa-peristiwa unik tersebut bisa membuat kita tersenyum, tertawa, atau bahkan memeras otak ketika mengalaminya. Saya sendiri telah mengalami beberapa kejadian unik mulai dari membantu peserta yang tiba-tiba nyeri pinggang (beneran) ketika diminta bicara, AC mati, laptop ngadat, mengalah tidak diberi proyektor ketika mengajar di kelas paralel bersama trainer-trainer lain (hehehee ..) karena jumlah proyektor tidak mencukupi, sampai yang paling anyar, yaitu memimpin pelatihan dimana sebagian besar peserta mabuk.
Kejadian itu terjadi beberapa waktu yang lalu, diawali dengan persetujuan saya kepada seorang sales sebuah event organizer. Ia menelpon ketika saya tengah menunggu lampu hijau di sebuah persimpangan.
“Pak Nug, klien saya memerlukan seorang pembicara untuk menginspirasi kinerja pelayanan prima mereka.” Kata sang sales sambil menyebutkan nama kliennya.
Karena lampu merah sedang beralih ke hijau, tanpa pikir panjang saya iyakan undangan tersebut. Menjelang hari H saya baru menyadari bahwa klien dari EO tersebut adalah sebuah klub malam dan restoran. Mereka akan mengadakan gathering di luar kota dan di tengah acara tersebut mereka mendatangkan pembicara, yaitu saya.
“Waduh!” Tiba-tiba saya merasa tidak enak karena selama ini saya memang menghindari klien-klien dari industri tersebut. Apalagi, kemudian, saya mendapat konfirmasi dari pihak EO bahwa semuanya sudah disetujui.
“Ya sudah. Kepalang basah. Saya niatkan untuk mengetuk kesadaran mereka saja. Toh ada beberapa ustaz yang bahkan berdakwah di lokalisasi.” Kata saya dalam hati, mencoba menghibur diri.
Singkat kata, hari yang ditunggu telah datang.
Saya berangkat menuju lokasi. Sesampainya di lokasi, Human Resources Manager dari perusahaan itu menyambut saya. Ia menerangkan bahwa tempat untuk acara ternyata masih belum selesai dipersiapkan oleh pihak hotel. Ia memperkirakan baru dua jam lagi tempat akan siap.
“Tidak masalah.” Ucap saya kepada sang HR Manager. Sebenarnya ada masalah. Saat itu saya melihat beberapa peserta tengah ngobrol sambil ditemani oleh botol-botol dan gelas-gelas minuman red label. HR Manager itu menangkap apa yang saya perhatikan.
“Iya, Pak Nug. Di perjalanan tadi anak-anak juga sudah membuka beberapa botol. Saya tidak bisa melarang karena suasananya memang suasana di luar kerja dan mereka sedang gathering.”
Peserta mabuk tentu saja akan sulit memperhatikan apa yang disampaikan seorang pembicara. Saya masih mempunyai dua jam untuk memikirkan apa yang harus saya lakukan agar materi bisa mereka serap. Itu kabar baiknya. Kabar buruknya adalah, kalau dari tadi mereka sudah mulai memasukkan minuman beralkohol 40% ke aliran darah mereka, dua jam dari sekarang apa yang akan terjadi?
Waktu dua jam saya gunakan untuk menemukan cara yang saya anggap efektif untuk menyampaikan materi pada orang-orang mabuk (seakan-akan ADA cara yang efektif ..). “Apapun yang terjadi harus saya hadapi. Saya sudah sampai ditempat ini. Yang salah juga saya karena mengiyakan sebuah undangan tanpa berpikir dahulu.” Begitu saya menenangkan diri.
Dua jam berlalu. Saya sudah berdiri di depan para peserta yang tengah berjuang dengan kesadaran mereka. Acara saya awali dengan membujuk mereka untuk membuka botol-botol air dalam kemasan dan meminumnya sampai habis. Berhasil.
Saya juga sudah berpesan kepada sang HR Manager untuk mengontak pihak hotel agar mem-free flow-kan kopi kepada seluruh peserta. Beberapa pramuria .. ehh.. pramusaji terus berkeliling untuk terus mengisi gelas-gelas kopi yang ada di tempat duduk peserta. Berhasil.
Entah karena air serta kopi yang menekan efek alkohol dalam tubuh mereka atau karena tubuh mereka yang sudah meningkat toleransinya terhadap minuman beralkohol, yang jelas saya melihat para peserta di hadapan saya ini masih mempunyai cukup ‘kesadaran’ untuk menerima materi. Kendati demikian, saya juga sangat sadar bahwa mereka tidak akan pernah mencerna apa yang saya sampaikan bila saya memakai cara yang biasa.
Saya memutuskan untuk menggunakan beberapa game dan aktifitas sekaligus menggali pengalaman mereka ketika mereka bekerja. Mereka juga saya minta untuk bergantian mengajarkan kepada teman-teman mereka sendiri tentang bekerja dan melayani dengan baik. Peran saya saat itu lebih banyak melakukan daur ulang terhadap apa yang mereka sampaikan kepada teman-temannya, dengan versi yang lebih service excellence dan simpel (untuk diterima otak terpengaruh alcohol). Para peserta terlihat cukup antusias menjalani semua proses penyampaian materi. Ketika melakukan aktifitas penutup, beberapa peserta juga terlihat meneteskan air mata, pertanda mereka terlarut dengan apa yang mereka dengar.
Empat jam berlalu dengan lancar (gangguan-gangguan kecil tentu saja ada, mengingat kondisi peserta yang memang tidak 100% sadar). Peserta terlihat gembira (entah karena materi yang mereka terima atau karena alkohol dalam darah mereka). HR Manager tadi juga terlihat sangat senang. Saya? Tentu saja merasa lega karena acara telah selesai dan saya bisa segera pergi dari tempat itu. Ya. Belum pernah dalam karir sebagai trainer maupun sebagai pembicara, saya begitu ingin segera meninggalkan tempat acara seperti saat itu.
Dalam perjalanan pulang saya banyak tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepala mengingat beberapa momen yang terjadi hari ini. Untung saat itu malam hari sehingga pengguna jalan lain, atau bapak-bapak polisi, tidak memperhatikan. Bisa-bisa saya disangka mabuk dan diberhentikan. Ada banyak pelajaran yang saya petik saat itu dan pelajaran puncak yang saya ambil hari itu adalah, “Hindari mengiyakan sebuah program sebelum mengetahui dengan jelas siapa kliennya dan seperti apa kondisi yang akan kita hadapi.”
Situasi unik, aneh, menantang bisa saja hadir di depan kita saat menjalankan peran serta tugas. Pengalaman dan antisipasi mengajarkan kita untuk selalu siap menghadapi situasi apapun. Kata orang bijak, “Anda tidak bisa menghentikan gelombang laut, tetapi Anda bisa belajar berselancar.”
Apa saja pengalaman unik yang pernah Anda ketika menjalankan profesi?
No drunk living!
Selamat berbagi.
Nugroho Nusantoro
Luck Factor
Di dunia ini ada orang-orang yang memiliki Luck Factor yang besar. Kita menyebutnya sebagai orang yang beruntung. Apapun yang dia kerjakan, seakan-akan sudah terjamin keberhasilannya. Bahkan ada pula yang seperti mendapatkan apa yang dia inginkan tanpa harus bersusah payah mengusahakannya.
Kita kesampingkan dulu faktor “diluar nalar” yang menyertai perbincangan tentang keberuntungan seseorang. Mari Kita coba melihatnya dari sudut pandang keilmuan dan penelitian yang sudah dilakukan oleh beberapa psikolog dan peneliti kejiwaan.
Ada beberapa buku yang khusus membahas tentang Luck Factor. Dua diantaranya adalah yang ditulis oleh Dr Richard Wiseman dan Max Gunther. Kali ini Saya akan mereview sedikit isi buku Max Gunther “Luck Factor”
Menurut Max Gunther, “Beruntung” adalah sebuah kejadian mendadak yang mampu mengubah Kita menjadi lebih baik dengan cara yang tidak masuk akal.
Max Gunther meneliti 2 kelompok orang yang dianggap beruntung dan yang tidak beruntung. Dan Dia membuat daftar sifat-sifat dan karakter dari orang-orang tersebut.
Penelitian pada Orang yang BERUNTUNG menunjukkan adanya karakter :
1. Rajin
2. Melakukan sesuatu dan bekerja secara sungguh-sungguh demi kepuasan batin, bukan sekedar uang saja
3. Suka menolong dan mempunyai fokus besar terhadap kehidupan disekitarnya.
4. Positive Thinking
5. Selalu kelihatan bersemangat dan tidak mudah menyerah
6. Punya idealisme, tidak plin-plan, selalu mantap pada keputusannya.
7. Percaya Diri
8. Sabar, tahu betul bahwa tidak semua hal bisa dipersingkat.
9. Sadar, bahwa ada tahap-tahap tertentu untuk dapat meraih sesuatu.
Sedangkan pada orang yang KURANG BERUNTUNG karakter yang ditemukan adalah:
1. Suka menyepelekan sesuatu
2. Bekerja cenderung karena uang/imbalan. Jika tak ada uang/imbalan dibalik sebuah pekerjaan atau aktifitas, dia akan menghindarinya.
3. Mementingkan diri sendiri/ enggan fokus pada orang lain.
4. Negative Thinking / justru terlalu Positive Thinking.
5. Bingung memutuskan sesuatu dan cenderung lebih percaya pada keputusan orang lain daripada keputusan sendiri.
6. Mudah putus asa/ malah terlalu nekat.
7. Tidak sabaran, mengharapkan semuanya serba praktis dan cepat hasilnya.
Dari penelitian yang dilakukannya, Max Gunther menyimpulkan bahwa:
“KEBERUNTUNGAN bukan cuma sekedar nasib. KEBERUNTUNGAN tidak hanya datang begitu saja, melainkan BISA DICIPTAKAN oleh manusia itu sendiri”.
Semasa Saya masih kecil, Saya sering membaca sebuah cerita komik yang berjudul Donald Duck, atau lebih dikenal sebagai Donald Bebek. Figur tokoh yang temperamental dan seringkali tertimpa kesialan, baik karena kecerobohannya sendiri atau karena menjadi korban keisengan ketiga keponakannya hehehe… Wah ketahuan deh di jaman apa Saya dibesarkan
Si Donald ini mempunyai sepupu bernama Gladstone, atau diterjemahkan dengan nama “Untung”. Bebek yang sangat santai hidupnya tapi selalu beruntung. Dimanapun mereka berdua berada, selalu ada keberuntungan yang menghampiri Si Untung dan ada masalah yang menimpa Si Donald. Ckckck…. kasihan ya Si Donald
Di jaman sekarang, ternyata faktor-faktor penarik keberuntungan seperti yang dialami Si Untung tadi bisa dilatih dan dibiasakan. Adalah Dr Richard Wiseman, dalam bukunya yang berjudul “Luck Factor” yang melakukan penelitian untuk mencari faktor-faktor apa yang menyebabkan seseorang bisa lebih beruntung dibandingkan orang lain.
Dr Wiseman mengumpulkan 2 kelompok orang, kelompok pertama adalah orang yang merasa selalu beruntung, kelompok kedua adalah orang-orang yang selalu merasa sial. Kedua kelompok itu menjalani tes-tes yang sama. Dan ternyata memang ada faktor-faktor yang membuat kelompok orang beruntung selalu menarik keberuntungan.
Menurut Dr Wiseman, ada 4 faktor yang membedakan orang beruntung dari yang “sial”. Yaitu :
1. Sikap Terhadap Peluang
Orang beruntung ternyata lebih terbuka terhadap peluang. Mereka lebih peka terhadap adany a peluang, pandai menciptakan peluang, dan gesit menangkap peluang yang datang.
Bagaimana hal ini dimungkinkan? Ternyata orang-orang yg beruntung memiliki sikap yang lebih santai/rileks dan terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru.
Orang beruntung, lebih terbuka terhadap interaksi dengan orang-orang yang baru dikenal, dan rajin menciptakan jaringan-jaringan sosial baru.
Orang yang “sial” lebih tegang sehingga tertutup terhadap kemungkinan- kemungkinan baru.
2. Orang Beruntung menggunakan Intuisi dalam membuat keputusan.
Orang yang beruntung lebih mengandalkan intuisi daripada logika. Keputusan-keputusan penting yang diambil oleh orang beruntung ternyata sebagian besar dilakukan atas dasar bisikan “hati nurani” (intuisi) daripada hasil otak-atik angka yang canggih.
Orang yang “sial” biasanya sulit mendengarkan bisikan hati nurani karena sudah dipusingkan dengan beban pikiran yang ruwet.
Metoda untuk mempertajam intuisi dapat dilakukan misalnya melalui latihan meditasi yang teratur, merutinkan sholat malam dan memperdalam ibadah. Pada kondisi mental yang tenang, dan pikiran yang jernih, intuisi akan lebih mudah diakses. Dan makin sering digunakan, intuisi kita juga akan semakin tajam.
Contoh intuisi : peka pada isyarat TUBUH saat akan mendapat suatu rejeki besar, peka pada PERASAAN antusias pada suatu hal, peka membaca tanda-tanda di sekitar Kita dalam bentuk peristiwa-peristiwa yang saling berkaitan.
3. Orang Beruntung, selalu berpikir positif dan berharap yang terbaik.
Orang beruntung, selalu berprasangka baik pada apapun yang terjadi dalam hidupnya. Dia percaya dan yakin semua itu mempunyai maksud yang baik.
Dengan begitu mereka lebih kuat menghadapi ujian hidup yang menimpa mereka, lebih positif dalam menjalin hubungan dengan orang lain dan selalu optimisme penuh harapan baik.
4. Orang Beruntung mengubah hal yang buruk menjadi hal yang baik.
Orang-orang beruntung sangat terampil dan hebat dalam menghadapi situasi buruk dan mengubahnya menjadi kebaikan.
Bagi mereka setiap situasi selalu ada sisi baiknya. Bagi mereka tidak ada kejadian buruk, yang ada adalah umpan balik yang menguntungkan dan menghebatkan.
Begitulah hasil penelitian yang dilakukan oleh Dr Richard Wiseman. Kita bisa menerapkannya dalam keseharian hidup Kita. Mulai lah dengan menuliskan keberuntungan-keberuntungan yang Kita dapatkan hari ini, rasakan kebahagiaannya dan latih diri Kita untuk memiliki sifat-sifat dan karakter ORANG YANG BERUNTUNG
Regards, Life for Success
Hendry Risjawan
Dari Pemulung Menjadi Jutawan
Kunci orang sukses hanya satu: keyakinan, karena keyakinan bisa melahirkan kenyataan.
Sebagian besar anak-anak di negeri ini pernah punya cita-cita yang sama, yakni ingin menjadi dokter, insinyur, penyanyi, dan sejenisnya. Namun, berbeda dengan mayoritas anak kecil lainnya, Sunarno mengaku tidak punya cita-cita masa kecil. Kemiskinan membuat segalanya dijalani saja seperti air yang mengalir. Kemiskinan juga memaksanya cuma bisa menamatkan SD. Lebih prihatin lagi, sejak usia belasan tahun lelaki kelahiran Solo, 5 Agustus 1961 ini sudah yatim piatu. Kemudian ia terpaksa ikut orang yang mau menolongnya. Pindah dari satu
Beruntung semua itu tidak lama dijalani Sunarno. Jiwanya yang mendambakan kebebasan, bosan menjadi kacung yang selalu disuruh-suruh. Ketika ia memutuskan untuk kembali ke Solo, pilihan pekerjaan yang bisa dilakukan sangat terbatas. Maka jadilah ia pemulung yang mencari nafkah dengan mengorek-orek sampah. Dengan penghasilan Rp 8.000,00 per hari, sudah barang tentu ia harus tinggal di daerah kumuh, tak jauh dari tempat pembuangan sampah. Setiap hari ia harus mengais-ngais sampah, mengumpulkan barang bekas. Menurutnya, pada masa itu plastik dan kardus adalah barang yang banyak jadi incaran. Di samping balung (tulang sapi) yang nilai jual kembalinya tinggi. Setiap hari, bersama teman-teman, ia menanti datangnya truk sampah. Begitu mobil “pembawa rezeki” tiba, mereka berlari mendekat lalu berebut barang-barang bekas—siapa cepat, dia dapat.
Sunarno pernah merasa begitu bahagia ketika mendapatkan bonggol kubis (kol). Soalnya, benda itu diperoleh setelah mengalahkan beberapa saingan. Lewat “kompetisi” yang ketat ia berhasil mendapatkannya. “Hati saya bangga dan puas karena itu suatu prestasi. Senangnya tak terkira, mungkin sama bahagianya dengan orang naik Mercy atau Volvo,” ujar ayah tiga anak ini dalam sebuah wawancara dengan media.
Tahun 1994, sinar terang perubahan hidup mulai tampak. Suatu hari tetangganya memperkenalkan bisnis Multi Level Marketing (MLM) Forever Young. Hampir setiap hari tetangga sebelah bercerita, walau kadang ia tidak bisa menangkap maksudnya. Maklum, cuma tamatan SD. Jangankan mengerti, untuk menghafal nama MLM yang berbahasa Inggris itu saja susah sekali. “Seminggu belum hafal,” katanya tertawa, “tapi lantaran sering dengar dan lihat, lama-lama mengerti juga.”
Setelah belajar dengan tekun dan ditempa dalam berbagai pelatihan, dalam hatinya timbul keyakinan. Mulailah ia menjalankan bisnis ini sepenuh hati. Pagi hari, dengan pakaian kumal seadanya, ia mencari barang-barang bekas di bak-bak sampah. Siangnya, setelah mandi dan berpakaian agak rapi, pergi memprospek orang.
Ada banyak tantangan yang harus dilaluinya dalam berusaha. Mulai dari dibilang ngeyel sampai dicaci-maki. Namun itu tidak mengecilkan hatinya, sebab sejak kecil ia sudah terbiasa dengan kompetisi dan tantangan. “Itulah yang mendorong saya untuk maju. Orang gagal itu biasanya nggak mau menghadapi tantangan. Kalau nggak siap mental, yang paling mudah dilakukan adalah berhenti,” jelasnya.
Ternyata prestasinya di bisnis MLM relatif cepat melambung. Tuhan Mahapemurah. Dalam kurun 27 bulan, ia berhasil menempati peringkat tertinggi sebagai Senior Network Director. Jaringannya yang tersebar di seluruh
Sunarno masih sering tampak terharu bila diminta menceritakan masa silamnya yang luar biasa itu. Bahkan uniknya, ketika mendapat fasilitas rumah dari Forever Young, ia sengaja memilih daerah yang dahulu ia huni agar tidak lupa pada sejarah hidupnya. Ia memilih tinggal di Jl. Pelangi Dalam No.17, Perumnas Mojosongo, Solo. Di lingkungan tempat tinggalnya, ia dikenal sebagai warga yang dermawan.
Menurut Sunarno, kunci keberhasilannya hanya satu: keyakinan. Karena keyakinan itu seakan-akan kenyataan. Ia mempertahankan motivasinya dalam berusaha dengan selalu bertanya, “Kalau orang lain bisa, mengapa saya tidak bisa? Pasti ada caranya kalau mau belajar. Pasti bisa!” Sekarang malah sebaliknya, para mitra bisnis dalam jaringannya selalu merujuk padanya. “Pak Narno yang pemulung saja bisa, kok saya tidak bisa.”
Bagi Sunarno, hidup itu sederhana saja. Kita harus punya cita-cita, yaitu sukses dalam sejumlah bidang. “Tapi untuk itu diperlukan tindakan, rencana, tujuan, komitmen, keyakinan, mengenal diri, dan cinta. Ini semua merupakan mata rantai yang tak terpisahkan.” Cita-citanya sendiri, yang baru terbentuk setelah ia bergabung dengan bisnis MLM, adalah ingin berbakti pada bangsa dan negara. “Ukuran saya bukan penghasilan lagi. Tapi tanggung jawab kepada negara untuk menciptakan suasana yang baik lewat usaha MLM. Misi saya ingin menolong orang yang tidak punya, karena falsafah hidup untuk mengasihi dan melayani.”
Selain itu, Sunarno ingin mengukir sejarah supaya tetap dikenang walau kelak sudah tiada. Maka dari itu, dalam kamusnya tidak ada kata terlambat untuk belajar. Ia bersama istri tercinta kemudian mengambil penyesuaian SMP dan SMA, bahkan mengambil kuliah rangkap. Pagi kuliah di Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Solo, malam kuliah di Fakultas Hukum Unisri.
“Saya tertarik di pertanian karena melihat
*) Andrias Harefa
Author: 40 Best-selling Books; Speaker-Trainer-Coach: 22 Years Plus
Alamat www.andriasharefa.com – Twitter @ aharefa