|
Berapa usia fisik kita sekarang?
20an? 30an? Atau 40an?
Saya yakin pertanyaan itu sangat mudah dijawab – bahkan saat ini facebook juga memaksa kita untuk ingat usia kita berapa. Baiklah. Pertanyaan itu memang remeh. Sebaiknya saya ganti saja dengan pertanyaan yang bisa membuat kita berpikir, paling tidak sedikit mengernyitkan dahi.
Berapa banyak kadar ke-manusia-an kita sampai usia sekarang ini?
DHUARRRR! .. kaget dengan pertanyaan seperti itu? Iya? Saaa.. mma.
Saya sendiri juga kaget ketika pertanyaan itu tiba-tiba muncul di dalam diri saya dan tertuju kepada diri saya sendiri. Saya betul-betul jengah dengan pertanyaan itu. Saya terusik dengan jawaban yang saya dapat pada waktu itu. Luar biasanya adalah bahwa keterusikan itu membantu saya untuk memahami lebih baik lagi tentang diri saya dan bagaimana saya bisa lebih baik lagi.
Berapa banyak kadar ke-manusia-an Anda sampai usia sekarang ini?
Secara fisik, sejalan dengan bertambahnya usia, kita mengalami fase-fase bayi, batita, balita, anak-anak, remaja, dewasa, matang, dan manula. Kurang lebih seperti itu. Kita bisa saja suka tersenyum-senyum memandangi foto-foto kita ketika masih anak-anak atau remaja (atau ketika kita masih muda, rambut masih lebat, dan badan masih atletis dulu.. hmmm). Sementara bila kita mencoba menakar berapa banyak kadar kemanusiaan kita pada usia-usia tertentu, perasaan yang lebih campur aduk bisa saja kita alami. Mari kita coba mulai ukur.
Untuk mengukur kita perlu standar pembanding. Standar yang saya pakai adalah peran dan fungsi mahluk yang bernama manusia. Peran dan fungsi yang secara universal kita setujui adalah bahwa manusia adalah pemimpin dunia sehingga peran utamanya adalah mengelola dunia sekaligus mengantarkannya pada kondisi yang lebih baik. Ini bisa membantu kita untuk menyimpulkan bahwa masing-masing dari diri kita adalah pemimpin dan harus bisa mengelola diri untuk menuju kondisi yang lebih baik melalui TINDAKAN kita. Titik!
Tindakan kita adalah hasil keputusan akal kita. Ketika kita bicara akal kita membicarakan hasil kerja otak dan hati kita. Tindakan yang baik adalah hasil otak yang baik dan hati yang baik. Karenanya kita selalu harus melatih dan mewaspadai kualitas otak dan, bahkan, hati kita. Caranya bagaimana? Kembali ke pembanding di atas. Selalu analisa apakah ide, pikiran, dan dorongan-dorongan yang timbul di dalam diri kita sedang mengarahkan kita pada kondisi yang lebih baik dan lebih bermanfaat. Bila tidak, maka kita perlu waspada bahwa kadar kemanusiaan kita sedang mengalami penurunan!
Turun dan naiknya kadar manusia itulah yang menyebabkan seorang yang berusia 35 tahun menunjukkan tindakan seorang anak berusia 4 tahun, impulsive, sangat minim peran akal, atau hanya mementingkan diri sendiri. Ini berarti kadar manusianya sedang turun. Bisa juga menyebabkan seorang yang berusia 25 tahun menunjukkan tindakan seorang yang berusia 80 tahun, merasa ‘nrimo’, tidak banyak berinisiatif atau minim usaha karena merasa ‘semua sudah ada yang ngatur’. Sementara seorang yang berusia 80 tahun bisa saja menunjukkan tindakan hebat seorang yang masih berusia muda, masih berkarya memberi manfaat, tetap memberdayakan pikiran dan raganya untuk kreasi dan inovasi, sebagai implementasi dari kegiatan spiritualnya.
Naik dan turunnya kadar kemanusiaan bisa sangat ekstrim. Bisa saja turun sehingga, sebenarnya, kita sudah menjadi lebih buruk daripada binatang. Ingat beberapa kasus mutilasi yang menggegerkan negara ini? Ya. Itu bukan tindakan yang biasa dilakukan oleh seekor harimau lapar terbuas sekalipun. Itu adalah tindakan yang hanya bisa dilakukan oleh orang yang mengalami dehidrasi kadar kemanusiaan sehingga dia berubah menjadi mahluk yang lebih rendah dari hewan. Mengerti bagaimana kita bisa mengalami penurunan atau dehidrasi (kadar) kemanusiaan adalah hal yang strategis agar kita mampu menghindarinya.
Manusia adalah mahluk paling sempurna, mahluk paling lengkap. Segala potensi dimiliki oleh manusia, termasuk potensi menjadi bencana bagi diri sendiri dan yang lain. Di dalam diri kita, di dalam aliran darah kita, setiap saat ada daya yang ‘liar’ yang menjadi pencetus tindakan kita. Ketika daya itu mampu dikelola atau ditundukkan dengan baik oleh akal maka kita menjadi manusia pemimpin dunia yang memberi banyak manfaat untuk diri kita maupun yang lain. Ketika akal kita tidak mampu menundukkan daya itu, maka kita mengalami penurunan kadar kemanusiaan. Seperti yang saya jelaskan sebelumnya, bisa saja kita mengalami penurunan sehingga kemanusiaan kita adalah kemanusiaan anak-anak atau ABG walaupun dari segi usia kita (semestinya) sudah matang. Yang lebih parah lagi tentunya ketika kita mengalami dehidrasi kemanusiaan yang kronis sehingga kita berubah menjadi hewan atau bahkan lebih buruk lagi.
Betul. Daya itu tadi ada di DALAM DIRI kita, mengalir bersama darah kita. Perkataan “dia membuatku marah” (sambil menunjuk orang lain) adalah kata-kata yang tidak tepat karena yang mendorong amarah adalah daya itu tadi. Kemarahan terjadi karena akal kita tidak mampu menundukkan daya itu sehingga kadar kemanusiaan kita menurun. Tak ada sesuatu di luar diri kita yang bisa membuat kita melampiaskan amarah bila akal kita mampu mengelola daya itu. Masuk akal?
Sekarang kita sudah mampu mengetahui mengapa kita harus selalu menganalisa apakah ide, pikiran, dan dorongan-dorongan yang timbul di dalam diri kita sedang mengarahkan kita pada kondisi yang lebih baik dan lebih bermanfaat. Bila kita gagal melakukan analisa, maka akal kita akan diperdaya dan kemudian setelah sadar (artinya kadar kemanusiaan kita berangsur bertambah) kita baru menyesal. Setelah kita terbiasa melakukan analisa seperti di atas, kita akan lebih mampu mengelola diri kita. Kita lebih bisa menundukkan daya itu. Kita lebih BERDAYA. Kita benar-benar menjadi MANUSIA.
Satu hal lagi. Saya tidak tahu apakah memungkinkan bagi kita untuk selalu berada pada kondisi sempurna kadar manusianya. Yang saya tahu adalah bahwa kadar kemanusiaan itu benar-benar fluktuatif dan ada kalanya memang akal kita ditelikung oleh daya liar tadi. Yang paling penting adalah seberapa cepat kita bisa sadar dan segera kembali memompa kadar kemanusiaan ke dalam diri kita. Jadi fokus kita sebaiknya adalah bagaimana SECARA RATA-RATA kita mempunyai kadar manusia yang relatif bagus. Apapun fungsi dan peran kita dalam kehidupan sehari-hari, kita akan bisa menjalankannya dengan sangat baik bila kita secara rata-rata mempunyai kadar manusia yang bagus.
Awal yang bagus untuk memperbaiki rata-rata itu adalah dengan memperhatikan gambar yang saya buat, kemudian bertanya pada diri kita sendiri, “Sampai saat ini, secara rata-rata berapa banyak kadar kemanusiaanku?”
Selamat mencari jawaban.
Nugroho Nusantoro
Post a Comment