INSURANCE DAY 19.10.2011 : ""JEBAKAN" PREMI ASURANSI KEMBALI"

Dear Sahabat,


Selamat pagi,


Waktu mengalir tiada henti, seminggupun telah berlalu.

Saya menjumpai Anda kembali dalam kesempatan "Insurance Day" hari ini
tanggal 19 Oktober 2011, dan kali ini saya ingin share dengan tema:

"JEBAKAN" PREMI ASURANSI KEMBALI

Sesungguhnya setiap premi asuransi yang dibayarkan oleh nasabah dipergunakan
oleh perusahaan asuransi untuk membayar minimal 4 elemen sbb:

1. Claims Ratio
2. Acquisition Cost
3. Over Head
4. Profit Margin

Saya jelaskan secara singkat 1 per 1:

1. Claims Ratio
Mis: asuransi kebakaran rumah.
Selama 5 tahun terakhir, dalam 1000 rumah ada 1 rumah yg terbakar. Maka
Claims Ratio-nya adalah: 0,1%
Begitupun dengan asuransi jiwa, perusahaan memiliki tabel mortalita
(kematian) sebagai hasil perhitungan dari statistik tahun2 yang telah lalu.

2. Acquisition Cost
Biaya yang dipergunakan untuk membayar pihak perantara, yang memberikan
bisnis.
Mis: Bank, agen asuransi, travel agent, pialang asuransi, leasing company,
multi finance company, show room mobil, bengkel mobil dll.

3. Over Head
Dana untuk membayar biaya pegawai perusahaan asuransi, sewa gedung kantor,
bayar listrik, air, bayar alat tulis dan percetakan, bayar gaji expatriate
termasuk fasilitas exclusive-nya di Indonesia, bayar iklan Koran, TV dan
pemasaran lainnya. Dan lain lain.

4. Profit Margin
Investor atau pemilik perusahaan asuransi adalah juga "manusia".
Mereka ingin untung atas setiap dana yang diinvestasikan, yang tentunya
harus lebih tinggi dari bunga SBI atau Kupon ORI.
Perusahaan asuransi bukanlah "Dept Sosial" atau "Yayasan" yang dapat Anda
harapkan memberikan sesuatu secara "GRATIS".

-----

Sehingga dari 4 elemen tsb akan membentuk premi:
1. Premi dasar (Claims Ratio): mis. 0,1%
2. Acquisition Cost: ambil contoh ditetapkan sebesar 15% = 0,015%
3. Over Head: ditetapkan mis sebesar 20% = 0,02%
4. Profit Margin: ditetapkan min. 30% = 0,03%

Total premi yang dibayar = 0,165% per tahun.

-----

Jadi bila nasabah membayar 0,165%, maka akan dipergunakan oleh perusahaan
asuransi untuk membayar semua elemen tsb diatas, dan tidak ada yang akan
dikembalikan (habis dikonsumsi).

------

Seandainya ada perusahaan asuransi yang mengatakan bahwa premi asuransi yang
Anda bayarkan "tidak hangus", maka mereka mengatakan kebohongan terbesar dan
telah melanggar prinsip utama asuransi "Utmost Good Faith".

Catat nama penjual dan asal perusahaan asuransinya, laporkan ke Dewan
Asuransi Indonesia dan Biro Perasuransian Kementrian Keuangan RI.

-----

Lalu ada "Iklan" yang mengatakan "premi asuransi kembali".

Saya menjawab pertanyaan "KONTAN" sbb.:
"Pasti ada tanda "*" (bintang)" dan tulisan kecil "Syarat & Ketentuan
Berlaku".

Pelajari dan pahami syarat dan ketentuan tsb, agar jangan mudah "tergiur"
dan "terjebak" dengan iklan yang "memerangkap".

Ada beberapa perusahaan asuransi yang berani memberikan "No Claim Bonus"
kepada nasabahnya, dalam bentuk Discount untuk premi perpanjangan polis.
Berarti syaratnya: "TIDAK ADA KLAIM" selama periode polis.
Jadi yang dikembalikan adalah sebagian dari: "Claims Ratio".

Lalu perhatikan lagi, berapa lama waktu yang dipersyaratkan agar Anda boleh
"menikmati" pengembalian premi. Ada polis yang mensyaratkan 3 tahun tidak
melakukan Klaim Sakit, ada juga yang lebih lama.

Ada polis kendaraan yang mensyaratkan tidak mengajukan klaim selama 1 tahun.

Apakah Anda tidak akan sakit selama waktu 3 tahun?
Apakah Anda tidak akan mengalami lecet, serempetan dan benturan mobil selama
1 tahun di Jakarta yang padat dan banyak ojek?

Hal ke 2 yang mesti diperhatikan, berapa bagian premi yang akan
dikembalikan? Apakah seluruh premi yang Anda keluarkan dari dompet?

Hal ke 3 yang Anda layak "curigai" adalah apakah besar premi asuransi
perusahaan yang menjanjikan pengembalian, bersaing dengan harga di pasar.

Seandainya perusahaan yang menjanjikan pengembalian 50% premi kepada Anda,
bila tidak ada klaim selama 5 tahun dan premi-nya lebih mahal 10% dari premi
asuransi pada umumnya, maka yang kembali adalah uang nasabah sendiri pada
akhir tahun ke 5 (investasi di perusahaan asuransi???).

Tetapi bila nasabah akhirnya mengajukan klaim, maka sesungguhnya nasabah
membayar terlalu mahal dan "rugi" 10% setiap tahun.

-----

Pesan saya kepada para nasabah yang awam, dan menginginkan memperoleh
keuntungan dari transaksi asuransi:
"Perusahaan asuransi tidak memberikan proteksi dan atau perlindungan kepada
Anda dengan cuma-cuma alias GRATIS, dengan berharap Premi Asuransi yang Anda
bayarkan akan kembali" Alias "NO FREE LUNCH".

Semua ada harganya, bila Anda mau perlindungan maka Anda harus bayar
ongkosnya.

BACA - PELAJARI - PAHAMI - NIKMATI PROTEKSInya.

Selamat Hari Asuransi Indonesia 18 Oktober 2011.
Semoga Asuransi Indonesia semakin sukses melayani nasabah dan masyarakat
Indonesia.


Demikian sharing saya, semoga bermanfaat.


Salam,
Freddy Pieloor
Pialang Asuransi
www.PialangAsuransi.com

 

Tugas Kecil Hanya Membuat Anda Kerdil


Hore, Hari Baru! Teman-teman.
Jika boleh memilih antara gaji besar dan gaji kecil, apa pilihan Anda? Pertanyaan yang kurang cerdas. Jika dihadapkan pada 2 pilihan antara mengerjakan sesuatu yang sudah biasa Anda lakukan dengan baik atau sesuatu yang Anda belum terampil melakukannnya; Anda pilih yang mana? Tidak usah khawatir, ini bukan soal pilihan antara benar dan salah kok. Kebanyakan orang mendahulukan kenyamanan. Maka wajar jika mereka memilih mengerjakan tugas-tugas yang mudah. Selain memberi rasa nyaman, pekerjaan gampang tidak memerlukan kerja keras dan bisa menghemat banyak keringat. Tak heran jika banyak orang yang merasa berat hati ketika mendapatkan penugasan yang sulit. Bahkan tidak sedikit yang rela karirnya tidak berubah karena merasa sudah sangat nyaman dengan pekerjaan yang dilakukannya selama bertahun-tahun. Boleh saja jika memang itu sudah menjadi pilihan hidup kita. Tapi, jika kita masih mengeluhkan hasilnya, itu pertanda ada yang salah dengan pilihan kita.
Dua minggu lalu sahabat saya menunjukkan pohon beringin bonsai yang dimilikinya. Lalu saya teringat kepada pohon beringin besar yang tumbuh dihalaman belakang rumah kakek saya di kampung ketika saya masih kecil dulu. Membayangkan kedua beringin itu, tiba-tiba saya merasa miris sendiri. Jangan-jangan saya ini sebenarnya memiliki potensi yang sangat besar. Namun, saya membiarkan diri sendiri kerdil seperti beringin bonsai itu. Seolah tersadar dari keterlenaan yang telah bertahun-tahun ini saya alami, saya melihat betapa banyak potensi diri yang saya sia-siakan selama ini. Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar memaksimalkan potensi diri, saya ajak memulainya dengan mempraktekkan 5 prinsip Natural Intelligence (NatIn) berikut ini:
 
1.      Behentilah bermain di arena kecil. Jika Anda sudah tidak lagi mengalami kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaan yang Anda tangani, boleh jadi sebenarnya Anda sudah tidak cocok lagi dengan pekerjaan itu. Huhu, bukankah justru sebaliknya? Bukan. Salah satu alasan mengapa pohon beringin di rumah teman saya itu menjadi bonsai adalah karena dia secara sengaja ditempatkan pada pot beton yang sangat kecil. Beda dengan beringin raksasa di kebun kakek saya. Tanahnya luas, nutrisinya banyak, ruang geraknya leluasa. Maka jadilah beringin teman saya kerdil. Dan jadilah pohon beringin kakek saya menjulang tinggi dengan akar gantungnya yang besar dan kekar. Begitu pula dengan pekerjaan. Jika Anda masih terus bertahan dalam pekerjaan yang sudah menjadi tugas cetek dan celepete itu, bisa jadi Anda membiarkan diri sendiri menjadi bonsai. Kita sering mengkalim diri sebagai orang yang berjiwa besar dan berkehormatan besar. Namun, kita membiarkan diri sendiri ngendon di ruang kecil yang hanya cocok untuk mereka yang memiliki kapasitas kerja yang juga kecil. Terlalu mudahnya pekerjaan yang Anda tangani itu adalah indikasi jika kapasitas diri Anda sudah lebih besar. Maka datanglah kepada atasan Anda untuk penugasan yang lebih menantang. Karena seperti pot mungil; tantangan kecil hanya cocok untuk orang kecil, atau orang besar yang ingin menjadi kerdil.
 
2.      Tumbuhkanlah keinginan untuk menjadi orang besar. Kalau merasa takut keluar dari arena kecil untuk memasuki arena bermain yang lebih besar itu wajar. Namun kita memiliki pilihan apakah akan menjadikan rasa takut itu sebagai alasan untuk tetap diam ditempat, ataukah sebagai daya dorong untuk mengembangkan diri agar bisa menjadi pribadi yang lebih besar. Pilihan itu menghasilkan sebuah perbedaan bermakna. Orang-orang yang terkurung dalam ketakutan tidak akan pernah keluar dari penjara aman yang dibuatnya sendiri. Sedangkan orang-orang yang terdorong oleh rasa takut proporsional justu semakin bersemangat untuk terus mengembangkan diri. Saya melihat akar bonsai itu memberontak keluar dari pot kecilnya. Bahkan ada bagian pot yang retak. Terlihat sekali jika sebenarnya bonsai itu ingin tumbuh membesar seperti yang seharusnya. Bagaimana dengan kita? Apakah kita menggeliat mencari tantangan lebih besar ataukah justru diam saja ditempat berhambatan kecil? Kita kalah oleh tanaman jika demikian. Tantangan besar sering tidak datang dengan sendirinya. Maka seperti akar bonsai itu, kita sendirilah yang harus mencarinya keluar dari tempat persembunyian. Banyak atasan yang enggan memberi penugasan besar kepada orang-orang tertentu. Mengapa? Karena kebanyakan orang memiliki seribu satu alasan untuk menolaknya. Kita? Karus seperti akar itu. Mendatanginya. Dan mempersiapkan keterbukaan diri untuk menerima tantangan besar.
 
3.      Pancinglah kesempatan besar dengan umpan yang besar. Bayangkan jika Anda berharap bisa menangkap hiu, namun Anda menggunakan sampan kecil. Dengan kondisi seperti itu, didatangi oleh hiu justru sangat berbahaya. Banyak kejadian yang patut kita ambil hikmahnya. Misalnya orang-orang yang mendapatkan jabatan atau tanggungjawab yang 'terlalu besar' dibandingkan dengan kapasitas dirinya yang kecil. Mereka berambisi untuk mendapatkan ikan besar, tapi lupa untuk memperbesar alat pancingnya. Mereka berambisi mendapatkan jabatan tinggi, tapi lalai mengimbanginya dengan kapasitas dan kemampuan diri yang juga tinggi. Akhirnya? Kinerjanya buruk. Frustrasi. Dilecehkan kolega dan bawahan. Lalu, melarikan diri ke tempat lain karena sudah tidak sanggup lagi mengatasi tantangan yang dihadapinya. Ditempat baru, kejadiannya tidak jauh berbeda. Pasti akan terulang lagi. Kecuali jika mereka kembali memasuki kolam kecil yang sesuai dengan kapasitas dirinya. Sebaliknya jika penugasan besar itu diberikan kepada orang-orang yang memiliki kapasitas diri yang besar. Dia tentu bisa mengembannya dengan sebaik-baiknya. Jadi, jika ingin mendapatkan tanggungjawab yang besar, kita mesti belajar untuk terlebih dahulu membuat kapasitas diri kita tambah besar. Karena, hanya orang besar yang layak mendapatkan kesempatan besar.
 
4.      Besarkanlah kapasitas diri dengan kemauan sendiri. Saya berani mengatakan bahwa Anda tidak bisa mengandalkan proses pengembangan kapasitas diri Anda kepada atasan Anda. Mengapa? Karena proses pengembangan diri itu harus dimulai dari kesadaran yang datang dari diri Anda sendiri. Atasan Anda hanya bisa memfasilitasi prosesnya, atau merekomendasikan program pelatihannya, atau sekedar menyediakan budgetnya. Apakah Anda berhasil mengembangkan kapasitas diri itu atau tidak, atasan Anda tidak memiliki kuasa untuk itu. Faktanya? Banyak orang yang ikut suatu pelatihan namun tidak menerapkan ilmu yang diperolehnya di tempat kerja. Banyak juga bawahan yang mengelak untuk mendapatkan penugasan menantang yang sebenarnya merupakan kesempatan bagi mereka untuk berkembang lebih cepat. Bukankah kita sering mengomel kalau diberi tugas yang sulit? Padahal kita tahu bahwa pengalaman adalah bekal yang paling relevan, berdampak, dan berdaya guna. Dan itu tidak bisa kita raih selain dengan menjalaninya sendiri. Kebanyakan orang langsung nyantai begitu pekerjaannya selesai. Banyak juga yang sengaja melambat-lambatkan pekerjaanya dengan maksud menghindari penugasan lainnya. Tapi seorang staff memiliki kemauan yang sedemikian kuat untuk berkembang lebih pesat. Dia beristirahat hanya pada waktunya istirahat. Lalu berpindah dari tugas yang satu kepada tugas yang lain. Setahu saya, karir orang ini melejit sangat cepat. Bahkan melampaui posisi mantan atasannya. Mengapa hanya dia yang begitu? Apakah atasannya pilih kasih? Tidak. Itu karena memang dia memiliki kemauan untuk memperbesar kapasitas dirinya sendiri.
 
5.      Raihlah kesempurnaan dengan proses pencarian tanpa henti. Orang-orang yang merasa dirinya sudah sempurna pasti jauh dari kesempurnaan. Mengapa? Karena tidak ada satu hal pun dimuka bumi ini yang benar-benar statis. Semua bergerak secara dinamis. Bahkan benda-benda yang terlihat diam pun sebenarnya bergerak. Apakah secara absolut pada tingkatan atomiknya, maupun secara relatif dalam tingkatan kosmiknya. Segala sesuatu yang hari ini kita kira sebagai puncak pecapaian, akan segera kadaluarsa lalu digantikan oleh pencapaian lain yang jauh lebih bernilai. Kesempurnaan pencapaian diri kita itu laksana undakan anak tangga. Setiap kali kita menanjak naik, posisi kita memang menjadi lebih tinggi. Namun kita tidak benar-benar sampai ke puncak tertinggi. Jika kita berhenti pada anak tangga itu, maka kita hanya akan bisa mencapai setinggi itu. Lihatlah satu anak tangga lagi, maka kita akan tahu bahwa meski sudah tinggi tapi kita belum cukup tinggi. Naiklah lagi, dan posisi kita lebih tinggi lagi. Naiklah lagi, dan naiklah lagi. Itulah satu-satunya cara untuk menapaki ketinggian nilai-nilai kemanusiaan diri kita sendiri. Yaitu dengan pencarian yang tanpa henti. Sebagai imbalannya, setiap penemuan yang kita dapatkan itu semakin mendekatkan diri kita pada kesempurnaan diri. Karenanya, kesempurnaan hanyalah milik para pencari tanpa henti.
Banyak karyawan yang sangat senang dengan penugasan ringan. Mereka merasa nyaman dengan segala kemudahan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Padahal, justru kondisi itu sangat membahayakan karir mereka sendiri. Tugas-tugas ringan yang kita dapatkan dari pekerjaan tidak ubahnya seperti pot-pot kecil yang akan menghalangi pertumbuhan akar, dahan dan ranting-ranting kapasitas diri yang besar. Jika pohon beringin yang bisa tumbuh puluhan meter pun bisa dikerdilkan untuk menjadi hanya 15 senti, maka kapasitas diri kita yang sangat besar itu pun pasti bisa dikerdilkan hanya dengan cara memberinya tugas-tugas yang kecil. Maka mulai sekarang, berhentilah merasa nyaman dengan tugas-tugas kecil.  Dan mulailah untuk memberikan pohon kapasitas diri Anda tanah yang luas dan besar agar bisa tumbuh hingga sebesar-besarnya.
 

Apa Sikap Anda Terhadap GOSIP ?

 

Seseorang menceritakan gosip mengenai rekan kerja dan pimpinannya. Dalam beberapa hari saja, dengan cepat seluruh

orang di perusahaan tersebut mengetahui ceritanya. Tentu saja rekan kerja dan pimpinan yang namanya tersebut dalam

rangkaian cerita  merasakan kecewa dan sakit hati.

Beberapa hari kemudian, karyawan yg menyebarluaskan gossip tersebut menyadari bahwa ternyata cerita itu hanya

Isapan jempol semata alias gosip dan cerita itu tak benar.

Dia sangat menyesal, lalu datang kepada seorang sahabat yang bijaksana untuk mencari tahu apa yang harus dilakukannya

Untuk memperbaiki kesalahannya itu.

Sahabat yang bijak itu berkata, "Pergilah ke pasar atau supermarket dan belilah 1 buah kemoceng bulu ayam", "kemudian

dalam perjalanan pulang dari pasar ke rumah atau kantor, cabutilah bulu ayam di kemoceng & buanglah satu persatu

disepanjang  jalan menuju pulang."

Meski kaget mendengar saran itu, si penyebar gosip tetap melakukan apa yg disuruh kepadanya.

Keesokan harinya karyawan tersebut melaporkan apa yg sudah dilakukannya.

Sahabat bijak itu berkata lagi, "Sekarang pergilah dan kumpulkan kembali semua bulu ayam yg kamu buang kemarin

Dan bawa kepadaku"

Karyawan itu pun menyusuri jalan yg sama, tapi angin telah melemparkan bulu-bulu itu ke segala arah.

Setelah mencari selama beberapa jam, ia kembali dengan tiga potong bulu saja.

"Lihat kan?" kata sahabat bijak itu, "sangat mudah melemparkannya, namun tak mungkin mengumpulkannya kembali,

begitu pula dgn gossip. Tak sulit menyebarluaskan gossip, namun sekali gossip terlempar, 7 ekor gajahpun

tak mampu menariknya kembali."

PESAN MORAL dan cerita singkat diatas

Jika dianalogikan dengan sesuatu bergosip dimpamakan seperti orang yang senang memakan daging saudaranya yang sudah mati. Secara kasat mata, bergossip menggunakan lidah yang  hanyalah bagian kecil dari organ tubuh manusia. Ia lentur, tidak bertulang. Namun, dibalik 'kelembutannya' itu, tersimpan kedahsyatan yang mampu menghantarkan seseorang  ke pintu gerbang kebahagiaan, sekaligus bisa menjerumuskan si empunya  ke dalam kehinaan hidup "Wahai lisan, ucapkanlah yang baik-baik, niscaya kamu akan beruntung! Diamlah dari mengucapkan yang buruk,buruk, niscaya kamu akan selamat sebelum menyesal!"

Ibarat laksana sebuah pedang yang terhunus, ia akan bermanfaat ketika si pemilik memanfaatkannya untuk sesuatu yang berguna. Begitu pula sebaliknya, ia justru akan berubah menjadi beban siapa saja, ketika ia tidak mampu memanfaatkannya dengan baik, atau menggunakan  untuk 'membabat' siapa/apa saja, tak peduli dirinya sendiri. Tentu yang demikian ini, sangat membahayakan bagi keselamatan dirinya, ataupun orang lain di lingkungan kerja atau dimanapun. begitulah kira-kira analogi dari pada lisan.

Dan perlu diketahui, sejatinya lisan itu lebih berbahaya dari pedang, lebih beracun dari pada bisa, sebab, ia bisa membunuh  tanpa harus melukai, bisa melumpuhkan, tanpa ada perlawanan (fisik). Kenapa?, karena lemparan peluru-peluru (baca: kata-kata) nya, langsung menghujam pada titik kelemahan manusia, hati.

Diantara wujud kesempurnaan yang hakiki sebagai seorang manusia adalah yang mampu menjaga, memelihara dan menjunjung tinggi kehormatan, harga diri, harkat dan martabat orang lain secara adil dan sempurna. Kehormatan dan harga diri merupakan perkara yang prinsipil bagi setiap manusia. Setiap orang pasti berusaha untuk menjaga dan mengangkat harkat dan martabatnya. Ia tidak rela untuk disingkap aib-aibnya atau pun dibeberkan kejelekannya. Karena hal ini dapat menjatuhkan dan merusak harkat dan martabatnya di hadapan orang lain. Hindarilah jauh-jauh untuk melakukan perbuatan yang dapat menjatuhkan, meremehkan, atau pun merusak kehormatan orang lain siapapun dia. Karena tidak ada seorang pun yang terjaga dari kesalahan dan lepas dari segala kekurangan dan kelemahan.

Suatu fenomena yang lumrah terjadi baik di masyarakat, di lingkungan kerja, atau dimana pun hal ini cenderung disepelekan dan mudah sekali terjadi dalam keseharian kita, padahal akibatnya cukup besar dan membahayakan, karena dengan perbuatan ini akan tersingkap dan tersebar aib seseorang, yang akan menjatuhkan dan merusak harkat dan martabatnya.

"Lidah memang suatu anggota yg kecil, tapi sangatlah besar pengaruhnya". Bila kita salah menggunakan, maka hancurlah semua yg ada disekitar kita. Lidah yang lembut adalah pohon kehidupan, tapi lidah yg buruk  akan melukai hati orang lain! kita harus berbicara yang baik dan benar atau lebih baik diam jika tak mampu. 

Bergosip adalah penyakit lisan, yang bisa membahayakan nasib kita (si empunya lisan) dan orang lain. Senantiasa meminta pertolongan kepada Yang Maha Kuasa  atas bahaya lisan kita  dan berfikir terlebih dahulu (akan manfaatnya atau dampak negatif yang diakibatnya) sebelum bertutur. Ketika kita menyadari akan kekeliruan ucapan kita, cepatlah sadari, dan berjanji untuk tidak mengulanginya. Jauhkanlah diri dari kebiasaan mengucapkan hal-hal yang tidak bermanfaat dan sebainya tidak berbicara berlebihan atau melebih-lebihkan sesuatu.

 

Gaya Steve Jobs

by. lilik agung  

(Tulisan saya tentang Steve Jobs. Saya nukil dari buku saya "CEO Wisdom-Belajar dari 26 Pemimpin Asli Indonesia." Semoga analisis saya salah)
 
Gaya Steve Jobs
Ketika International Herald Tribune menulis dengan kepala berita "Apple Melengserkan Microsoft dengan Satu Usapan Jari," maka dunia bergetar. Ulasan panjang  tentang kedigdayaan Apple muncul bak cendawan di musim panas pada hampir media diseluruh dunia. Tak terkecuali, diskusi hangat muncul tanpa bisa dicegah pada jejaring sosial. Microsoft dengan Bill Gates-nya yang langganan menjadi perusahaan pilihan dan orang paling kaya di muka Bumi, dikabarkan menuju senjakala. Alias akan terlibas dengan ekspansi cerdas ala Apple. Namun benarkah demikian?
Apple adalah Steve Jobs. Dan Steve Jobs adalah Apple. Inilah adagium yang tak terbantahkan. Benar bahwa Steve Jobs pernah didepak dari Apple, yang tak lain kerajaan bisnis yang didirikan. Sejenak berkarya di Pixar, akhirnya Steve Jobs putar haluan menuju kerajaan yang dibesarkan. Ketika Steve Jobs berkutat dengan Apple lagi, dunia kemudian mencatat dengan tinta emas produk-produk inovatif karyanya. Muncullah iPod, iTunes, iPhone dan yang paling gres iPad yang benar-benar menyihir dunia.
Inovasi ala Steve Jobs memang renyah. Serenyah ketika kita menggigit buah apel yang baru dipetik dari pohon. Memakai produk-produk keluaran Apple tidak saja memberi sensasi baru terhadap kecanggihan penemuan teknologi. Lebih dari itu produk Apple menawarkan rasa bangga kepada konsumennya yang tidak dipunyai para pesaingnya. Logo Apple menganga bekas gigitan yang menyala dari laptop para pemakainya pada sebuah cafe, menandakan bahwa si pemakai merupakan manusia urban yang pantas duduk di cafe sambil menyeruput segelas cappucino. Pun menulis kajian bisnis dengan menyebut nama Steve Jobs seakan-akan memberi keabsahan bahwa risalah bisnis itu ilmiah, terbarukan dan bernas.
Apple adalah Steve Jobs. Dan Steve Jobs adalah Apple. Merupakan perpaduan yang sangat kuat dan memberi nilai lebih pada keduanya. Namun perpaduan ini sekaligus menyisakan rongga menganga seperti logo Apple. Bila tidak diantisipasi dengan segera, rongga ini akan membesar dan kemudian menelan habis buah apel. Mengapa demikian? Seperti banyak terjadi pada berbagai perusahaan besar, ketika sang CEO (atau pemilik atau pendiri) yang identik dengan perusahaan bersangkutan lengser, lengser pula kedigdayaan perusahaan. Apalagi jika sang pemimpin tidak menyiapkan regenerasi dengan matang.
 
Gaya kepemimpinan Steve Jobs sangat urakan. Dia menyempal dari mainstream utama gaya kepemimpinan seperti lazim terjadi pada perusahaan. Ribuan referensi menyoal kepemimpinan mungkin belum ada yang bisa membidik secara jernih gaya kepemimpinan Steve Jobs. Jika referensi menyebut bahwa para pemimpin hebat selalu mengedepankan respek kepada orang lain, memuji dan memotivasi anak buah, maka yang terjadi pada diri Steve Jobs bertolak belakang. Alih-alih memberi respek, Steve Jobs suka memaki-maki anak buahnya. Bahkan dalam berbagai video yang beredar, tak segan Steve Jobs bertanya hal yang tidak relevan dengan pekerjaan. Calon karyawatinya dalam sesi wawancara pernah ditanya masih perawan apa tidak. Walaupun Steve Jobs tidak bermaksud untuk melecehkannya.
 
Gaya urakan ala Steve Jobs ketika diimbangi dengan kompetensi jauh diatas rata-rata memang akan memberi nilai tambah. Bahkan urakannya Steve Jobs menjadi merek dagang tersendiri bagi Apple. Produk-produk keluaran Apple mendapat amunisi nan menggelegar ketika kuli tinta memberi ulasan sisi lain dari kepemimpinan Steve Jobs.
 
Sayang kejeniusan Steve Jobs tidak bisa dikloning kepada anak buahnya. Takdir Ilahiah ini hanya dinikmati Steve Jobs seorang. Sementara gaya kepemimpinan mainstream yang sudah teruji melintasi waktu dapat diduplikasi pada organisasi. Pelatihan, workshop, magang atau mentoring tentang kepemimpinan yang masif dilakukan perusahaan untuk menghasilkan calon pemimpin selalu bersandar pada gaya kepemimpinan mainstream. Gaya kepemimpinan urakan ala Steve Jobs hanya bisa dijalankan oleh Steve Jobs sendiri. Menduplikasinya jelas sebuah pekerjaan sia-sia yang berujung pada kegagalan.
 
Pada konteks ini yang menyebut Microsoft sedang berada dalam senjakala bisnis menjadi tidak relevan. Benar bahwa 'satu usapan jari' yang diciptakan oleh Steve Jobs membuat posisi Microsoft terancam. Namun yang luput dari perhatian para cerdik pandai, Microsoft tidak saja mengembangkan software, namun juga serius mengembangkan brainware (humanware) bernama pemimpin. Bill Gates memutuskan lengser untuk kemudian berkiprah dalam organisasi sosial. Apa yang terjadi sepeninggal Bill Gates? Microsoft justru semakin mengkilap kinerjanya dibawah CEO Steve Ballmer. Pada saat bersamaan Steve Ballmer sudah mempersiapkan putra mahkota apabila dia sewaktu-waktu meninggalkan kursi nyaman CEO.
 
Hal demikian tidak terbayangkan terjadi pada Apple. Apabila sewaktu-waktu Steve Jobs lengser dari tahtanya, dapat dipastikan akan terjadi keguncangan maha hebat. Dan mendengar pengakuan jujur dari Steve Jobs bahwa
 

RIP Steve Jobs | 3 Inspirasi

by.  Budi Setiawan 

Pagi ini ketika berangkat kerja, aku mendengar dari radio berita mengejutkan,Steve Jobs (56 tahun) meninggal dunia. Apa yang bisa kita pelajari dari Steve Jobs? 

Aku mengenal Apple sejak SMP tapi menjadi pengguna ketika Apple meluncurkan Macbook White. Sekarang, produk Apple yang aku mampu beli dan gunakan hanyalah Macbook Unibody, generasi pertama hehehe. Mengapa aku memilih Apple? Ada banyak pengalaman luar biasa dan menakjubkan ketika menggunakan produknya.


Steve Jobs adalah sosok yang luar biasa. Kiprah Steve Jobs telah banyak berdampak pada peningkatan kehidupan manusia. Dunia digital menjadi lebih baik, indah dan mudah. Steve Jobs tidak hanya menciptakan produk baru, ia mengubah lapangan permainan.

Aku sebagai blogger akan mengulas 3 inspirasi yang paling berkesan bagiku. Apa saja?

We worked hard and in ten years, Apple had grown from just the two of us in a garage into a $2 billion company with over 4,000 employees. We'd just released our finest creation, the Macintosh, a year earlier, and I'd just turned thirty, and then I got fired. How can you get fired from a company you started? Steve Jobs -Stanford commencement speech, June 2005

Menjadi pemimpin, menjadi inovator adalah menjadi sendirian. Menjadi pemimpin bukanlah menjadi orang yang disukai semua orang. Menjadi pemimpin bukanlah menyenangkan semua orang. Mengapa? Pemimpin menyaksikan masa depan dengan terang. Masa depan yang belum bisa dilihat oleh kebanyakan orang. Wajar bila pemimpin yang berani menyampaikan masa depan yang terang itu akan ditertawakan, dilecehkan dan bahkan di tendang oleh orang-orang di sekitarnya.

"You can't connect the dots looking forward; you can only connect them looking backwards. So you have to trust that the dots will somehow connect in your future. You have to trust in something — your gut, destiny, life, karma, whatever. This approach has never let me down, and it has made all the difference in my life." Steve Jobs - Stanford commencement speech, June 2005


Menjadi pemimpin bukanlah merencanakan masa depan. Tugas pemimpin bukan menyusun rencana dan mewujudkannya. Menjadi pemimpin adalah mengenali potensi semua sumber daya (manusia, teknologi, ekonomi, sosial budaya dll),  merangkai dan mewujudkannya menjadi karya terbaik. Tugas pemimpin adalah menggalang kekuatan bawahannya untuk mewujudkan sebuah impian indah.

Being the richest man in the cemetery doesn't matter to me. Going to bed at night saying we've done something wonderful… that's what matters to me. Steve Jobs - The Wall Street Journal, May 25, 1993

Menjadi pemimpin bukanlah menjadi mediocre. Menjadi orang yang melakukan setengah-setengah, mengerjakan tugas asal selesai. Menjadi pemimpin adalah melakukan aktivitas yang hebat. Sekecil atau seremeh apapun peran kita, lakukanlah secara luar biasa. Lakukan peran kecil kita hingga membuat orang menjadi takjub.

Aku pikir 3 inspirasi ini penting bagi kita, baik sebagai individu, sebagai sebuah bisnis maupun sebagai bangsa Indonesia. Selamat jalan Steve Jobs! Semoga kehidupan yang damai menyambutmu di sana.

Apa inspirasi yang anda pelajari dari Steve Jobs? 
 
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. ARTIKELIUS - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger