Oleh: Andrias Harefa
Deffy Lisa Hardjono, Cibubur, bertanya, "Setiap kali saya membaca aktivitas Prof yang berjuang untuk pendidikan, terutama untuk anak-anak yang tidak mampu namun berbakat tinggi, saya selalu bertanya dari mana Prof sendiri mendapat segala energi dan motivasi untuk perjuangan itu ".
Yang ditanya, Profesor Yohanes Surya pun menjawab, "Motivasi itu berasal dari keyakinan bahwa kalau kita menginginkan sesuatu (kita berada dalam kondisi kritis) dan kita melangkah dan melangkah dengan tekun, maka terjadilah mestakung (semesta mendukung) dimana lingkungan sekitar kita (termasuk sel-sel tubuh kita) mengatur diri, mendukung agar apa yang kita inginkan itu akan terpenuhi."
Begitulah kutipan dari tanya jawab dengan tokoh pilihan KOMPAS edisi Kamis, 27 Mei 2010 silam. Profesor Yohanes Surya sangat yakin bahwa Indonesia bisa me njadi salah satu negara terbaik dalam pengembangan sains dan teknologi kalau sebuah critical mass sudah terpenuhi, yakni sekitar 30.000 PhD. Itulah sasaran tembaknya. Lalu ia melangkah dan bertekun dalam bidang tersebut.
Tidak perlu dibahas prestasi dan reputasi yang telah dimiliki oleh Prof. Yo sebagai tokoh sentral, motivator ulung, pelatih sukses nomor wahid, yang membawa sejumlah siswa Indonesia merebut posisi terhormat dalam Olimpiade Fisika dan sekarang menjadi Penasihat Tim Olimpiade Fisika. Memang, tidak kurang kritik pedas yang dilontarkan berbagai pihak yang berbeda pandangan dengan Prof. Yo dalam soal apa yang harus diperjuangkan untuk memperbaiki pendidikan di negeri ini. Bagaimana pun, yang mau kita bicarakan dalam artikel pendek ini adalah resep sukses seorang Prof. Yo.
Resep sukses Prof. Yo, seperti berulang kali dikatakannya secara lisan maupun tertulis dalam berbagai kesempatan, tersimpan dalam tiga kata kunci: sasaran-kritis, melangkah, dan bertekun. Sederhana, namun cespleng luar biasa!
Orang sukses, kata Prof. Yo, mesti berani menetapkan sasaran. Bukan sembarang sasaran, tetapi sasaran yang membuatnya berada di situasi kritis. Artinya, ini sasaran yang bukan ecek-ecek. Bukan sasaran yang asal-asalan atau sekadar asal ada. Sasaran itu harus menempatkan kita pada situasi kritis, kalau tak tercapai risikonya bikin malu tujuh turunan (kalau menikah da n punya anak, tentu). Sasaran yang mendebarkan hati dan jantung, yang membuat bulu kuduk berdiri. Sasaran yang membuat kita memikirkannya ketika baru bangun tidur, dan memikirkannya sepanjang hari, bahkan terus memikirkannya sampai ketiduran atau tidur beneran. Sasaran yang pencapaiannya akan mengharumkan nama keluarga, nama suku dan nenek moyang, nama perusahaan/organisasi, bahkan, kalau perlu nama bangsa dan negara juga dipertaruhkan.
Sasaran ini makin tinggi makin baik. Seperti anjuran Bung Karno, "Gantungkan cita-citamu setinggi langit." Jadi, jangan membuat cita-cita hanya sebatas langit-langit rumah yang tingginya hanya 3 meteran. Tetapkan sasaran setinggi mungkin, yang menempa tkan Anda dalam kondisi kritis, itulah anjuran pertama.
Setelah sasaran ada, melangkahlah maju. Bertindaklah. Jangan malah pergi ke dukun atau minta dukungan peramal yang sendirinya tidak bisa meramalkan masa depannya. Pikirkan sesuatu yang bisa dilakukan untuk mendekatkan kita pada sasaran yang telah ditetapkan itu. Mulai dengan langkah-langkah paling kecil pun tak mengapa.
Dalam melangkah ini, syukurilah setiap kemajuan, betapa pun kecilnya. Berdoalah pada Tuhan, minta pimpinanNya. Bangunlah keyakinan pada kemampuan diri dan bimbingan ilahi. Belajarlah juga kepada pencopet, yang juga yakin bisa mencopet tanpa ketahuan. Sebab kalau tak yakin, tentu pencopet akan batal mencopet, bukan? Na h, kalau pencopet yang berbuat suatu kejahatan saja bisa yakin, mengapa kita yang punya cita-cita baik, mulia, dan luar biasa tidak yakin? Yakinlah akan kemampuanmu. Yakinlah akan bimbingan Tuhanmu. Melangkahlah maju dengan keyakinan itu.
Setelah melangkah, dan mendapatkan banyak tantangan-halangan-hambatan disana-sini, lalu apa? Bertekun. Bukan ter-kun, tidak sukses ke dokter ke dukun. Bukan. Tekun. Persisten. Jangan menyerah, kecuali sampai ke tujuan. Jangan bimbang kalau ada gelombang. Jangan gemetar dengar bunyi halilintar. Jangan menyerah dikala terasa susah. Jangan menjerit walau terasa sakit.
Dalam ketekunan itu juga ada fokus. Seperti sinar matahari yang tidak bisa membakar kertas. Akan tetapi, jika sinar matahari itu difokuskan lewat sebuah kaca pembesar, maka sinar itu akan mampu tidak hanya membakar kertas, tetapi juga daging akan matang terbakar.
Dengan sikap tekun, fokus, dan pantang menyerah ini, Prof. Yo mengingatkan tokoh pemenang Nobel Fisika dari Jepang, Masatoshi Koshiba. Ketika SMA dia "dihina" gurunya karena tidak bisa fisika. Hinaan itu membuatnya dalam kondisi kritis. Ia menetapkan sasaran untuk bisa fisika. Ia belajar dan belajar dan beajar. Meski lulus dari Tokyo University dengan nilai terenda h, Koshiba akhirnya menemukan momentum untuk menjadi profesor fisika ditempat ia pernah mendapatkan nilai terendah itu. Suatu ironi yang menginspirasi. Dan ketika ia dibuatkan KAMIOKANDE, lab untuk neutrino, ia berhasil membuktikan keberadaan partikel elementer yang disebut neutrino sehingga melahirkan bidang penelitian baru, yakni astronomi neutrino. Hasil penemuan ini diganjar dengan hadiah Nobel Fisika tahun 2002.
Begitulah, Profesor Yohanes Surya sudah membuktikan berulang kali dalam hidupnya, dan dalam pengamatannya kepada banyak tokoh dunia lainnya, bahwa resep sukses ini manjur: Kri-Lang-Kun. Tetapkan sasaran yang membuat Anda dalam situasi KRI-tis, kemudian meLANGkahlah, dan berteKUN.
Berani mencoba?
__._,_.___
by: Sarah Proaktif <proaktifsarah@yahoo.co.id>