TIPS Agar Anak senang Membaca

Agar Anak Senang Membaca

  1. Berikan hadiah buku untuk ulang tahun anak atau bila ada peristiwa khusus, misalnya kenaikan kelas.
  2. Perpustakaan membuka "dunia baca". Doronglah seluruh anggota keluarga untuk mengunjungi perpustakaan umum dan menjadi anggota. Jadilah "keluarga pembaca".
  3. Sediakan tempat yang tenang, nyaman, dan "mengundang" anggota keluarga untuk membaca. Sediakan buku, majalah, surat kabar, atau buku masakan bersama-sama.
  4. Luangkan waktu setiap hari untuk membacakan buku bagi anak. Sepucuk surat, sebuah artikel, atau sebuah bab dari buku tertentu dapat menjadi awal yang baik untuk membiasakan membaca.
  5. Sediakan waktu untuk mendengarkan bila ada anggota keluarga yang ingin menceritakan isi buku yang telah mereka baca. Anak-anak akan menyukai saat seperti ini.
  6. Dengarkanlah bila anak sedang membaca. Bersikaplah sabar dan hati-hati untuk tidak mengritik. Jika Anda benar-benar berminat dan menilai baik apa yang mereka baca, anak-anak itu akan suka membacakan buku yang lain.
  7. Ajaklah anak untuk menemani Anda pergi ke toko buku dan mencari buku kesukaan mereka. Sebelum berangkat, buatlah daftar buku yang Anda dan anak ingin baca. Bila di toko buku tidak tersedia, teleponlah perpustakaan umum, barang kali buku yang Anda cari tersedia di sana.
  8. Izinkan anak Anda berlangganan majalah atas namanya. Menerima kiriman majalah atas nama sendiri merupakan pengalaman yang menyenangkan dan mendorong minat membaca.


Diambil dari:

Nama situs

:

Komunitas Ruang Baca Tempo

Penulis

:

Tidak dicantumkan

Alamat URL

:

http://www.ruangbaca.com

 

 

What To Do When You're Feeling Blue - By Jacquie Hale

Everyone has an occasional time of feeling down. Some people may be
clinically depressed while others have bouts of feeling blue or times of low
energy. Regardless of the frequency or the cause, and whether or not you are
on medication, you can lift yourself out of the doldrums with a few
techniques. I suggest that those who encounter such distressed feelings have
a few of these antidotes ready for quick access.
Appreciate the Good StuffAcknowledging the good and beautiful in your life
is a great daily practice. Making a list of what you appreciate can lighten
your mood instantaneously. You can do it by yourself, or better yet, call a
friend and inspire each other. Make the sky your limit! Think of events in
history that have inspired you or people who have made you thankful just to
have known them. Appreciate the person who cuts your hair exactly as you
like, the school crossing guard who volunteers even during a torrential
downpour, politicians whose values match yours, your boss, your spouse, your
kids, your co-workers, and don't forget--appreciate yourself for all the
things you accomplish!

Eliminate the NegativeIn the short run, you can turn off news and TV
programs that cause you distress and even stop reading the newspaper. Fill
the space you create with media that is uplifting.

If your discouraged moods are significant or frequent, it might serve you to
stop interacting with negative people. This may require a big effort and
great ingenuity on your part. It may be that ultimately you would be doing
yourself and the other people a favor by being truthful. You might say, "I'm
having trouble keeping a positive outlook these days, and when you are
always finding fault people, I start to feel down. So, I'm going to skip our
weekly coffee klatch for a while."

If the weather or the short days are bringing you down, try to block the
outside views and fill your space with as much light as possible. You might
even get full spectrum light bulbs for your living and work space where you
spend the most significant part of your day.

Distract YourselfWhen you find yourself in the downward spiral of negative
self talk, do something startling such as splashing cold water in your face
or slamming your hand on a table and declaring, "Stop!" Other activities
might include percussive activities like hoeing in the garden, chopping
wood, jumping rope, or simply stomping around.

A fine way to distract yourself is to put on some favorite music and dance
for a while. Some people find great release in planning and cooking a meal,
baking cookies, or putting up a batch of jam. Others get lost in a
complicated puzzle or computer problem. Keep a list activities you enjoy so
that all you have to do is look at the list for a distraction when you're
dragging along so low that ideas are hard to come by.

Have a ready library of uplifting media. This might include favorite movies,
TV programs, music, poetry, or books. I often suggest that clients create
fantasies that put their minds and hearts in a more favorable frame. You
might remember a particularly wonderful event or create one in your mind.
This kind of virtual vacation can brighten a very dull day.

ExerciseYou don't have to run marathons to get the positive effects of
exercise, you can feel revived and uplifted with as little as 20 minutes of
brisk walking. Better yet, you can combine two of these techniques at once
by putting on music you like and dancing.

Be of ServiceNothing takes you out of the blues as much as helping someone
else. On the spur of the moment, you might call a neighbor and offer to take
her kids to a movie or do the grocery shopping. You could cook dinner for a
friend or take dessert to a colleague. For more extensive service, you could
volunteer to work at a soup kitchen or deliver Meals on Wheels. One of my
friends feeds babies at the local Children's Hospital and another tutors
illiterate adults. I organize the volunteers for a local music group. That
way, I get to hang out with the musicians and go to their concerts. Pick
some service that interests you and it's likely to make you happy, even if
you have to drag yourself out the door to do it.

Communicate AppropriatelyIf you notice that you have suddenly found yourself
feeling grumpy or inexplicably down, review what was going on in the few
hours prior to the feeling descending on you. You may find that you had a
conversation that left you feeling unsettled. It might be that you didn't
say what you meant to say or you withheld the truth of how you felt.
Sometimes it might be that you didn't set good boundaries and you need to
speak up.

This is not an easy thing to do. It takes finesse to tell the truth in a way
that doesn't make the other person wrong. The best way to do this is to make
"I" statements. Talk about how you feel, not about what the other person is
doing. You can't say, "I feel you are a jerk!" because the jerkish person
will simply get defensive. In this case, you could say, "When you act like
that, I am afraid someone is going to get mad and start a fight with you."
Another common boundary-setting statement is, "When you act like that, I
feel that you don't like me or you are angry with me."

Challenge Negative ThoughtsIf you have an Inner Critic that is giving you
grief, start making a list of all the things this critic says about you.
Then look at each statement and ask these questions:

. Is this true?

. How do I know it is true?

. How do I act because I believe this is true?

. How would I act if I didn't believe this was true?

Have a BuddyIt's wonderful to have someone who will support you when you are
feeling down. You can discuss the ideas you develop from this article and
enlist a friend to help you engage in the some of the uplifting activities.

You are ultimately responsible for your own happiness. Actually, no one
knows better than you what satisfies you or makes you happy. You can help
yourself far more than you think by being proactive. Some day when you are
feeling particularly good, go through this list and create your own Antidote
for the Blues Kit
 

13 Makanan Yang Bisa Bikin Gemuk

Ini dia 13 jenis makanan yang gampang membuat gemuk. Kalaupun tidak bisa menyingkirkannya dari daftar menu, gantilah dengan jenis yang rendah kalori dan bebas lemak, atau tidak terlalu sering mengonsumsinya. Pure kentang. Apalagi jika proses pengolahannya menggunakan krim dan mentega. Bayangkan, 1/2 mangkuk saji saja sudah mengandung 200 kalori!, Permen. Selain mengandung jenis lemak jahat, kadar gulanya juga sangat tinggi. Begitu pula panganan sejenis seperti donat, cake dan bolu gulung...

  1. Es krim. Meski kenikmatannya sangat mengundang, es krim merupakan sajian yang amat tinggi kandungan lemak, gula dan kalori. Jadi, pertimbangkan kembali untuk menikmatinya jika Anda sedang berdiet.
  2. Keripik kentang. Camilan yang gurih ini merupakan salah satu makanan yang paling berpeluang bikin gemuk karena kandungan garamnya sangat tinggi. Belum lagi kandungan lemak dan gulanya, sehingga total kalorinya tinggi. Di samping itu, keripik kentang banyak mengandung bahan pengawet, perasa dan pemanis buatan yang jelas-jelas dapat merugikan kesehatan.
  3. Daging olahan. Kendati amat praktis, hot dog, sosis dan daging olahan sejenisnya, mengandung lemak tak baik. Kadarnya yang begitu tinggi, sama banyak dengan kadar garam yang dikandungnya.
  4. Jajanan gorengan. Makanan jenis ini kurang baik bagi kesehatan karena umumnya digoreng dengan minyak yang tidak diganti setiap kali menggoreng. Kandungan lemaknya juga sangat tinggi dan kurang terjamin kebersihannya jika dijajakan di pinggir jalan.
  5. Makanan cepat saji. Di antaranya hamburger, nachos dan kentang goreng. Kandungan lemaknya sangat tinggi, begitu pula kandungan kalorinya. Sementara kandungan nutrisi yang menyehatkan, nyaris tidak ada.
  6. Minuman bersoda. Meski mendatangkan kesegaran sesaat, minuman ini sama sekali tidak memiliki nilai-nilai nutrisi. Kecuali, kaya akan kandungan gula, sodium, dan kalori.
  7. Sereal manis. Sereal dengan kandungan karbohidrat yang tinggi, semakin menjadi ancaman bila bertemu dengan rasa manis dari gula. Makanan jenis ini akan meningkatkan gula darah dan menyebabkan tubuh menimbun lemak.
  8. Susu whole milk. Meskipun kandungan kalsiumnya baik bagi tubuh, susu jenis ini memiliki kandungan lemak yang sangat tinggi yang akan menambah timbunan lemak tubuh. Jadi, kalau ingin mengambil manfaat kalsiumnya, ganti saja dengan mengonsumsi susu yang bebas lemak atau minimal yang yang sudah dikurangi kandungan lemaknya.
  9. Kuah daging. Kandungan lemak dan karbihidrat maupun kalorinya sama-asma tinggi.
  10. Roti. Terutama yang terbuat dari tepung yang sudah mengalami proses penghalusan, sehingga tinggi kandungan lemak dan karbohidratnya. Kalau mau aman, coba mengonsumsi roti gandum, sehingga dapat menfaat dari seratnya.
  11. Aneka Krim. Whipped cream yang sering dipakai sebagai penghias pada jus stroberi dan dressing salad, semuanya mengandung lemak tinggi, dan akan menjadi kalori tinggi jika tercampur dengan makanan sehat Anda. Sebaiknya, jika Anda sedang mengonsumsi makanan sehat, tidak usah dibumbui dengan aneka krim atau topping
  12. Mayones. Memiliki sekian banyak ikatan lemak di dalamnya. Jadi, sebaiknya pakai sedikit saja jika Anda menginginkan.
  13. Kopi Instan. Tahukah Anda bahwa secangkir kopi instan mengandung lebih dari 39 lemak? Nah, kalau tidak mau tubuh Anda jadi timbunan lemak, hitung secara cermat berapa jumlah kalori dari kopi instan yang masuk ke dalam tubuh.

 

Sumber : Kompas

 

 

Aikido Menang Tanpa Mengalahkan

Sebenarnya saya telah lama mendengar tentang ilmu bela diri dari negeri Honda ini, namun baru tadi malam (20 Oktober 2010) saya benar-benar memahami filosofinya. Aikido dikembangkan oleh Morihei Ueshiba (1883-1969). Aikido dalam bahasa Jepang terdiri dari tiga huruf kanji Ai berarti harmoni/keterhubungan, ki berarti energi atau spirit dan do berarti jalan. Jika Anda termasuk penggemar Steven Seagal, pastilah Anda sudah pernah menyaksikan gerakan-gerakan Aikido. Bagi saya yang sedang gandrung mempromosikan menang tanpa mengalahkan orang lain, filosofi Aikido terdengar sangat cocok dengan jiwa saya.

                Menguasai Aikodo sama seperti mempraktekkan mental pemenang, jika kita tidak memiliki mental pemenang, maka ketika dihadapkan pada tantangan dan kesulitan ada dua kemungkinan terjadi pada diri kita; dihancurkan oleh tantangan/kesulitan tersebut atau kita melarikan diri setelah sempat digebuk. Nah, gebukan tersebut—walaupun cuma sekali saja—tidak jarang meninggalkan luka yang lama baru sembuh alias traumatik.  Dalam perkelahian, luka dan trauma membuat seseorang menderita secara fisik dan psikis, misalnya kehilangan kepercayaan diri. Akan lain halnya jika kita menguasai Aikido, kita dapat mengalahkan penyerang tanpa perlu melukainya sama-sekali. 

                Ah, banyak orang akan membantah saya dan berkata bahwa yang penting diri kita kuat, pintar, cerdas dan strategik, kita dapat mengalahkan musuh. Baiklah, sementara saya setuju dengan Anda. Kita umpamakan saja Anda menguasai ilmu bela diri seperti Karate—Anda mahir menggunakan tangan kosong untuk membacok, menusuk dan menggemplak. Anda juga menguasai ilmu bela diri Tae Kwon Do, jadi Anda mahir menendang. Ketika Anda diserang, Anda pasti akan membalas menyerang. Kemungkinan besar Anda menang dan penyerang Anda babak-belur. Setelah itu? Penyerang Anda sakit hati dan mendendam, maka timbullah masalah untuk Anda atasi; berjaga-jaga kapan musuh akan menyerang balik. Anda tidak dapat lagi hidup tenang. Ketika musuh benar-benar melakukan balas dendam, Anda bisa saja dikalahkannya, dan ingat musuh Anda ingin sekali menyakiti Anda berkali-kali lipat dibandingkan rasa sakit yang dideritanya. Situasi yang Anda hadapi sekarang tidak jauh bedanya dengan situasi yang dihadapi seseorang dengan mentalitas pecundang. Anda hancur karena pernah mengalahkan orang lain, sekarang giliran Anda dikalahkan. Situasi Anda kembali ke titik di mana Anda hancur atau melarikan diri. Skenario lain; Anda menang lagi, tapi mungkinkah Anda menang tanpa menderita luka sama-sekali?

                Serang-menyerang tidak selamanya dalam bentuk fisik. Serang-menyerang juga sering dilakukan orang dengan kata-kata. Nah, jika seseorang menyerang orang lainnya dengan kata-kata yang negatif, caci-maki dan sejenisnya, dari mana asalnya "keterampilan" tersebut? Dari dalam pikirannya. Ketika ia mengumbar kata-kata cercaan, energi dalam tubuhnya menjadi kacau, dan itulah yang kita sebut emosi (dari bahasa Inggris energy in motion atau emotion). Kekacauan aliran energi dalam tubuh menghasilkan energi negatif yang luar biasa kuat, dan ketika berbenturan dengan energi dalam universal ini, energi negatif tersebut akan menyerang balik. Maka nyatalah ketika seseorang "emosi" ia pasti kehilangan damai.

                Di dunia bisnis, kita sering menyaksikan orang menggunakan Karate, Taekwondo dan sejenisnya untuk menghancurkan kompetitor. Seorang pemilik toko di suatu pusat perdagangan grosir bertanya kepada saya: "Apa yang harus gue perbuat? Pedagang itu merebut pelanggan-pelangganku! Apakah aku harus merebut kembali mereka dengan memberikan diskon lebih besar?" Bisa, jawab saya, tapi berapa ongkos yang bersedia anda berikan? Sampai kapan anda dapat mempertahankan pelanggan dengan memberikan diskon besar? Bagaimana kalau kompetitor anda memberikan diskon lebih besar dan pelayanan lebih baik, apakah jaminannya pelanggan anda tidak menyeberang lagi?

                Pedagang tadi tidak senang mendengar pendapat saya, dengan sengit ia bertanya, "Jadi aku berpangku tangan saja nih membiarkan pedagang busut itu mencuri pelanggan-pelangganku?"  

"Tentu saja tidak, anda harus melakukan sesuatu, yakni meningkatkan pelayanan dan melakukan efisiensi menyeluruh supaya anda dapat memberikan harga lebih murah, juga stabil untuk jangka panjang. " Jawab saya.

Di masa duduk di kelas tiga sekolah dasar, saya pertama kali belajar menulis indah dengan menggunakan pena celup. Saya sangat bangga dengan tulisan tangan saya sendiri dan guru saya selalu memberikan nilai delapan bahkan plus. Kebanggaan saya segera pupus ketika secara tidak sengaja saya mengetahui seorang murid yang lain mendapatkan nilai sembilan. Apa yang dapat saya perbuat? Saya dapat membenci murid itu disebabkan perasaan iri, tapi itu tidak ada gunanya bagi saya. Saya memilih melakukan cara pendekatan lain, saya ingin tahu kelebihan tulisan tangannya dibandingkan tulisan tangan saya. Dan memang ternyata tulisan tangannya jauh lebih bagus dibandingkan tulisan saya. Ia juga menggunakan buku tulis dengan kertas lebih baik sehingga tidak ada sedikit pun tinta yang mengembang. Setelah menyadari hal itu, saya membeli buku tulis baru yang bermutu baik dan berlatih terus-menerus. Akhirnya saya puas, nilai tulisan indah di rapor kami sama; sembilan. Apa yang akan terjadi jika saya menggunakan kekerasan? Merampas buku tulisnya, menumpahkan tinta pada tulisannya yang telah selesai? Menyobek buku tulisnya? Atau memotong tangannya dengan mandau (pedang penduduk asli Kalbar)?  

Saya harap tulisan ini memberi inspirasi bagaimana setiap orang dapat mengaplikasi mental pemenang pada setiap situasi dan kondisi. Salam berdaya. 

Ditulis oleh Erni Julia Kok penulis buku Mental Pemenang Mental Pecundang

Membentuk Mentalitas Pemenang dengan

pendekatan Outcome Thinking dari NLP

 

 

Loyalitas

Dlm pembicaraan suatu interview dengan calon karyawan :

 

Calon (C): "Bu, di perusahaan ini tiap tahun kenaikan gajinya berapa % ya?"

 

HRD (H) : "Kenaikan gaji ditentukan oleh bbrp faktor: prestasi individu, kemampuan perusahaan & biasanya laju inflasi. Kami tdk bisa menyebutkan persentasenya krn itu juga mrpkan rahasia perusahaan."

 

C : "wah..saya perlu tahu spy saya bisa menghitung kira2 thn dpn estimasi total income saya setahun. Kalau tdk besar kenaikan gajinya per tahun, saya akan pikir2 dahulu"

 

H: "Anda tahu Mbah Maridjan?"

 

C : "Tahu bu. Yg kmrn meninggal kena letusan Merapi. Memang kenapa bu?"

 

H: "Anda tahu dia penjaga Merapi yg mendptkan amanah dari Sri Sultan?"

 

C : "Saya baca di koran begitu bu. Kenapa bu?"

 

H :"Anda tahu gajinya mbah Maridjan hanya 80 ribu per bulan? Tp dia tetap loyal menjalankan tugasnya smp akhir hayatnya?"

 

C : " Busyet,... kecil juga ya bu, gajinya dia. Tp apa hubnya dgn pertanyaan saya ?.."

 

H: "Ow ada hubnya. Bedanya Anda dgn Mbah Maridjan, Anda sudah bertanya dahulu berapa % kenaikan gaji di perusahaan ini sebelum bekerja menunjukkan kontribusi, sedangkan mbah Maridjan tdk pernah mempertanyakan jumlah gaji yg diterima tapi tetap bekerja dengan loyalitas tinggi. Sudah paham??"

 

Loyalitas memang sulit dicari di jaman seperti sekarang..

 

Have a positive day!


Salam Inspirasi,
Mohamad Yunus, CPHR, CHT, MNLP

 

 

Investasi Kebajikan

” Kebajikan itu sebajik namanya, keramahan itu seramah wujudnya, dan kebaikan itu sebaik rasanya. Orang yang pertama kali akan dapat merasakan manfaat dari semua itu adalah mereka yang melakukannya.”  - Dr. Aidh Al Qarni -

 

 

Saya sangat sependapat dengan apa yang disampaikan oleh Dr. Aidh Al Qarni tersebut. Siapapun yang menanamkan kebajikan, memberikan keramahan, melakukan kebaikan bagi kehidupan, ia sendirilah yang pertama akan merasakan manfaatnya. Bisa saja seketika itu akan merasakan manfaatnya dalam kebahagiaan mendalam atau kedamain hati. Tetapi bisa juga balasannya dalam waktu yang tidak kita ketahui dan dalam bentuk yang berbeda.

 

Pernahkah Anda merasakan kebahagiaan ketika Anda dapat membantu seseorang yang sedang memerlukan pertolongan ? Sesungguhnya itulah kebahagiaan yang menyentuh aspek spiritual seseorang. Kebahagiaan yang demikian akan memberikan arti bagi kehidupan dan menjadi makanan yang memperkaya jiwa kita.  

 

Mohon dipahami bahwa kemuliaan hidup yang kita impikan menuntut kita untuk membayarnya dengan kesungguhan mengalahkan ego pribadi dan keinginan hanya mementingkan diri sendiri. Mengalahkan keserakahan hanya menumpuk harta untuk dirinya sendiri, melainkan mau membayarnya dengan memikirkan kepentingan orang lain dan mau banyak berbagi kebaikan untuk orang lain. Kemuliaan hidup itu hanya dapat dicapai dengan kita memberbanyak kontribusi dan manfaat kebaikan bagi orang lain. Kesungguhan dan keikhlasan kita untuk memperbanyak kebaikan bagi orang lain, akan mengalirkan kembali kebaikan kedalam diri kita. Hal ini sudah ditegaskan oleh Allah dalam firman-Nya, ''Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat maka kejahatan itu bagi dirimu sendiri.''

 

Berbagai kegundahan, kegelisahan dan kekawatiran akan masa depan kehidupan kita akan lama mengisi hidup kita, kalau kita tidak mengalihkan perhatian pada upaya memberikan manfaat dan banyak berbagi kebaikan dengan orang lain. Masalah kehidupan baik dalam dalam karier dan bisnis akan lama bersama dan mengisi kesadaran kita, bila kita tidak mengalihkan semua itu melalui upaya banyak memberikan manfaat dan berbagi kebaikan dengan orang lain.

 

”Alam dan kehidupan akan memuliakan orang yang banyak berbagi kebaikan bagi sesama. Memberikan kemudahan bagi orang yang senang memudahkan urusan orang lain.”

 

Tidak mungkin seseorang bisa mencapai kesuksesan yang memberikan kebahagiaan yang menyentuh aspek spiritualitasnya, bila dia tidak lebih dahulu menanggalkan egonya dan banyak membantu orang lain. Siapapun diri kita, sekecil apapun pekerjaan yang kita lakukan, bila kita melihat pekerjaan yang kecil itu sebagai cara untuk mempermudah kehidupan orang lain, cara untuk membantu orang lain, itu berarti telah berinvestasi kebajikan untuk sesama. Pada saatnya alam semesta dan kehidupan ini akan mencairkan kembali tabungan ivestasi kebajikan yang telah kita kumpulkan.

 

Banyak hal yang dapat dilakukan dalam menaburkan benih-benih kebajikan atau menanamkan investasi kebaikan, sebagaimana saya tuliskan dalam buku saya Life Balance Ways yang diterbitkan Elex Media Komputindo. Kalau  Anda memiliki semangat dan motivasi misalnya, berbagilah dengan mereka yang membutuhkannya. Kalau Anda memiliki ide, pemikiran dan tenaga, berbagilah untuk kebaikan orang lain. Kalau Anda memiliki ilmu pengetahuan, kekuasaan, jabatan atau harta kekayaan, gunakanlah untuk memberikan manfaat kebaikan sesama kehidupan, dan lain sebagainya. Pada intinya semakin banyak hal-hal posisitf kebaikan yang kita bagikan, semakin banyak energi positif kebaikan yang kita bagikan, berarti semakin besar tabungan investasi kebaikan yang kita tanamkan. Ketika hal itu kita lakukan dengan keikhlasan, pada saatnya kita akan menerimanya kembali. Mungkin kita menerimanya dalam bentuk kebahagiaan hati, kepuasaan jiwa, ketenangan hidup, keberhasilan, kesehatan dan kemudahan rejeki, dll.

 

SEMOGA BERMANFAAT.

 

Salam Mulia.

Eko Jalu Santoso

 

Antara Customer Service Mengerti Dan Customer Service Kompeten

"Biggest question: Isn't it really 'customer helping' rather than customer service? And wouldn't you deliver better service if you thought of it that way?" 

Jeffrey Gitomer

Pada masa sekarang ini sudah banyak perusahaan yang menyadari pentingnya melayani pelanggan dengan baik. Di sisi lain, ternyata belum cukup banyak perusahaan yang KOMPETEN melayani pelanggan. Ya. Mengerti dan kompeten adalah dua hal yang berbeda. Mengerti cara mengendarai mobil (secara manual) berarti mengerti bahwa pertama mobil perlu dihidupkan dengan memutar kunci. Kemudian orang tersebut mengerti dimana posisi pedal kopling, rem, serta gas dan tongkat pemindah gigi. Setelah mesin menyala, kopling harus diinjak, roda gigi harus dipindahkan dengan mendorong tongkat pemindah gigi serta kemudian perlahan menginjak gas sambil melepaskan kopling. Itu mengerti cara mengendarai mobil. Kompeten dalam hal itu berarti orang tersebut bisa mempraktekkan semua dengan baik dan lancar dalam kondisi berkendara di jalan.

Semalam saya melakukan perjalanan JakartaSurabaya. Di bandara, setelah proses check in selesai saya bergegas menuju gate dimana pesawat saya (seharusnya sudah menunggu). Di pintu masuk gate tersebut ada layar monitor yang menunjukkan jadwal dan status pesawat-pesawat. Saya perhatikan ada perubahan pada jadwal pesawat saya. Ya. Pesawat saya delay – seharusnya pukul 18.45 menjadi 19.30. Sejak itulah saya mengetahui bahwa maskapai penerbangan ini baru dalam tahap mengerti tentang customer service BELUM kompeten.

Di pintu ruang tunggu saya mencoba klarifikasi perihal delay tersebut pada salah satu staff maskapai itu. Saya perhatikan bahasa tubuhnya. Ketika dia menjawab pertanyaan saya, saya tidak melihat tanda-tanda keinginan membantu pelanggan – salah satu dasar penting customer service – sama sekali. Mimik wajahnya tidak ramah dan dia tidak memandang ke arah saya. Ya. Tidak ada eye contact sama sekali. Jawabannya juga tidak memuaskan ketika saya menanyakan apakah pesawat saya memang delay, “Belum tahu”.

Membawa perasaan ‘tidak enak’ saya masuk ke ruang tunggu. Ternyata saya harus menunggu sampai pukul 20.00. Selama saya menunggu, hanya ada sekali pemberitahuan dari corong pengeras suara. Apakah itu cukup? Dari segi informasi ‘mungkin’ ya, cukup. Dari segi customer service rasanya bisa dilakukan hal yang lebih. Contoh, salah seorang staff bisa saja memasuki ruang tunggu dan memberitahukan informasi ini langsung, lengkap dengan bahasa tubuh yang empatik, kepada para penumpang. Bisa juga kemudian ditawarkan snack plus segelas minuman atau bahkan sekedar permen untuk teman menunggu. Yang perlu diingat disini adalah: bukan snack, minuman, atau permennya yang penting – semua itu bahkan sebenarnya terlalu kecil dibanding kerugian waktu para penumpang pesawat - tetapi niat membantu dan empati pada pelangganlah yang penting. Snack, minuman atau permennya hanya simbol belaka.

Pukul 20:00 penumpang diperbolehkan memasuki pesawat walaupun, akhirnya, pesawat baru take off menjelang pukul 21:00. Di dalam pesawatpun pramugari yang menyambut kami di dalam pesawat hanya memberikan hal yang sangat tidak ‘customer service’, menurut saya. Mereka hanya memberikan senyuman yang sangat terkesan ‘artificial’ alias hanya melaksanakan SOP. Lalu seperti apa hal yang lebih ‘customer service’ pada saat itu? Berikan senyum dan bahasa tubuh yang menyiratkan empati sembari mengucapkan permintaan ma’af atas delay tadi. Bila memang itu dianggap tidak memungkinkan, paling tidak kapten pesawat atau pramugari senior bisa meminta ma’af melalui pengeras suara. Itu akan jauh lebih baik daripada sekedar welcoming para penumpang dengan informasi standar – yang sebenarnya sudah pre-recorded – seakan mereka adalah penumpang yang tidak mengalami delay sama sekali.

Hal-hal yang saya ungkapkan di atas bukan hal yang sulit untuk dilakukan. Saya bisa mengungkapkan semua itu bukan karena saya pernah memimpin departemen pelatihan di satu perusahaan hospitality. Semua itu akan menjadi mudah bila pelaku customer service mulai memahami bahwa customer adalah manusia, human, dan manusia itu ‘digerakkan’ oleh emosi. Jadi customer service yang manusiawi adalah human service yang sanggup menyentuh customer dalam level emosional dan, bahkan, spiritual.

Selamat customer service.

 

Nugroho Nusantoro – HUMAN Trainer

 

Menghormati Privasi Atau Tidak Peduli?

”Jangan mencampuri urusan orang lain,” begitulah orang tua kita menasihatkan. Bagi saya pribadi, nasihat itu sangat cocok. Selain karena saya memang tidak tertarik dengan urusan orang lain, saya sendiri memiliki banyak urusan pribadi yang harus diselesaikan. Bukan hanya orang timur yang mengajarkan sistem nilai seperti itu. Orang barat pun demikian. Mereka bilang;”Mind your business!” Oleh sebab itu, ’tidak mencampuri urusan orang lain’ sudah menjadi sistem nilai universal. Masalahnya, apakah kita harus selalu demikian?

 

Ketika menjalankan tugas sebagai Ketua RT, saya mendapatkan kesadaran baru. Ternyata, kita tidak bisa benar-benar mengamalkan ajaran ”Jangan mencampuri urusan orang lain,” itu. Tidak peduli sekuat apapun usaha saya untuk menjauh dari urusan orang lain, saya tetap saja tidak bisa menghindarinya. Meski saya mencoba berlari, ’masalah orang lain’ selalu datang menghampiri. Dari mulai urusan yang sangat sepele, hingga masalah rumah tangga yang tingkat kerumitannya belum pernah saya temukan kecuali dalam sinetron-sinetron di layar kaca. 

 

Ternyata, ada situasi-situasi tertentu dimana kita justru harus ’turut campur’. Jika tidak, maka akan timbul hal-hal yang merugikan lingkungan.  Misalnya, ketika seseorang yang tidak dikenal datang di tengah malam buta ke rumah saya. Dia bilang, mau mencari istrinya. ”Lho, Anda kok mencari istri Anda ke rumah saya?” Begitu saya bertanya.  Orang itu mengatakan bahwa istrinya berada di rumah salah satu warga di lingkungan saya.

 

”Lha, kalau Anda tahu istri Anda ada di rumah itu mengapa tidak Anda ajak pulang?” Logika saya terlampau tumpul untuk menjangkau kegilaan serupa itu.  ”Anda kan suaminya?”

 

Percuma saja saya menggunakan semua teori komunikasi yang pernah saya pelajari. Karena yang tamu-tamu itu inginkan dari saya hanya satu hal, yaitu; menyuruh saya untuk mendobrak rumah itu.  Oho... tentu saja saya menolaknya. Bisa-bisa saya masuk penjara hanya karena mendobrak rumah orang. Meskipun mereka bersikeras punya bukti yang kuat, tapi saya sendiri tidak punya bukti sama sekali. Di luar rumah, sudah ada beberapa mobil berisi banyak orang, termasuk para orang tua dan bayi. Ini benar-benar seperti mimpi buruk. Oh, Tuhan. Ijinkan aku untuk tidak mencampuri urusan orang lain....

 

Keengganan saya untuk memenuhi permintaan itu menghasilkan beberapa umpatan dan kemarahan. Sehingga saya mempersilakan mereka memanggil polisi saja. Namun, setelah petugas polisi datang pun akhirnya keputusan dikembalikan kepada Pak RT. ”Pak RT? Itu kan gue?” hati saya kembali tergelitik. ”Tuhan, saya sendiri punya banyak masalah. Please.....”

 

Ingin sekali saya pergi, lalu bersembunyi di kamar tidur kami. Tapi, kelihatannya menjadi Ketua RT di zaman huwedhian seperti sekarang ini memang tidak gampang. Maka, dengan tongkat kekuasaan sebagai ’presiden’ di lingkungan itu, saya memutuskan untuk ’bertamu’ ke rumah orang itu besok pagi. Bukan tengah malam seperti saat ini. Atas keputusan tidak populer itu, maka saya harus menuai tambahan kekesalan orang-orang. Sebagai konsekuensi lainnya, saya mesti begadang di jalanan sampai pagi untuk dua alasan; mencegah terjadinya anarki, dan memenuhi tuntutan ’para tetamu’ itu untuk menjamin ’para tersangka’ tidak melarikan diri. Ridiculous? Exactly.  

 

Saya tidak akan menceritakan catatan sejarah apa yang selanjutnya terjadi. Cukuplah hal ini menjadi penegasan bahwa kita tidak bisa selalu tidak ikut campur dengan urusan orang lain. Ada saat dimana mencampuri urusan orang lain menjadi wajib hukumnya bagi kita. Artinya, kita ikut berdosa jika membiarkannya terus terjadi. Misalnya, jika Anda tahu teman Anda melakukan perbuatan nista. Maka membiarkannya, menjadikan Anda ’pendukung tidak langsung’ sebuah kemunkaran.

 

Pantaslah Rasulullah dahulu menasihatkan kepada ummatnya untuk ’tidak mendiamkan’ keburukan berlangsung disekitar kita. Jika kita tahu, maka kita harus ikut mencegahnya. Masalahnya, kita sering berhadapan dengan orang-orang ngawur yang kedudukan dan kekuatannya lebih tinggi dari kita. Sehingga kalaupun kita mengingatkan, mereka malah balik menghardik kita. Untunglah Rasul yang bijak itu memahami ketidakberdayaan kita. Sehingga beliau berkata; ”Jika engkau  memiliki kekuatan, maka cegahlah dengan kekuatanmu. Jika engkau tidak kuasa, cegahlah dengan lidahmu. Namun, jika dengan itupun engkau tidak mampu, maka cegahlah dengan hatimu.” Menurut beliau, yang terakhir itu adalah ciri serendah-rendahnya iman.

 

Selama ini, begitu banyak hal yang terjadi di sekitar kita. Namun kita sering tidak peduli. Makanya, tidak mengherankan jika beragam perilaku buruk seolah menjadi perbuatan yang biasa. Kita seperti tidak berdaya untuk mencegahnya. Padahal boleh jadi, keburukan-keburukan perilaku kita itu menjadikan Tuhan sangat murka. Sehingga Dia menimpakan hukuman berupa beragam macam bencana. Sekalipun begitu, kita masih saja asyik mengumbar nafsu dan perilaku buruk lainnya. Sementara orang-orang yang tidak ikut melakukannya, merasa nyaman dengan berdiam diri dan bersembunyi dibalik sistem nilai yang tidak seluruhnya benar; ”Jangan mencampuri urusan orang lain.

 

Padahal jika kita masih mengaku sebagai mahluk sosial, maka sudah sepantasnya untuk segera sadar bahwa tidak ada tindakan seseorang yang tidak berpengaruh kepada orang lain. Oleh sebab itu, ketika kita mencoba mengingatkan orang lain, maka itu bukanlah mencampuri urusan mereka. Melainkan kepedulian kita terhadap hak-hak hidup serta kepentingan bersama. Sebaliknya, ketika orang lain mengingatkan kita; hal itu tidak berarti mereka lancang ikut campur kepada urusan kita. Sebab perilaku kita, sedikit banyak mempengaruhi kepentingan mereka. Sudah saatnya kita belajar mendengar seruan-seruan kepada kebenaran. Bukan malah menuduh mereka mencampuri urusan pribadi orang lain. Apa lagi sampai berani berkata; ’Jangan membawa-bawa agama!’.

 

Keliru jika kita mengira semua kebaikan itu hanya soal agama. Kebaikan itu bersumber dari panggilan hati nurani.  Kepada agama, silakan saja kalau masih ingin saling berdebat dan menghujat. Namun kepada hati nurani? Mengapa kita masih menentangnya juga. Jika kita masih sering menolak ajakan untuk kembali kepada tuntunan agama, setidak-tidaknya kita bisa kembali kepada bisikan hati yang suci. Yang secara jujur mengatakan kepada kita bahwa perbuatan kita ini nista. Mari kita belajar untuk mendengarkan bisik hati nurani kita sendiri. Karena didalam hati, Tuhan sudah menamkan nilai-nilai menuju jalan yang Dia sukai.

 

Mari Berbagi Semangat!

Dadang Kadarusman

 

7 Tips menjadi pemimpin yang dicintai

Apakah sebagai seorang pemimpin ada merasa sulit menggerakkan bawahan anda? apakah anda merasa manajemen berjalan tidak efektif? jika itu terjadi, jangan biarkan itu terjadi berlarut-larut. Bisa saja anda menyalahkan karyawan, menyalahkan prosedur, menyalahkan minimnya support fisik yang ada, tapi coba melihat lebih dalam, apakah anda telah menjadi pemimpin atau manajer efektif?

Saya telah belajar memimpin orang lebih dari 20 tahun, mulai dari ketua kelas di sekolah sampai memimpin perguruan tinggi. Mempraktekkan berbagai petuah orang tua, buku yang saya baca, petuah dari mentor, hasil dari seminar dan pelatihan, maupun CD yang memfokuskan pada kepemimpinan maupun hubungan antar manusia. Inilah kata-kata terindah dalam kepemimpinan yang pernah saya dengar, dari seorang pemimpin sebuah perusahaan yang beroperasi lebih dari 60 negara. "Anda dapat mencintai orang lain tanpa memimpin mereka, tetapi anda tidak dapat memimpin tanpa mencintai mereka" belakangan saya tahu, bahwa John C. Maxwell dalam bukunya "Mengembangkan kepemimpinan di sekitar anda" pun menuliskan hal yang sama.

Melihat kenyataan ini, saya berpikir mungkin  sudah hukum alamnya, bahwa orang yang mencintai orang-orang yang dipimpinnyalah yang akan dicintai oleh mereka. Sekedar berpedoman dengan prosedur dan birokrasi, tidak akan menghasilkan pemimpin, demikan ujar John C. Maxwell lebih lanjut. Peter Drucker pernah mengungkapkan, Fokus pada kekurangan team anda, akan menghasilkan team yang gagal, sementara fokus kepada kelebihan masing-masing team dan mendorong mereka untuk bergerak meraih visi adalah cara untuk membangun team yang sukses.

Jika Cinta telah mendasari hati kita, Cinta yang dalam dan sungguh-sungguh, bukan sekedar di bibir, maka suasana kerja akan menjadi nyaman, tenang dan produktif. Inilah 7 tips dari John  C. Maxwell untuk meningkatkan kualitas kepemimpinan anda, di tingkat 2 yaitu tingkat izin.

1.    Milikilah kasih yang sejati bagi para Karyawan. Pikirkanlah bahwa anda membangun dinasti kepemimpinan dalam kehidupan anda, bukan hanya di perusahaan milik atau tempat anda bekerja sekarang. Pikirkanlah betapa besar keuntungan baik materi maupun non materi yang bisa anda peroleh jika anda dikelilingi oleh ratusan bahkan mungkin ribuan orang, dengan berbagai keahlian, kemampuan finansial dan strata sosial. Pupus dan selesaikanlah perasaan-perasaan frustasi atau kekecewaan di masa lalu kepada team anda. Ingatlah "Hari kemarin telah berakhir malam lalu"

2.    Buatlah mereka yang bekerja dengan anda lebih sukses. Tempatkan karyawan atau team anda dalam posisi untuk menang. Setiap orang ingin berprestasi dalam hidupnya, anda tidak boleh memborong semua penghargaan, berilah mereka pujian dari kesuksesan-kesuksesan kecil, agar mereka meraih prestasi dan kesuksesan yagn lebih besar. Motivasi terbesar setiap orang adalah Penghargaan, kata dale Carnegie, berilah itu. Faktor yang membuat karyawan frustasi, jenuh, atau sebaliknya bersemangat dan termotivasi adalah anda sebagai pemimpin, atasan langsung adalah faktor utama, kenyamanan kerja adalah faktor kedua, uang hanya faktor nomor tiga yang akan menentukan apakah team anda akan bertahan, semangat dan berprestasi atau malah keluar dari team bahkan perusahaan anda.

3.    Melihat dari sudut pandang karyawan atau bawahan. mengenali team anda, apa yang mereka butuhkan, harapan-harapan dan impian karyawan anda di masa depan. mendiskusikan dan memberikan solusi atas problem-problem mereka, adalah cara yang sangat baik untuk membangun kepemimpinan anda. Lihatlah masalah dari sudut pandang mereka, perlu kasih yang tulus agar anda bisa melepaskan ego atas ketertarikan pada diri sendiri, lalu berpikir dari kacamata mereka.

4.    Kasihilah para karyawan lebih dari sekedar prosedur. Bagaimana anda bereaksi ketika team melakukan suatu pelanggaran atau kelalaian? ketika team anda terlambat masuk kantor misalnya atau deadline yang disepakati tidak berhasil ditepati oleh karyawan atau team anda. Kondisi hati anda yang bereaksi, bisa saja anda langsung marah-marah, mungkin saja anda mendamprat mereka, tapi itu hanya akan merusak bangunan team yang telah anda bangun. ingat, bukankah anda akan membangun dinasti kepemimpinan kehidupan? Kendalikan reaksi dan emosi anda, lakukanlah pendekatan proaktif, jadikanlah kejadian tersebut membuat team anda lebih efektif.

5.    Lakukanlah untuk team atau jangan lakukan sama sekali. Apakah anda menghabiskan lebih banyak waktu untuk menguntungkan team atau diri anda sendiri? jika itu hanya untuk diri anda sendiri, maka jangan lakukan, ujar john C. Maxwell, lakukanlah setiap hal yang dapat memberi nilai tambah pada team anda, baik jangka pendek, maupun jangka panjang.

6.    Libatkan Karyawan dalam perjalanan anda. Setiap orang sukses meninggalkan jejak, ujar brian tracy. Bangunlah mental kelimpahan dalam diri anda, berbagilah dengan sedikitnya satu orang tentang mimpi-mimpi anda. Anda seharusnya memiliki satu orang di tim yang akan anda arahkan pada berbagi kesuksesan. orang yang mempengaruhi orang lain untuk mengikutinya adalah pemimpin dengan keterbatasan tertentu. orang yang mempengaruhi orang lain untuk untuk memimpin orang lain adalah pemimpin tanpa keterbatasan. Seperti yang dikatakan oleh Andrew Carnegie, tidak ada orang yang menjadi pemimpin hebat yang ingin melakukan segalanya sendirian atau meraih semua pujian karena telah melakukannya.

7.    Berlakulah bijak pada karyawan yang berperangai sulit. Bila salah seorang anggota tim anda sulit bekerja sama dengan anggota tim lainnya, bicarakanlah empat mata dengannya. Apakah ia ingin membantu dan bila ia mau, bantulah ia kembali pada jalurnya.

 

Saya telah jatuh bangun mempraktekkan apa yang diajarkan oleh maxwell hampir separuh dari masa saya belajar kepemimpinan, mulai dari manajemen sebuah toko, manajemen sebuah perguruan tinggi bahkan kepemimpinan di sebuah perusahaan multinasional, belajar untuk menjadi pemimpin yang dicintai. Pastinya tidak semua orang akan mengagumi dan mencintai anda, tapi belajar dan berusaha mencintai orang-orang yang anda pimpin, akan memberi anda fondasi kepemimpinan yang kokoh. selamat mempraktekkan, semoga anda bisa menikmati, hasil dari kepemimpinan yang anda bangun dan menjadi pemimpin yang dicintai. Jika anda telah merasa sebagai pemimpin yang dicintai, tingkatkanlah kembali, lihatlah berapa orang yang telah mengundurkan diri dalam 5 tahun kepemimpinan anda, berapa konflik perasaan dan hati yang telah anda buat dengan orang-orang yang anda buat. Perbaikilah dengan cinta, lupakan frustasi dan segala iri, dengki dan dendam, mulailah belajar menjadi pemimpin yang mencintai, 5-10 tahun yang akan datang, anda akan menuai hasil dari yang anda tabur.

 

Jika anda melakukan ini, maka anda akan memulai tingkat kepemimpinan anda hingga menjadi pemimpin yang berhasil dengan fondasi yang kuat. mari terus bersama-sama mengembangkan tingkat kepemimpinan anda, dan rasakan indahnya dan kebahagiaan kepemimpinan. lanjutkan membaca artikel-artikel tentang manajemen diri, manajemen organisasi, manajemen perubahan dan yang lainnya, untuk membangun anda menjadi salah satu Insan berpestasi di Indonesia. Pantau terus, www.desainulang.com atau www.putuputrayasa.com. selamat Mempraktekkan artikel hari ini, Salam Prestasi Indonesia.

Salam Prestasi Indonesia

Putu Putrayasa

 

 

The Keys to Personal Power

By Brian Tracy

Everyone wants to be popular with others. You want to be liked and respected among your friends, family, and associates. Above all, you want to like and respect yourself, and to feel yourself to be a valuable and important person. Fortunately, everything you do that makes other people feel good about themselves makes you feel good about yourself as well. You can actually improve the way you feel by making other people feel important. This is the key to great personal relationships.

The Easiest Way
The first need that each person has is for acceptance. Whenever you express unconditional acceptance of another person, his or her self-esteem goes up. The person feels valuable and important as a unique and special individual.

An Attitude of Gratitude
The need for appreciation is a deep subconscious desire of every person you meet. When you satisfy this need, you will become one of the most popular people in your world. And what is the key to expressing gratitude and appreciation? Simple. Just say, "thank you" on every occasion.

The Deepest Craving of All
Perhaps the deepest emotional need that people have is the desire for praise and approval. Each person is deeply affected by the quality and quantity of approval they get from others, especially others who they respect very much.


Looking Good
Another way to build self-esteem in others, and to make them feel important, is to express admiration on every occasion. Make it a policy to admire people for their accomplishments, behaviors, possessions, and personality traits.

Practice "White Magic"
This means practice listening closely to others when they are talking. It is one of the most powerful self-esteem building behaviors of all. Whenever you listen attentively to another, their heart rate speeds up. They feel happier and more valuable. They like and respect you more as a result. The more you listen closely to another person, the more that person feels that you are important and valuable as well.

Four Keys to Listening
The keys to effective listening are simple. First, listen attentively, without interrupting. Second, pause before replying. Don't rush in with whatever is on your mind. Third, questions for clarification by asking, "how do you mean?" Finally, feed it back in your own words.

The Great Design
As Aristotle said, "Man is a social animal." We live our lives within the context of our relationships with others. The more and better relationships we have, the happier and busier we are. The more you stay involved with other people, the longer you will live and the more enjoyable will be those years.

Action Exercise
Pick out the person that you like the least that you deal with on a day to day basis. Next time you see that person admire something about them. You can comment on their dress, grooming, work or even their possessions. You will be surprised how differently that person will react to you in the future.

 

 

Penjual adalah Raja

Oleh Erni Julia Kok

 

S

ingapore dikenal sebagai tempat shopping bagi orang Indonesia selama bertahun-tahun. Meski pun banyak barang-barang bermerek yang bisa kita dapatkan di pusat-pusat belanja Singapore dapat ditemukan juga di Indonesia—terutama Jakarta, orang Indonesia yang berduit belum merasa bergengsi jika belum shopping ke Singapore paling tidak sebulan sekali. Bagaimana dengan penulis? Kebetulan saya tidak begitu suka berbelanja dan biasanya hanya membeli apa yang memang saya butuhkan, namun begitu pernah juga sih saya berbelanja di Singapore. Dan yang cukup menarik menurut saya, para pramuniaga atau penjual di Singapore itu bagaikan raja. Bagi mereka pembeli adalah raja—raja pembeli—dan mereka juga raja—raja penjual! Tetapi ketika saya menceritakan hal ini kepada teman-teman saya, mereka langsung menyimpulkan secara keliru: “Wah, sombong-sombong dong? Bukannya mereka terkenal dengan service excellent-nya?”

            Sebagai seorang Business Coach saya lantas merenungkan kesimpulan yang keliru ini padahal saya tercerahkan para penjual di Singapore bahwa, bilamana seorang sales dapat menempatkan dirinya sejajar dengan pembeli—raja berhadapan raja—maka ia akan memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Dengan rasa percaya diri ia dapat melayani maksimal. Menjual seperti seorang raja justru meningkatkan pelayanan prima, tidak percaya? Coba ikuti kisah berikut ini.

Di dalam istananya, raja Wu memiliki banyak pelayan, hulu-balang dan staf untuk melayani segala kebutuhannya. Namun hanya Xiu-xiu seorang yang dianggap layak untuk untuk mencuci, menyisir dan menata rambutnya yang hitam, tebal dan indah itu. Pelayan-pelayan lain dilarang menyentuh kepalanya. Sebab bagi sang raja kepala merupakan altar roh yang maha suci. Suatu hari Xiu-xiu terserang penyakit ganas dan meninggal dunia. Raja yang kehilangan penata rambut itu memerintahkan kepada Bao,  kepala rumah tangga istana agar segera mencari pengganti Xiu-xiu. Calon penata rambut harus berdarah bangsawan sehingga memiliki derajat yang sama untuk menyentuh rambut raja.

Dalam waktu singkat ratusan pelamar memenuhi istana, mereka bukan saja datang dari negeri Wu, tetapi dari seantero daratan Tiongkok.  Setelah melalui penyaringan ketat akhirnya tujuh penata rambut terpilih untuk menjalani test terakhir yaitu menata rambut raja. Sayangnya, begitu ketujuh penata rambut itu berhadapan dengan raja Wu yang sangat berwibawa itu mereka mundur teratur sebelum berani menyentuh sehelai pun  rambut sang baginda. Raja Wu menjadi sangat marah dan putus asa

Sementara itu Chung, seorang penata rambut di suatu kelompok opera di negeri Wu sendiri mendengar tentang proses perekruitan yang dilakukan istana raja. Ia seorang pemuda yang sangat ambisius. Ketika mendengar tidak ada seorang pun yang berhasil mendapatkan pekerjaan itu ia memutuskan untuk maju.

“Tapi kau bukan keturunan bangsawan, Nak.” Kata ibunya mencoba mencegahnya.

“Raja Wu sendiri pun bukan bangsawan. Ayahnya hanya seorang prajurit biasa. Raja Wu merangkak dari bawah sebagai pasukan khusus berkuda. Hanya karena ia seorang pemanah yang piawai dan gagah perkasa di medan perang,  ia berhasil menaklukkan negeri-negeri kecil dan mendirikan kerajaan Wu.” Jawab Chung yang sudah mantap hati itu.

Chung menguras semua tabungannya untuk membeli pakaian dan sepatu yang bagus, serta sebuah kereta megah yang ditarik dua ekor kuda besar berbulu hitam yang indah. Setelah siap ia segera berangkat. Ia tiba di kota raja menjelang malam. Chung memutuskan untuk menginap di hotel terbaik. Dari sana ia mengirimkan pesan yang diukir di atas kulit kerbau dengan tinta emas serta dijahit dengan benang emas menjelaskan bahwa ia seorang raja yang sangat piawai menata rambut. Dan seperti yang diperkirakannya, keesokannya ia menerima undangan dari kepala rumah tangga istana. Ia diijinkan menghadap raja Wu.

Pada waktu Chung berdiri berhadap-hadapan dengan Raja Wu, ia berdiri tegap dengan sikap santun dan elegan. Melihat itu kepala protokol istana menegurnya. “Mengapa kau tidak berlutut? Ayo, kau harus berlutut di hadapan Baginda!”

Dengan sikap santun Chung menjawab, “Seorang raja tidak diharuskan berlutut di depan raja lain.” Jawab Chung tenang.  Lalu ia menempelkan telapak tangan kanannya di atas dada kirinya dan sambil membungkuk ia memberi salam: “Semoga Baginda berumur sepuluh ribu tahun.”

Raja Wu terkesan dengan sikap Chung. “Dari kerajaan manakah kau?” Tanyanya.

Chung menjawab: “Kerajaanku bernama kerajaan penata rambut. Dan nama saya Chung.” Jawab Chung dengan penuh percaya diri. Cara berbicaranya halus dan bernada seperti seorang terpelajar. Tentu saja Chung mempelajarinya dari menonton teman-temannya memerankan tokoh-tokoh bangsawan terpelajar dari balik layar panggung opera.

“Kerajaan penata rambut? Kenapa aku belum pernah mendengarnya?” Raja Wu bertanya curiga.

“Betul, Baginda, di kerajaan saya semua orang adalah penata rambut, tapi saya adalah yang terbaik sehingga yang lain mengangkat saya sebagai raja.  Baginda adalah seorang raja besar lagi perkasa dan Baginda memiliki rambut luar biasa indah yang hanya pantas ditata oleh seorang raja. Supaya saya dapat merawat rambut Baginda, saya perlu berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah, tidak ada cara lain. O…lihatlah betapa terlantarnya rambut Baginda sejak kematian Xiu-xiu! Mengapa tidak membiarkan saya segera melayani Baginda?”

Raja Wu setuju, sebab ia memang sangat membutuhkan tangan terampil untuk merawat rambutnya, selain itu ia merasa suka kepada Chung dan merasa nyaman untuk memperlakukannya sebagai sederajat. Chung berhasil membuktikan ia seorang raja penata rambut. Raja Wu memutuskan untuk menjadikan Chung sebagai penata rambutnya.  Dalam waktu singkat raja Wu menemukan kenyataan bahwa Chung bukan hanya seorang penata rambut namun juga seorang berpengetahuan luas yang nyaman dijadikan teman berdiskusi berbagai isu. Kedua raja itu menjadi sahabat.

***

Apa yang diajarkan analogi di atas kepada kita adalah bahwa untuk menjalankan pekerjaan kita dan melayani orang lain, kita perlu percaya diri dan memandang tinggi pekerjaan kita. Seorang sales yang menganggap dirinya raja melayani raja lain dapat memberi masukan-masukan yang bermanfaat bagi pelanggannya.  

Sebagai konsumen saya percaya Anda akan merasa tidak nyaman juga jika pelayan toko melayani Anda sambil merendah-rendah, bersikap takut-takut dan tidak berani menatap Anda. Sedangkan barang yang akan Anda beli berharga ratusan juta rupiah.

Konsumen akan merasa yakin dan percaya pada kualitas barang jika penjual dapat menjelaskan dengan baik. Ketika konsumen meminta pendapat, penjual juga harus dapat memberikan dengan penuh percaya diri. Jadi tidak salah jika saya merasa sebagian besar pelayan toko di Singapore bersikap seperti raja. (ejk/2012)

 

 
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. ARTIKELIUS - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger