| |
Sebab, di dalam perjalanan panjang perjuangannya tersebut, terdapat sebuah celah waktu pendek, yang ternyata menjadi kunci bagi keseluruhan sukses yang diperolehnya di kemudian hari. Celah waktu itu adalah apa yang disebut sebagai “Moment Of God” (MOG), sebagaimana yang dialami oleh hampir seluruh tokoh sukses di dunia. MOG yang dialami oleh Oom Bob – begitu biasanya saya menyapa beliau – adalah dari jenis “alignment”, di mana ada sesosok orang lain yang secara “kebetulan dan tidak sengaja”, seakan-akan membukakan pintu tol “Highway To Success” baginya. Dalam kasus Oom Bob ini, sosok orang lain dimaksud adalah Sri Mulyono Herlambang, salah seorang sahabat beliau sendiri (ref: Belajar Goblok Dari Bob Sadino, Dodi Mawardi). Bob Sadino sejatinya terlahir dari keluarga cukup berada, karena orang tuanya merupakan ambtenaar (pegawai negeri) yang di jaman Belanda sangat dihormati orang. Masa sekolah mulai dari TK sampai SMA, bahkan sampai kemudian bekerja di PT Unilever pun berjalan dengan lancar-lancar saja tanpa masalah berarti. Gejolak jiwa sebagai pemuja kebebasanlah yang akhirnya merubah ritme kehidupan Bob yang tenang tenteram menjadi penuh gunjang-ganjing petualangan. Avonturisme Oom Bob bermula ketika ia meninggalkan PT Unilever untuk bergabung menjadi karyawan PT Djakarta Lloyd. Sebagai karyawan perusahaan pelayaran, tak pelak lagi ia harus melanglang buana, antara lain ke Belanda dan Jerman. Di Eropa, Sang Jawara Goblok (julukan unik beliau) ini menghabiskan waktu tidak kurang dari 9 tahun lamanya sehingga memperoleh banyak teman di Tahun 1967 Bob bersama isteri pulang ke Jakarta, dengan membawa dua unit mobil Mercedes Benz. Salah satu mobil tersebut kemudian dijual demi membeli sebidang tanah di Kemang, sedang yang satu lagi dikaryakan sebagai taksi. Cara hidup demikian sebenarnya sudah cukup menenteramkan hati Bob Sadino, karena penghasilan dari taksi Mercedesnya cukup untuk membiayai kehidupan sehari-hari. Sayang seribu sayang, beberapa waktu kemudian bencana datang. Mobil Mercy kesayangannya mengalami kecelakaan dan hancur luluh. Hatinya pun hancur luluh, bahkan kehidupannya ikut luluh lantak berantakan. Sejak itu ia harus menjalani kehidupan serba sulit. Demi mencari sesuap nasi, pekerjaan apa pun dia lakoni. Mulai dari tukang bangunan, jualan telur, bahkan sampai mencari ikan di rawa-rawa dilakukannya juga. Keseharian yang penuh keprihatinan itu akhirnya terdengar oleh teman-temannya. Tidak saja di Telur-telur yang dijualnya sangat diminati masyarakat, baik oleh orang-orang asing yang tinggal di seputaran Kemang, mau pun oleh masyarakat pribumi pada umumnya. Dengan kegairahan serta ketekenunnya berusaha, beberapa tahun kemudian nama Bob Sadino pun mulai muncul sebagai salah seorang pengusaha terkemuka di Seperti yang saya sampaikan pada artikel sebelumnya, kisah Oom Bob ini sengaja saya tampilkan agar kita merasa lebih dekat dengan tokoh-tokoh yang mengalami “Momentum Tuhan”. Karena tokohnya ada di | |
Rusman Hakim |
Post a Comment