Oleh: Andre Vincent Wenas
...setelah menyelesaikan rencana strategis perusahaan, tibalah
pada fase penerapannya. Saat ini terjadi banyak kebingungan di kalangan manajer
dan akhirnya malah mengarah pada stagnasi (kemacetan) dalam pelaksanaannya.
Bagaimana kiranya bisa menyiasati kendala ini?
Memang kunci sukses program bukanlah pada apa yang terumuskan dalam rencana
bisnis, tetapi lebih pada apa yang Anda lakukan. Tindakan (eksekusi) itulah yang
bakal membuat perubahan dan perbedaan. Laurence Haughton (bukunya: It's Not What
You Say, It's What You Do, Gramedia, 2007) bisa membantu kita:
Pertama, periksa kembali apakah arahnya sudah jelas dan dirumuskan dengan
sederhana. Sekali lagi… sederhana! sehingga semua orang bisa mengerti tanpa
keraguan sedikit pun.
Apakah setiap inisiatif strategis ada penjelasannya. Jangan terburu
mengasumsikan tim Anda telah paham hanya karena mereka mangangguk-angguk. Karena
di bawah desakan waktu dan banyaknya inisiatif yang mesti dieksekusi, ditambah
lagi tekanan dari perintah yang tak terucapkan namun diasumsikan oleh atasan dan
kolega, mereka cenderung untuk menganggukkan kepala saja. Asal bapak senang,
kalau target tak tercapai itu urusan nanti.
Sekali lagi – karena sering dilupakan – rumusan tujuan yang jelas dan
sederhana adalah SMART: specific (jelas dan bisa dideskripsikan maknanya),
measurable (terukur), accountable (dapat dipertanggungjawabkan), realistic
(realistis, menantang tapi masuk akal), dan time-bound (ada jadwalnya).
Kedua, faktor orang (terutama sikapnya yang tepat). Pastikan setiap orang
dalam organisasi punya agenda yang sama. Para pimpinan mesti dijadikan model
bagi seluruh organisasi. Oleh karena itu mereka juga perlu diperlakukan dengan
hormat (respek). Kompetensi apa yang dibutuhkan (sehingga perlu dikembangkan)
untuk mengeksekusi adalah:
a) Keahlian memecahkan masalah (mencari solusi), kapasitas melihat berbagai
pendekatan menang-menang, dan menggunakan kreativitas.
b) Empati (memahami posisi orang lain), kemampuan mengantisipasi perasaan,
pikiran dan tindakan orang lain, serta menggunakan pemahaman ini untuk membantu
dan membimbing orang lain.
c) Komitmen (mencerminkan kedewasaan), memenuhi tanggungjawab dengan
segala konsekuensinya.
d) Sikap Asertif (dorongan ego), kemampuan bertahan dalam situasi
kompetitif, mengatasi tenggat waktu, dan bersikap positif saat direlokasi.
e) Fleksibilitas (kemampuan adaptasi), cukup percaya diri untuk
mempertimbangkan perubahan, kemampuan melihat gambaran yang lebih besar.
f) Dorongan diri (otonomi), kemampuan mencapai banyak hal tanpa supervisi,
bekerja dengan baik, dan menggunakan tatanan-nilai dalam menetapkan prioritas.
Ketiga, cegah organisasi dipenuhi "manusia gua" (mereka yang nyaman
mendekam dalam ketidaksadarannya). Upayakan semua orang bisa melepaskan ide lama
dan cara yang sudah usang. Pertama yang perlu "dilepaskan" adalah anggapan bahwa
atasan adalah orang terpintar di kantor. Atasan jangan jadi "pembajak dialog".
Kedua, lepaskan "perfeksionisme" yang mengakibatkan stagnasi. Prinsip eksekusi
adalah: tak ada rotan maka akar pun jadilah! Ketiga, lepaskan trauma kegagalan.
Ini terkait dengan soal sebelumnya, sebagian dari akibat sikap perfeksionis
adalah: bahwa satu kegagalan kecil membuat ide baru apa pun terdiskualifikasi.
Keempat, ciptakan dan pimpin tim yang hebat. Ciri-ciri tim hebat adalah:
saat bekerja dengan mereka, Anda tidak sabar menunggu hari esok. Tim hebat
adalah, saat semua orang mengerjakan banyak hal dalam waktu yang mepet, tak
perlu ada orang yang meneriakkan perintah serta pengawasa berlebihan. Pada tim
hebat, kerja keras tidak terasa melelahkan (burn-out), masalah dipecahkan tanpa
banyak keluhan (walau bukan berarti bahwa setiap anggota selalu setuju). Kalau
ada ketidaksepakatan, tim hebat mendiskusikannya secara dewasa dan bekerjasama
lagi dengan cepat. Tim hebat memiliki cara untuk membuat semua orang, bahkan
yang berada dalam grup paling beragam sekalipun, melakukan hal terbaik.
Sehingga pada akhirnya, soalnya bukan lagi pada apa yang kita katakan…
tetapi apa yang kita lakukan (eksekusi), itulah yang akan membuat perubahan dan
perbedaan.
Bersiaplah untuk sukses!
...setelah menyelesaikan rencana strategis perusahaan, tibalah
pada fase penerapannya. Saat ini terjadi banyak kebingungan di kalangan manajer
dan akhirnya malah mengarah pada stagnasi (kemacetan) dalam pelaksanaannya.
Bagaimana kiranya bisa menyiasati kendala ini?
Memang kunci sukses program bukanlah pada apa yang terumuskan dalam rencana
bisnis, tetapi lebih pada apa yang Anda lakukan. Tindakan (eksekusi) itulah yang
bakal membuat perubahan dan perbedaan. Laurence Haughton (bukunya: It's Not What
You Say, It's What You Do, Gramedia, 2007) bisa membantu kita:
Pertama, periksa kembali apakah arahnya sudah jelas dan dirumuskan dengan
sederhana. Sekali lagi… sederhana! sehingga semua orang bisa mengerti tanpa
keraguan sedikit pun.
Apakah setiap inisiatif strategis ada penjelasannya. Jangan terburu
mengasumsikan tim Anda telah paham hanya karena mereka mangangguk-angguk. Karena
di bawah desakan waktu dan banyaknya inisiatif yang mesti dieksekusi, ditambah
lagi tekanan dari perintah yang tak terucapkan namun diasumsikan oleh atasan dan
kolega, mereka cenderung untuk menganggukkan kepala saja. Asal bapak senang,
kalau target tak tercapai itu urusan nanti.
Sekali lagi – karena sering dilupakan – rumusan tujuan yang jelas dan
sederhana adalah SMART: specific (jelas dan bisa dideskripsikan maknanya),
measurable (terukur), accountable (dapat dipertanggungjawabkan), realistic
(realistis, menantang tapi masuk akal), dan time-bound (ada jadwalnya).
Kedua, faktor orang (terutama sikapnya yang tepat). Pastikan setiap orang
dalam organisasi punya agenda yang sama. Para pimpinan mesti dijadikan model
bagi seluruh organisasi. Oleh karena itu mereka juga perlu diperlakukan dengan
hormat (respek). Kompetensi apa yang dibutuhkan (sehingga perlu dikembangkan)
untuk mengeksekusi adalah:
a) Keahlian memecahkan masalah (mencari solusi), kapasitas melihat berbagai
pendekatan menang-menang, dan menggunakan kreativitas.
b) Empati (memahami posisi orang lain), kemampuan mengantisipasi perasaan,
pikiran dan tindakan orang lain, serta menggunakan pemahaman ini untuk membantu
dan membimbing orang lain.
c) Komitmen (mencerminkan kedewasaan), memenuhi tanggungjawab dengan
segala konsekuensinya.
d) Sikap Asertif (dorongan ego), kemampuan bertahan dalam situasi
kompetitif, mengatasi tenggat waktu, dan bersikap positif saat direlokasi.
e) Fleksibilitas (kemampuan adaptasi), cukup percaya diri untuk
mempertimbangkan perubahan, kemampuan melihat gambaran yang lebih besar.
f) Dorongan diri (otonomi), kemampuan mencapai banyak hal tanpa supervisi,
bekerja dengan baik, dan menggunakan tatanan-nilai dalam menetapkan prioritas.
Ketiga, cegah organisasi dipenuhi "manusia gua" (mereka yang nyaman
mendekam dalam ketidaksadarannya). Upayakan semua orang bisa melepaskan ide lama
dan cara yang sudah usang. Pertama yang perlu "dilepaskan" adalah anggapan bahwa
atasan adalah orang terpintar di kantor. Atasan jangan jadi "pembajak dialog".
Kedua, lepaskan "perfeksionisme" yang mengakibatkan stagnasi. Prinsip eksekusi
adalah: tak ada rotan maka akar pun jadilah! Ketiga, lepaskan trauma kegagalan.
Ini terkait dengan soal sebelumnya, sebagian dari akibat sikap perfeksionis
adalah: bahwa satu kegagalan kecil membuat ide baru apa pun terdiskualifikasi.
Keempat, ciptakan dan pimpin tim yang hebat. Ciri-ciri tim hebat adalah:
saat bekerja dengan mereka, Anda tidak sabar menunggu hari esok. Tim hebat
adalah, saat semua orang mengerjakan banyak hal dalam waktu yang mepet, tak
perlu ada orang yang meneriakkan perintah serta pengawasa berlebihan. Pada tim
hebat, kerja keras tidak terasa melelahkan (burn-out), masalah dipecahkan tanpa
banyak keluhan (walau bukan berarti bahwa setiap anggota selalu setuju). Kalau
ada ketidaksepakatan, tim hebat mendiskusikannya secara dewasa dan bekerjasama
lagi dengan cepat. Tim hebat memiliki cara untuk membuat semua orang, bahkan
yang berada dalam grup paling beragam sekalipun, melakukan hal terbaik.
Sehingga pada akhirnya, soalnya bukan lagi pada apa yang kita katakan…
tetapi apa yang kita lakukan (eksekusi), itulah yang akan membuat perubahan dan
perbedaan.
Bersiaplah untuk sukses!
Post a Comment