Ilmuwan AS Berhasil Kendalikan Pikiran Orang Lain Melalui Internet

On Behalf Of Bunaiya

 

Bisnis.com, NEW YORK - Ilmuwan Amerika Serikat pada Selasa (27/8/2013) mengungkapkan mereka untuk pertama kalinya berhasil menyatukan dua pikiran, dengan seorang peneliti mengirimkan sinyal otak melalui Internet untuk mengontrol gerakan tangan peneliti lain di tempat yang berbeda.

Tujuan utama dari penelitian tersebut adalah untuk membantu pasien lumpuh mendapatkan kekuatan untuk menggerakkan anggota tubuhnya. Di sisi lain, beberapa kritikus mengkhawatirkan penggunaan lain yang lebih kontroversial.

Pada Februari lalu, tim ilmuwan berbeda yang dipimpin oleh Miguel Nicolelis dari Universitas Medical Center Duke menggunakan sensor elektronik untuk menangkap pikiran sebuah tikus di Brasil dan mengirimkan sensor tersebut ke tikus lain di AS. Tikus kedua itu berhasil meniru gerakan tikus pertama.

Selain itu, aktivitas elektronik dalam otak kera di Duke, North Carolina, baru-baru ini dikirim lewat Internet untuk mengontrol gerakan robot tangan di Jepang.

Keberhasilan tersebut memunculkan kekhawatiran tentang munculnya batalion pasukan binatang--atau bahkan manusia--yang otaknya dikontrol oleh orang lain dari jarak jauh. Beberapa penelitian Universitas Duke menerima dana dari badan Pentagon bernama Defense Advanced Research Projects Agency.

Penelitian yang diungkap oleh peneliti Universitas Washington itu didanai oleh US Army Reasearch Office dan beberapa badan negara non-militer lain.

Dalam penelitian tersebut, profesor Universitas Washington Rajesh Rao duduk di hadapan layar komputer dan memainkan video game sederhana dalam otaknya. Dalam sebuah momen, dia membayangkan menggerakkan tangan kanannya untuk menembakkan meriam.

Elektroda EEG kemudian mengambil sinyal "tembakkan meriam!" dari Rajesh Rao dan mentransmisikannya ke bagian lain kampus Universitas Washigton.

Pada bagian lain itu, duduk Andrea Stocco. Saat menerima sinyal "tembakkan meriam!", Stocco secara tidak sengaja menggerakkan tangan kanannya untuk memencet tombol spasi di keyboard (tombol yang berfungsi menembakkan meriam dalam permainan video game).

"Adalah hal yang sangat menarik sekaligus mengerikan saat mengetahui bahwa tindakan yang saya bayangkan dalam otak dapat diterjemahkan ke dalam tindakan yang nyata oleh orang lain," kata Rao.

Rao sendiri mengatakan bahwa penyatuan pikiran tersebut hanya dapat membaca sinyal otak sederhana, bukan pikira n-pikiran kompleks. Penyatuan tersebut juga tidak dapat digunakan tanpa sepengetahuan orang yang menerima sinyal.

Namun dia yakin penelitian tersebut dapat dikembangkan sedemikian rupa sehingga seorang pilot yang tidak bertugas dapat mendaratkan pesawat yang kehilangan pengemudi.

Penelitian Rao sampai saat ini belum dipublikasikan dalam jurnal ilmiah, hal itu diakui oleh juru bicara Universitas Washington Doree Armstrong sebagai sesuatu "yang tidak biasa".

Namun, dia mengatakan bahwa video eksperimen Rajesh Rao dan Andrea Stocco sudah dapat membuktikan pencapaian penelitian dengan sendirinya.

Foto: University of Washington

 

Source : Antara/Reuters

Editor : Hery Lazuardi

 

Bagaimana dan Mengapa Karakter itu Menjadi Penting?

On Behalf Of Lois Efesus

Kebutuhan orang akan bisa menyesuaikan diri melalui PENGETAHUAN (ijazah sekolah dsb, buku-buku, kursus dsb) dan PENGALAMAN (baik pengalaman kerja maupun keahlian) saja tampaknya tidak lagi menjadi yang terutama.

 

Ada hal-hal yang lebih penting yang sebenarnya dibutuhkan oleh setiap orang untuk menunjukkan dirinya didalam kinerja/pekerjaan atau dalam hubungan sosial/keluarga yang menjadi sangat tidak relevan dengan hanya mengandalkan modal PENGETAHUAN dan PENGALAMAN saja. Hal ini sering kita temui ketika orang-orang yang diperkirakan memiliki kemampuan yang diatas rata-rata berdasarkan kedua hal tsb, ternyata justeru mereka inilah yang menjadi biang masalah. Akibatnya, kita menjadi pesimis dan takut mem"prediksi" kemampuan seseorang sebelum kita "MENCOBA"-nya.

 

Kita lihat sendiri, apakah seseorang yang ber"PENGETAHUAN" leadership, lulusan S3, memiliki banyak sertifikat, rekomendasi dari orang yang sangat penting dsb bisa memiliki KINERJA yang baik di bidang Pekerjaan, atau Sosial atau Keluarga dsb?

 

Demikian juga apakah seseorang yang telah ber"PENGALAMAN" menjadi Pimpinan Perusahaan/Organisasi, menjadi Suami/Isteri, menjadi Teman Setia, menjadi Teman Bisnis, menjadi Ahli baik bidang sekuler ataupun non-sekuler dsb bisa dijamin memiliki KINERJA yang baik juga di bidang Pekerjaan, atau Sosial atau Keluarga dsb?

 

Bukankah dari kedua hal inilah biasanya orang dinilai bukan? Coba saja kita lihat lowongan yang beredar di media utama, pasti yang menjadi syarat adalah Ijazah dan/atau Pengalaman Kerja.

 

Padahal, kita bisa lihat sendiri bahwa belum tentu kedua hal tersebut merupakah pilihan yang terbaik yang orang tersebut lakukan mengingat sistem pendidikan dan keuangan di negara kita masih sangat meragukan. Sehingga siapapun yang sebenarnya merasa yakin dengan kedua hal tersebut silahkan merenungkan atau lebih tepatnya merefleksikan-nya dengan salah satu film fenomenal yang pernah kita miliki "LASKAR PELANGI".

 

Dari film tersebut, kita bisa melihat bahwa adanya kekuatan yang jauh lebih besar dibandingkan dengan PENGETAHUAN dan PENGALAMAN, yaitu pendidikan KARAKTER.

 

Ada orang yang sangat mengerti bahwa dengan keadaan yang buruk bahkan teramat buruk, maka bagi orang-orang yang dibimbing dengan pembimbing yang benar maka otomatis pendidikan dan pembentukan KARAKTER akan OTOMATIS DIBENTUK. Sehingga banyak orang yang dengan pesimis mengatakan bahwa kalau anaknya orang kaya mungkin bisa tambah kaya tetapi belum tentu menjadi manusia yang ber-karakter baik. Dan contoh sudah ada didepan mata kita bukan?

 

Demikian juga sistem Manajemen dan Duplikasi kepemimpinan (Leadership) sangat meragukan kemampuan "ZONA NYAMAN" orang yang mau dididik, sehingga mereka juga biasa tidak ragu-ragu melakukan ekstrim kiri bertindak "kejam" untuk membuat suasana yang "buruk" agar anak didikya bisa "TAU DIRI" atau ekstrim kanan yaitu membuat suasana "angin sorga" sehingga anak didiknya bisa ingat "BUDI".

 

Ternyata pengalaman kami sebagai Coach menunjukkan gejala yang diluar dugaan, yaitu telah timbulnya situasi "seperti kacang lupa dengan kulitnya". Artinya, apa yang telah diberikan ternyata dikembalikan dalam bentuk "pengkhianatan" di kaca mata pendidik/leader-nya.

 

Jadi apa yang salah apabila seorang Pendidik/Leader telah memberikan baik moril maupun materiil kepada anak didiknya tetapi mereka menjadi seorang yang hebat (yang lupa diri) atau anak didiknya yang bisa saja "muntaber" (mundur tanpa berita alias kabur)?

 

Ada hal-hal yang sangat tidak disadari oleh kita sebagai manusia melihat manusia. Dan ini merupakan proses duplikasi yang telah berlangsung selama berabad-abad (PENDIDIKAN dan PENGALAMAN kita sbg bangsa Indonesia dijajah). Akibatnya kita gagal melihat seseorang seutuhnya bahkan dimulai dari kita memandang diri kita sendiri.

 

Ingin lebih jelas bagaimana kita mengenal diri kita dan teman main atau teman kerja lebih dalam? Bagaimana mengetahui bahwa kita sebenarnya kabanyakan teman "MAIN" dari pada teman "KERJA"?

(Sumber : www.careplusindonesia.com)

 

 

The Groundswell Connection Becoming a Civilised Catalyst

On Behalf Of Lois Efesus

 

ADA sebuah buku bagus dan relatif baru yang membahas relasi antara konsumen dan perkembangan Internet. Judulnya Groundswell. Buku ini ditulis oleh dua analis dari Forrester Research, Charlene Li dan Josh Bernoff.

 

Groundswell didefinisikan oleh kedua penulis sebagai tren sosial di mana untuk mendapatkan kebutuhannya, orang lebih memilih mencarinya dari orang lain ketimbang dari produsen atau toko. Hal ini dilakukan dengan memanfaatkan kemajuan teknologi Internet. Contohnya saja situs eBay. Di sini orang membeli barang dari orang lain, bukan dari toko. Contoh lainnya adalah Linux. Sistem operasi ini diciptakan secara gotong-royong oleh individu-individu, bukan oleh perusahaan besar seperti Microsoft.

 

Buku ini memang mengupas panjang lebar fenomena groundswell. Salah satu bagian yang paling menarik adalah segmentasi pelanggan berdasarkan tingkat aktivitasnya dalam groundswell. Dalam buku ini, segmentasi tersebut disebut sebagai Profil Social Technographics. Ada 6 profil, yaitu Creators, Critics, Collectors, Joiners, Spectators,

dan Inactives. Profil-profil ini sendiri digambarkan sebagai tangga. Creators adalah anak tangga paling atas karena merupakan segmen yang paling tinggi tingkat aktivitasnya, sementara Inactives berada paling bawah karena merupakan segmen yang paling rendah tingkat aktivitasnya.

 

Secara ringkas, keenam profil Social Technographics tersebut sebagai berikut. Creators adalah orang-orang yang paling-tidak sebulan sekali menulis di blog-nya atau meng-upload video di YouTube. Critics adalah orang-orang yang memberikan komentar pada blog atau memberikan penilaian secara online terhadap suatu produk. Collectors adalah orang-orang yang menyimpan berbagai informasi online pada satu situs, misalnya menyimpan alamat-alamat situs favorit di situs Delicious.

 

Sementara Joiners adalah orang-orang yang punya profil di situs social networking seperti Facebook untuk sekadar menjalin relasi. Spectators adalah orang-orang yang sekadar membaca blog atau menonton video orang lain. Dan yang terakhir, Inactives, adalah orang-orang yang tidak melakukan aktivitas apa-apa walaupun ia sedang online.

 

Sekarang, seperti sudah saya tulis sebelumnya, untuk menjadi New Wave Marketers berarti harus selalu melakukan Always-On Connection. Kalau sekadar terkoneksi namun sifatnya Offline Connection , jangkauannya akan terbatas. Sementara koneksi yang bersifat Offline & Online Connection lebih baik, namun tidak bisa terlalu mendeteksi perubahan lanskap yang berlangsung sangat cepat. Yang terbaik adalah Always-On Connection. Ini berarti pemasar (baca: Company) selalu punya akses dan

selalu bisa memantau perkembangan terbaru dari 3C lainnya dalam lanskap bisnis, yaitu Change Agents, Customers, dan Competitors, dengan perantaraan Connector 

 

Nah, kembali ke profil Social Technographics tadi. New Wave Marketers tidak cukup sekadar terkoneksi (Connected) dengan menjadi Joiners atau malah Spectators saja. Ia harus berupaya untuk semakin naik menuju ke anak tangga teratas, yaitu Creators. Ini berarti New Wave Marketers harus aktif mengambil inisiatif untuk menjadi apa yang saya sebut sebagai Catalyst.

 

Catalyst ini layaknya katalisator dalam reaksi kimia untuk mempercepat proses. Artinya, sebuah merek--"baik itu merek produk ataupun merek korporat--"yang melakukan corporate blogging harus mau menjadi katalis pada perbincangan yang ada di lanskap New Wave. Dengan demikian, merek tersebut berada pada satu tingkat yang sama dengan 3C lainnya tadi dalam perbincangan yang terjadi.

 

Dan jangan lupa, lakukan semua itu dengan Civilised alias beradab. Walaupun di Internet orang bisa melakukan apapun, termasuk memakai nama samaran, melakukan fitnah, atau melontarkan komentar yang tidak etis, tapi pada akhirnya hanya mereka yang beradab sajalah yang akan tetap terjaga reputasinya dan terus dipercaya orang.

 

Inilah perkembangan pemasar dalam era New Wave Marketing. Untuk sekadar bertahan hidup (survive), pemasar cukup sekadar terkoneksi (connected). Ini berarti ia harus punya pengetahuan dan ketrampilan teknis alias IQ yang baik. Sementara untuk bisa merasakan (sensing) perubahan pada lanskap bisnis, pemasar harus jadi katalis (catalyst). Berarti ia harus bisa memahami lingkungan sekitarnya alias harus punya EQ yang baik. Dan yang terakhir, agar bisa terus berkembang dalam jangka waktu yang panjang (sustainable), pemasar harus beradab (civilised). Pemasar seperti ini punya nilai-nilai moral yang tinggi alias SQ yang baik.

 

Maka, di era New Wave Marketing ini, jadilah pemasar yang bukan hanya bisa menjalin relasi dengan orang lain, namun juga bisa mendeteksi perubahan yang terjadi dan tetap mampu melakukan segala aktivitas dengan cara-cara yang beradab. (Oleh Hermawan Kartajaya)

(Sumber : www.careplusindonesia.com)

 

 

Manusia berubah ketika status mereka berubah

On Behalf Of vina.permatasari@yahoo.com

Ada seorang gadis buta yang membenci dirinya sendiri karena dia buta. Dia juga membenci semua orang, kecuali pria kekasih tercintanya. Dia selalu ada untuknya. Gadis itu mengatakan kalau seandainya dia bisa melihat, maka dia akan menikahi pria kekasihnya itu.

Suatu hari, seseorang mendonasikan sepasang matanya untuknya agar dia bisa melihat segalanya, termasuk kekasihya itu.
Kekasih prianya itu bertanya padanya,
"karena sekarang kau sudah bisa melihat, apakah sekarang engkau mau menikahiku?"
Gadis itu shock dan kaget karena kekasihnya itu ternyata juga buta, dan dia menolak untuk menikahinya.

Pria itu pun pergi dengan kesedihan yang sangat mendalam, dan beberapa waktu kemudian dia menuliskan surat untuk gadis itu.
"TOLONG JAGA MATA SAYA BAIK-BAIK....."

Beginilah manusia berubah ketika status mereka berubah. Hanya beberapa orang yang mengingat seperti apa hidupnya dahulu, dan siapa yang telah menemaninya pada saat-saat menderita

 

 

Kisah Umar Bin Khattab dan David Cameron

On Behalf Of asian Trainer

 

PMInggris 

Di siang yang terik, datanglah seorang utusan Romawi datang dari kota Damaskus di kota Madinah, mengantar surat kepada Amirul Mukminin Umar bin Khattab. Sesampainya di Madinah, utusan ini mencari istana Kepresidenan namun tidak menemukan kecuali bangunan-bangunan biasa saja.

 

Memasuki sebuah pasar, utusan dari Romawi tersebut memberanikan diri untuk bertanya, “Aku ingin bertemu pemimpin kalian, aku membawa surat dari Caesar di Damascus, dimana aku bisa menemui pemimpin kalian?”. Seorang laki-laki di pasar yang ditemuinya itu menunjuk ke arah sebuah kebun kurma di ujung kota, “Kamu cari saja di kebun itu, biasanya jam segini beliau sedang istirahat siang”.

 

Sampai di kebun, utusan itu tidak menemukan seorang pengawalpun, layaknya Caesar kalau pergi berburu banyak pengawal dan kemah-kemah. Dia hanya melihat seorang laki-laki tua tidur di atas pelepah kurma, terlihat sangat lelap dalam tidurnya.

 

“Hai tuan, maaf mengganggu anda beristirahat, aku mencari Umar bin Khattab, tahukah kamu dimana dia?”

 

“Ya, akulah Umar, ada apa?”

 

Utusan itu terperanjat, dalam hatinya bergumam, “Caesarku dikawal puluhan pasukan khusus di dalam istana, belum tentu bisa tidur nyenyak seperti Umar ini, di kebun, di atas pelepah kurma, tanpa pengawal! Hanya Pemimpin adil yang bisa seperti ini”.

 

“Ada apa?”, kata Amirul Mukminin sekali lagi, akhirnya utusan itu memberikan surat dari Caesar. Diapun pergi kembali ke Damascus membawa 1001 pertanyaan tentang pemimpin Islam…

 

Kalau poto ini, apa yang aneh? aneh karena PM Inggris David Cameron naik tram? aneh karena Cameron tidak dapat tempat duduk? aneh karena Cameron tidak dikawal?

 

Tidak ada yang aneh, rakyat Inggris menganggap Cameron itu tidak lain adalah “pegawai” mereka, dan Cameron sendiri sadar kalau dia “pegawai” untuk Rakyatnya. Hanya kita saja yang menciptakan Firaun kita sendiri, kita “dewakan” orang-orang yang sebenarnya “pegawai” kita, yang makan dari gaji dari uang-uang kita.

 

Kalau kita yang menciptakan Firaun kita sendiri, jadi jangan ngambek kalau “mereka” benar-benar Nge-Firaun, karena mereka adalah Firaun ciptaan kita sendiri. (aanardian)

 

 

Learning Styles

Introduction to
Learning Styles

by Marcia L. Conner

 

You may realize that people learn and process information in different ways, but can you describe what those differences are or improve the unique ways that you learn? For decades, education researchers designed models that differentiate how people learn, yet the results are often harder to understand than the people they describe.

This introduction puts learning styles information into easy to understand language and provides sources where you can learn more. I also offer a Learning Style Assessment  that you can use to gauge your dominant learning style and techniques you can use to benefit from your individuality.

 

Overview of learning styles

Learning styles classify different ways people learn and how they approach information.

If you feel like you can't learn something important - even after you use a method a friend, a parent, a colleague, or a teacher suggested - you might have a different learning style than that person and their approach might now be the best approach for you. You learn and processes information in your own special way, though we all share some learning patterns, preferences, and approaches. Knowing your own style can also help you realize that other people may approach the same situation in a way that's different from your own.

I meet learners of all ages who think they're dim, dumb, lazy, or crazy because they can't understand materials the way the others do. When these learners can match the way they approach information with the way they learn, they see dramatic improvements in understanding, meaning making, self-image, and for students - grades.

Learning style assessments provide you an opportunity to learn how you are likely to respond under different circumstances and how to approach information in a way that best addresses your own particular needs.

 

Perceptual Modalities

The learning styles assessments I find most helpful examine how you take in information through your senses. Researchers call these sorts of assessments "perceptual modality assessments." They look at how you see, hear, feel, and move through the world. Those perceptions deeply affect your ability to learn. Whether you tend to rely more or less on one sense than another has a tremendous influence on how you interpret new experiences and succeed in whatever you work with each day. Take a perceptual modality assessment now.

Multiple Intelligences

Howard Gardner asserts there are at least seven modalities (referred to as intelligences) that can be used to describe your individual style. His work encourages everyone to think about learning in new and creative ways. On this site I link to several multiple intelligences assessments.

This work suggests people can be:

  1. Verbal-linguistic: sensitive to the meaning and order of words
  2. Musical: sensitive to pitch, melody, rhythm, and tone
  3. Logical-mathematical: Able to handle chains of reasoning and recognize patterns and order
  4. Spatial: perceive the world accurately and try to re-create or transform aspects of that world
  5. Bodily-kinesthetic: able to use the body skillfully and handle objects adroitly
  6. Interpersonal: understand people and relationships
  7. Intrapersonal: possess access to one's emotional life as a means to understand oneself and others.

 

Mind Styles

According to Anthony Gregorc, there are four basic learning styles. Gregorc's Mind Styles model categorizes learners as Concrete Sequential (CS), Abstract Sequential (AS) Abstract Random (AR) and Concrete Random (CR).

  1. Concrete Sequential (CS) learners are hardworking, conventional, accurate, stable, dependable, consistent, factual, and organized.
  2. Abstract Sequential (AS) learners are analytic, objective, knowledgeable, thorough, structured, logical, deliberate, and systematic.
  3. Abstract Random (AR) learners are sensitive, compassionate, perceptive, imaginative, idealistic, sentimental, spontaneous, and flexible.
  4. Concrete Random (CR) learners are quick, intuitive, curious, realistic, creative, innovative, instinctive, adventurous.

 

Learning Styles Indicator

David Kolb's Learning Style Model classifies learners as having a preference for 1) concrete experience or abstract conceptualization (how they take information in), and 2) active experimentation or reflective observation (how they internalize information).

  1. Type 1 (concrete, reflective). A characteristic question of this learning type is "Why?" Type 1 learners respond well to explanations of how course material relates to their experience, their interests, and their future careers. To be effective with Type 1 students, the instructor should function as a motivator.
  2. Type 2 (abstract, reflective). A characteristic question of this learning type is "What?" Type 2 learners respond to information presented in an organized, logical fashion and benefit if they have time for reflection. To be effective, the instructor should function as an expert.
  3. Type 3 (abstract, active). A characteristic question of this learning type is "How?" Type 3 learners respond to having opportunities to work actively on well-defined tasks and to learn by trial-and-error in an environment that allows them to fail safely. To be effective, the instructor should function as a coach, providing guided practice and feedback.
  4. Type 4 (concrete, active). A characteristic question of this learning type is "What if?" Type 4 learners like applying course material in new situations to solve real problems. To be effective, the instructor should stay out of the way, maximizing opportunities for the students to discover things for themselves.

 

Myers-Briggs

The Myers-Briggs Type Indicator, based on the work of Carl Jung identifies 16 personality styles based on:

How you relate to the world (Extravert or Introvert)

Extraverts try things out, focus on the world around

Introverts think things through, focus on the inner world of ideas.

How you take in information (Sensing or iNtuiting)

Sensors (practical, detail-oriented, focus on facts and procedures)

Intuitors (imaginative, concept-oriented, focus on meanings and possibilities)

How you make decisions (Thinking or Feeling)

Thinkers are skeptical, tend to make decisions based on logic and rules

Feelers are appreciative, tend to make decisions based on personal and humanistic considerations

How you manage your life (Judging or Perceiving).

Judgers set and follow agendas, seek closure even with incomplete data

Perceivers adapt to changing circumstances, resist closure to obtain more data.

For example, one learner may be an ESTJ (extravert, sensor, thinker, perceiver) and another may be an INFJ (introvert, intuitor, feeler, judger). On this site I include links to several temperament assessments.

 

Others

There are other ways to organize learning style models. These fall into general categories such as information processing, personality patterns, and social interaction.

 

Information processing distinguishes between the way you sense, think, solve problems, and remember information. You have a preferred, consistent, distinct way of perceiving, organizing, and retaining information. Kolb's Learning Styles inventory, Gregorc's Mind Styles Model, and Keefe's Human Information Processing Model.

Personality patterns focus on attention, emotion, and values. Understanding these differences allows you to predict the way you'll react and feel about different situations. The Myers-Briggs Type Indicator and the Keirsey Temperament Sorter are two of the most well-know personality pattern assessments. A lesser known assessment is Dellinger's Psycho-Geometrics.

Social interaction looks at likely attitudes, habits, and strategies learners will take toward their work and how they engage with their peers when they learn. Some learners are independent, dependent, collaborative, competitive, participant, and avoidant. Reichmann and Grasha as well as Baxter Magolda have developed assessments.

 

 

Kurang Dihargai di Indonesia, Pembuat Mobil Listrik Pilih Pulang ke Jepang

On Behalf Of adhy

 

 

Ternyata pandai dan kreatif  saja tidak cukup, diperlukan kemampuan lain agar dapat membuat ide menjadi kenyataan operasional, bahkan orang sekaliber Dahlan Iskan juga mati angin.

Bagaimana ?   AT

 

http://m.jpnn.com/news.php?id=227553

 

 

Kurang Dihargai di Indonesia, Pembuat Mobil Listrik Pilih Pulang ke Jepang

Kamis, 10 April 2014 , 11:00:00


Menteri BUMN Dahlan Iskan saat Melihat Mobil Listrik, Selo.
Foto: Jawa Pos

KARYA anak bangsa yang bisa membanggakan dunia, belum tentu mendapat tempat di negeri sendiri. Kekhawatiran Ricky Elson, si pembuat mobil listrik itu akhirnya terbukti. Ia pun tak ingin lama-lama kecewa. Daripada ilmunya sia-sia, kini si pemuda asli Padang ini memilih ingin kembali ke ne geri Sakura.

 

Sekian lama Ricky menunggu izin mobil listrik yang dibuatnya bersama Menteri BUMN Dahlan Iskan. Berharap mobil listrik bernama Selo dan Gendhis itu, dapat menjadi inspirasi kelahiran mobil listrik buatan anak negeri. Namun apa daya, izin mobil listrik buatan pria kelahiran Padang 11 Januari 1980 itu tak kunjung keluar. Bahkan terkesan digantung oleh  Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek).

 

"Saya tak bisa lagi menahannya (untuk pulang ke Jepang). Dulu saya bermohon-mohon agar pemud a ini mau kembali ke Indonesia. Ilmunya soal mobil listrik sangat berguna. Tapi ternyata benar, ilmu itu tidak dihargai di negerinya sendiri. Dia masih muda, masa depannya masih panjang,". Begitulah pernyataan kecewa yang diungkapkan Dahlan Iskan, perihal rencana Ricky kembali ke Jepang.

 

Dahlan yang ditemui wartawan di rumahnya di Surabaya, Rabu (9/4) pantas kecewa. Semangatnya melahirkan mobil masa depan, mobil listrik buatan anak negeri, ternyata tidak mendapat sambutan baik dari koleganya di Kemenristek. Padahal untuk membuat mobil listrik, Dahlan mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Bahkan untuk memaksa Ricky mau kembali ke Indonesia, Dahlan sampai rela seluruh gajinya sebagai menteri diberikan pada Ricky.

 

"Ricky ini sudah 14 tahun di Jepang. Ia sudah memiliki hak paten internasional mobil listrik di sana. Saya merayunya habis-habisan agar mau kembali ke Indonesia. Dia sempat takut dengan resiko gajinya turun dan belum tentu ilmunya dihargai. Saya terus yakinkan dia dan memberikan seluruh gaji saya tiap bulan untuknya. Saya minta dia membangun mimpi mobil listrik buatan anak Indonesia, akhirnya dia mau dan kita buat Tucuxi, Selo  dan Gendhis," kisah Dahlan mengenai awal perkenalannya dengan Ricky.

 

"Namun ternyata, ke khawatiran Ricky terjadi. Ternyata sambutan dalam negeri (soal mobil listrik) tidak baik. Tidak ada kepastian dan tidak ada ketentuan yang jelas. Saya harus minta maaf pada Ricky. Saya bayangkan dulu orang dari luar negeri kalau pulang bisa dimanfaatkan, ternyata tidak," tambah Dahlan masih dengan nada kecewa.

 

Dahlan seolah kehabisan alasan untuk tetap menahan pemuda cerdas itu bertahan di Indonesia. Apalagi hingga saat ini, Kemenristek tak jua memberikan penjelasan, mengapa izin itu belum dikeluarkan. Padahal mobil-mobil listrik buatan Ricky, sudah pernah mejeng di acara KTT APEC di Bali.

 

"Kalau sampai satu atau dua bulan ini tidak ada kejelasan, saya harus izinkan dia (Ricky) pulang ke Jepang. Dia ini anak muda yang cerdas. Masa depannya masih panjang. Saya tidak mau menggantung masa depannya dengan bertahan di Indonesia," kata Dahlan.

 

Izin yang Tak Kunjung Keluar

 

Mobil listrik Tucuxi, Selo dan Gendhis telah lama selesai. Mungkin ini bukan mobil listrik pertama yang dibuat di Indonesia. Namun inilah jajaran mobil listrik yang pertama kali dikerjakan seluruhnya oleh putra putri bangsa.

 

Untuk mendapatkan izin ketiga mobil listrik ini, pada awalnya Dahlan meminta surat izin mobil listrik kepada Kementerian Perhubungan, namun kementerian tersebut tidak bisa memberikan izin.

 

" Akhirnya Kemenhub dan Menristek bicara dan akhirnya urus izin di Menristek. Ini sedang kita urus," kata Dahlan menjawab wartawan beberapa bulan lalu.

 

Namun seiring berlalunya waktu, izin dari Kemenristek tak kunjung ada kejelasan. Padahal Menristek Gusti Muhammad Hatta pernah memuji mobil listrik Selo saat melakukan ujicoba.

Berbagai carapun sudah ditempuh bekas Dirut PLN ini agar mengantongi izin menggunakan mobil bernama 'Selo' itu. Dari mengirim pesan singkat (SMS), telephone, hingga mengirim kan surat pribadi pada Kemenristek. Hanya saja, upayanya hingga kini tak berbuah mania.

"Saya sudah kirim surat pribadi, sebagai salah satu orang yang bisa kendarai mobil listrik itu untuk uji coba. Sampai sekarang enggak dibales. Saya udah SMS, telepon juga sudah. Jawabannya cuma 'ya' saja, tapi tidak dikasih izinnya," papar Dahlan heran.

Menteri yang ogah pakai pengawalan ini juga bingung, beberapa bus listrik yang juga masih nangkring di Kemenristek masih kesulitan keluar izinnya. Padahal secara tak langsung, bus-bus listrik itu sudah melewati jarak jauh, dari Jakarta-Bandung-Yogjakarta-Jakarta.

"Kalau mobil listrik wa rna hijau waktu itu pernah saya kendarai sendiri sampai 1000 km. Maksud saya gitu, kalau saya pakai dulu terus baru dikritik apanya saja yang kurang, tapi ini mau dipakai enggak bisa," sesal mantan Dirut PLN ini.

Perkenalan Ricky Elson dengan Dahlan

 

Saat kunjungannya ke Balikpapan beberapa waktu lalu, Kaltim Pos (Grup JPNN) sempat membuat laporan mengenai sosok Ricky Elson. Pemuda kelahiran tahun 1980 ini menempuh pendidikan sarjana hingga program master di Jepang. Ia mengambil ilmu spesifikasi Teknik Mesin di Polytechnic University of Japan. Dia selalu jadi lulusan terbaik hingga diliri k seorang profesor di sana yang merupakan perancang motor di Nidec Corporation. Ricky pun memenuhi tawaran itu.

 

Meski sempat kesulitan, Ricky berhasil beradaptasi. Bahkan, dia jadi andalan di perusahaan tersebut. Banyak pelajaran berharga didapatkan Ricky di sana. Terutama untuk menumbuhkan semangat kerja. Di perusahaan tersebut, kalimat motivasi jadi cambuk semangat karyawan. Yakni; segera kerjakan, pastikan kerjakan, dan kerjakan sampai selesai !

 

Selain itu, perusahaan-perusahaan di Jepang punya pengertian sendiri bagi setiap jenjang pendidikan. S-1 misalnya. Artinya jenjang ini sekadar tahu bagaimana memecahkan masalah. Sedangkan S-2, bagaimana menemukan masalah dan menyelesaikannya. Terakhir, S-3 adalah bisa membuat masalah dan memecahkannya sendiri.

 

Berbagai filosofi Negeri Samurai ini rupanya membentuk karakter Ricky menjadi orang yang produktif. Buktinya, enam tahun sejak bekerja di Nidec Corporation, dia berhasil jadi andalan. Sekitar 80 persen produk perusahaan ini merupakan karya sang Putra Petir ini.

 

Adapun Nidec Corporation bergerak di bidang elektronik, memproduksi elemen motor presisi alias mikromotor.

 

Selama 14 tahun di Jepang, Ricky telah menemukan belasan teknologi motor penggerak listrik yang sudah dipatenkan oleh pemerintah Jepang.

 

Namun demikian, di tengah kariernya yang sedang bagus, Ricky memilih kembali ke In donesia. Dia turut membeberkan alasannya pada para mahasiswa kemarin. Pertemuan Ricky dengan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan, ternyata menjadi titik segalanya.

 

Bermula dari pertemuan sekitar 3 jam itu, Dahlan melobi Ricky untuk pulang dan berkarya di Tanah Air.

 

Bagi Ricky, pertemuan serupa bukan hal baru. Ada beberapa tokoh nasional yang sebelumnya menemui Ricky dan menawarkan untuk bekerja di Indonesia. Dia dijanjikan banyak hal yang barang tentu menggiurkan. Gaji tinggi mulai puluhan jut a sampai ratusan juta rupiah, hingga diberi perusahaan, sudah biasa didengarnya. Tapi dia selalu menolak. Kenapa kali ini berubah ?

 

“Yang saya tangkap, Pak Dahlan Iskan itu berbeda. Dia tak kasih janji-janji. Hanya berkata ‘Sudah cukup Anda kerja di luar negeri. Maukah ikut dengan saya? Kita bersama-sama berbuat untuk Indonesia’,” ucap Ricky menirukan percakapan dengan Dahlan Iskan saat itu.

“Beliau sangat paha m. Dia minta saya pulang. Saya pun tak tahu kenapa tak menolak padahal yang lain berani menggaji hingga dua kali lipat dari yang saya terima kala itu,” sambungnya.

Dahlan yang mengetahui bahwa tenaga dan pikiran Ricky dihargai sangat tinggi, saat itu mengaku tak bisa memberikan hal serupa.

Namun supaya Ricky mau, Dahlan tanpa pusing-pusing langsung menawarkan gajinya sebulan sebagai menteri BUMN, untuk menjadi bayaran Ricky tiap bulan.

Berkat kesamaan visi membangun Indonesia, akhirnya kesepakatan tercapai. Apalagi, dia bertekad mau membalas jasa para guru yang membantunya bisa kuliah hingga ke Jepang. Ricky pun balik ke Indonesia dan memulai proyek mobil listrik Indonesia.

Selo dan Gendhis, mobil listrik karya Ricky yang sekarang jadi sorotan. Karya anak bangsa tak kalah dengan mobil sport buatan luar negeri. Padahal, durasi pengerjaannya hanya lima bulan. Selo memiliki kecepatan 250 kilometer per jam sedangkan Gendhis 180 kilometer per jam. “Karena mengejar untuk ditampilkan di APEC, motor dan controller-nya masih pakai buatan luar negeri,” sebutnya.

Menurut Ricky, langkah membuat mobil listrik saat ini sudah tepat. Beberapa waktu ke depan, dunia diprediksi beralih ke kendaraan listrik. Ini kesempatan buat Indonesia untuk memulai industrinya. Bahkan, bukan hanya Indonesia, seluruh negara saat ini turut berproduksi mobil listrik.

“Jika tidak dari sekarang, puluhan tahun lagi akan dipertanyakan apa produksi Indonesia,” ucap Ricky. “Indonesia butuh penggagas. Dari sini diharapkan lahir pengembang mobil listrik lain,” sambungnya.

Cerita di balik pemberian nama mobil listrik karya Ricky ini turut dibeberkan. Mulanya, mobil tersebut bakal dinamai Gundala. Nama itu diambil dari tokoh fiksi pahlawan super yang dijuluki Putra Petir. Tapi, Gundala terlanjur jadi nama komik. Hingga muncul nama Selo dari legenda Ki Ageng Selo yang dikenal dapat menangkap petir. Akhirnya nama inilah yang didaulat jadi nama mobil listrik Indonesia dengan model sedan sport.

“Kalau Gendhis, memang ingin dicari yang manis untuk mendampingi Selo. Jadi diambillah Gendhis yang artinya gula dari Bahasa Jawa,” imbuhnya.

Segera Pulang ke Jepang

 

Meski asli Indonesia, prestasi Ricky Elson justru mentereng di negeri Sakura. Di sana, ia sebenarnya telah menduduki jabatan penting. Yakni sebagai kepala Divisi penelitian dan pengembangan teknologi permanen magnet motor dan generator NIDEC Coorporation , Kyoto, Minamiku-kuzetonoshiro cho388, Jepang.

 

Ilmu anak Padang ini, sedikitnya telah menghasilkan sekitar 14 teori mengenai motor listrik dan telah pula dipatenkan oleh pemerintah Jepang. Ia telah kembali ke tanah air, namun kini ia berencana untuk segera pulang kembali ke Jepang. Melalui akun facebooknya, pembuat kincir angin terbaik di dunia untuk kelas 500 watt peak ini mengaku, perusahaan di Jepang tempatnya bekerja dulu, terus mengirimi tawaran untuknya kembali. Apalagi menurutnya, saat ini Indonesia belum bersahabat untuk hasil-hasil karyanya. Oh Indonesia... 

 

 
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. ARTIKELIUS - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger