THINKING OUT OF THE BOX

by Brian Tracy

Improve the Quality of Your Thinking

Human beings are mental organisms. Everything we are or ever will be, will be as the direct result of the way we think. If we improve the quality of our thinking, we must improve the quality of our lives. And, there is no other way to do it.

Youth and Creativity

In one series of I.Q. tests given to children age 2 - 4 years, 95% of the children were found to be highly creative with curious, questioning minds and an ability for abstract thinking.

When the same children were tested again at age 7, only 5% still demonstrated high levels of creativity. In the ensuing years, they had learned to conform; "If you want to get along, you had better go along,"

is what they had discovered.

The Dangers of Conformity

They had learned to color between the lines, to sit in neat little rows, to do and say what the other kids did and said, and to do as they were told. Over time, they lost the wonderful fearless spontaneity of youth and learned to suppress ideas and insights that were unusual or different.

Aggressively Seek New Ideas

Most of us have had similar experiences. The "Not invented-here" syndrome in many large companies is simply the adult version of "not rocking the boat." But fortunately, since creativity is your birth right, a fundamental part of your nature, you can tap into it at any time, no matter how long it has been since you really used it.

Action Exercises

Here are two things you can do to start thinking outside of your mental box.

First, imagine that there was a vastly better, cheaper, faster way to do your job - and somebody else had already discovered it and was going to put you out of business.

Second, imagine doing exactly the opposite of what you are doing today.

Allow your mind to float freely and consider how current trends will change your business.

 

Elemen penting dalam presentasi

6 Elemen penting dalam presentasi yang efektif

Semua orang bisa berpresentasi, tapi tidak semua orang dapat presentasi dengan efektif. Ada 6 elemen penting yang anda harus perhatikan pada saat presentasi.

1.      Persiapan, ini merupakan elemen paling penting pada saat presentasi.Berapa kali anda mempersiapkan segala hal untuk presentasi anda ? Secara umum biasanya anda harus menghabiskan 30 jam untuk persiapan dan "rehearse" untuk setiap jam presentasi. Gunakan tape recorder dan videotape untuk dapat mengetahui umpan balik dari latihan presentasi anda.

2.      Berikan diri anda, jangan ragu untuk memberikan contoh dan bila perlu pengalaman anda pribadi yang mendukung materi presentasi anda. Ini merupakan cara jitu untuk melibatkan diri anda dengan audiens dan sharing dengan mereka.

3.      Tetap Relax, kondisi ini hanya bisa didapat jika anda melakukan persiapan yang cukup. Fokuslah terhadap pesan yang anda ingin sampaikan dan bukan pada audiens. Gunakan gesture yang cukup dan latih kalimat awal pembuka presentasi anda. Audiens biasanya kan menilai kita pada 30 detik awal pertama presentasi.

4.      Gunakan humor yang cukup, ini bukan berarti anda jadi pelawak di depan audiens. Buatlah humor yang alami dari pengalaman diri anda ataupun dari materi yang anda bawakan dan jangan pernah menjadikan audiens sebagai obyek lawakan anda.

5.      Gunakan gesture dan body languange, komunikasi visual jauh lebih efektif daripada suara, jadi jangan lupa untuk menggunakan gesture dan body languange. Tidak ada salahnya anda mencoba tiga tempat presentasi yakni di tengah stage, kiri stage dan kanan stage. Jika anda bergerak dari datu posisi ke posisi yang lain pastikan kontak mata anda dengan audiens selalu terjaga.

6.      Perhatikan semua detail, pastikan anda mengetahui profil audiens, jumlah audiens, waktu dan kondisi tempat presentasi. Pastikan anda membawa alat bantu visual dan handout untuk mempermudah presentasi anda.

 

The Power of Action

By Jazak Yus Afriansyah

Kekuatan Tindakan

"Action speaks louder than speak it's self" tindakan berbicara lebih keras daripada hanya

bicara, demikian sebuah pepatah bijak menyadarkan kita betapa pentingnya kita bertindak.

Dalam kehidupan sehari-hari pepatah ini memang benar adanya, kualitas pribadi seseorang

diukur dari perbuatannya, dalam konteks profesional adalah kinerjanya, bukan dari

bicaranya.

Mengapa Tindakan?

Rencana yang sebagus apapun, tidak akan menghasilkan apa apa bila tidak dinyatakan

dalam tindakan.

Walaupun nantinya kita akan berubah arah bisnis, atau akan menemui kegagalan, atau akan

menghadapi kesulitan, kita tetap harus melakukan tindakan secara terus menerus untuk bisa

sampai pada tujuan kesuksesan kita.

Kita harus kuat secara constant menghadapi C-R-A-P (Criticism, Rejection, Assholes,

Pressure) dan terus mengerjakan pekerjaan kita dengan penuh antusias.

Hidup hanyalah perjalanan, yang ditaburi mimpi, diisi keberanian, dan dinyatakan dalam

tindakan.

Tindakan Mendekatkan Impian dengan Kenyataan

Tidak akan ada kebahagiaan pada pribadi-pribadi, dimana ada jarak yang besar antara yang

dipercayainya dan yang dilakukannya

Perbedaan antara yang dipercayainya atau yang diyakininya dengan yang dilakukannya bisa

mengindikasikan besarnya keraguan mengenai haknya untuk berhasil atau bisa juga

mengindikasikan sesuatu yang paling umum yaitu rendahnya kesungguhan untuk menjadi

pribadi yang dikatakannya untuk berprilaku sesuai dengan yang diyakininnya atau untuk

menjadi kebaikan yang dikatakannya

Sehingga hidupnya penuh dengan kegelisahan antara yang harus dikatakannya dan yang

harus dibuktikannya dengan yang ternyata sedikit dibuktikan oleh tindakannya

Rencana-rencana besar, keyakinan-keyakinan besar menuntut adanya tindakan-tindakan

besar itu sebabnya ia merasa gelisah, dan bahkan merasa tertekan karena tindakantindakannya

yang kecil tidak cukup memberinya nilai untuk menjadi pribadi yang pantas bagi

yang diyakininya, bagi yang dipercayainya

Jadi, tidak akan ada kebahagiaan pribadi-pribadi, dimana ada jarak yang besar antara yang

dipercayainya dan yang dilakukannya

 

 

Select Your Company Carefully by Brian Tracy

By: Brian Tracy

Only the truly competent individual can be free of politics in an organization. When you're really good at what you do, you can rise above politics. It's the mediocrities at work who have to play games and every study shows that although they sometimes succeed in the short-term, they invariably fail when everyone figures them out.

Do What You Have To Do
Select your work carefully and if you don't love what you're doing enough to want to be the best at it, get out! Flee from the boring or unsatisfying job as you would from a burning building. Working at something you don't care about is the very best way to waste your life. Remember, this life is not a rehearsal for something else.

Look for Pay for Performance
One key to getting onto the fast-track is for you to work for the right company and the right boss. The right company is one that respects its people and practices pay for performance. The right company is dynamic, growing, open to new ideas, and full of opportunities for people with ambition and initiative.

How to Make Progress
A woman spoke to me at a seminar recently and reminded me that she had asked me a question at a seminar about two years ago. She had told me that she was very ambitious and hard-working but that she wasn't making any progress in the large company where she worked. She felt it was because most of the senior executives were men in their fifties and sixties and that women had a hard time getting into positions of responsibility. What could she do?

Change Jobs When Necessary
I told her quite frankly that there was nothing she could do. The senior executives and the company were not going to change. If she was really as capable as she said, I told her to find a job with a young, growing company that wouldn't care whether she was a woman as long as she could do the job.

A Success Story
She told me that she had followed my advice, quit her job, much to the disapproval of her co-workers, and found a job with a small growing company - and it was exactly as I had said. She had been promoted twice in the last 14 months and was already earning 40% more than her best year with her previous company.

Action Exercises
Here are two things you can do to assure that you are in the right position.

First, make sure that you really enjoy your work and that you do it well. You will never be successful at a job that you don't like.

Second, be sure that there are lots of opportunities for you to grow, develop and advance in your company. Your future is too valuable to waste where there is no future.

 

Cukup Besarkah Kapasitas Diri Anda?

 
Kita sudah sering mendengar keluhan bahwa semakin hari pekerjaan kita
menjadi semakin banyak saja. Padahal, pilihan hidup kita untuk
menjadi pekerja mestinya diikuti oleh kesadaran bahwa tidak ada
satupun perusahaan dimuka bumi ini yang mencanangkan pertumbuhan
negatif dari setiap portofolionya. Dan itu selalu berarti tantangan
tahun ini lebih besar dari tahun sebelumnya. Selain itu, kita
sendiripun selalu menuntut lebih banyak kepada perusahaan. Buktinya,
setiap tahun kita menghendaki kenaikan gaji. Jadi, wajar jika kita
melakukan lebih banyak pekerjaan untuk perusahaan, dan perusahaan
memberi kita lebih banyak kesejahteraan. Tetapi, apakah kita memiliki
kapasitas yang cukup besar untuk menyesuaikan diri dengan
bertambahnya tuntutan perusahaan?

Anda tentu mengenal karet gelang. Kalau kita membeli nasi bungkus,
biasanya bungkusan itu diikat oleh karet gelang. Dijaman saya masih
kecil dulu; karet gelang bukan sekedar alat untuk mengikat sesuatu,
melainkan alat permainan yang mengesankan. Karet gelang bisa
digunakan untuk permainan apa saja. Mulai dari lompat tali, gitar-
gitaran, pistol-pistolan, ketapel, dan adu tiup serta permainan lain
yang jenisnya begitu banyak. Saya tidak menemukan bahan lain yang
bisa digunakan untuk beragam permainan seperti karet gelang.

Namun, dari sekian banyak kegunaan karet gelang, ada satu karakter
menarik yang dimilikinya. Yaitu; kemampuannya untuk memanjang
mengikuti tarikan atau regangan. Tiba-tiba saja saya menyadari bahwa
karet gelang itu menyimpan sebuah pelajaran penting bagi kita. Yaitu,
tentang kapasitas diri kita. Perhatikanlah, sebuah karet gelang
terlihat begitu gemulai. Namun, dibalik kegemulaiannya itu dia
menyembunyikan kapasitas diri yang sangat hebat. Ketika karet gelang
dihadapkan kepada benda yang jauh lebih besar dari lingkarannya, maka
dia mengerahkan 'potensi simpanannya' untuk mengimbangi besarnya
tuntutan itu. Dengan begitu, dia selalu bisa menyesuaikan diri
terhadap ukuran benda yang harus diikatnya. Dia bisa beradaptasi
terhadap regangan yang diterimanya. Dengan kata lain, sebuah karet
gelang mempunyai kapasitas diri yang lebih besar dari sekedar keadaan
yang terlihat dari luar.

Didalam pekerjaan kita pun demikian. Orang-orang yang memiliki
kapasitas diri yang besar selalu mampu untuk menerima tantangan yang
lebih besar. Ajaibnya, semakin besar tantang yang diterimanya;
semakin besar juga kapasitas dirinya. Sehingga semakin hari, orang
ini menjadi semakin hebat saja. Dan, karena dia menjadi semakin
hebat; maka perusahaan memberi dia semakin banyak. Maka terjadilah
keadaan yang saya sebut sebagai 'satisfaction circle'. Tantangan yang
besar menjadikan kapasitas diri semakin besar. Kapasitas diri yang
besar menghasilkan kinerja yang tinggi. Kinerja yang tinggi mendorong
kompensasi dan imbalan yang tinggi. Imbalan yang tinggi melahirkan
semangat kerja yang tinggi. Semangat kerja yang tinggi mendorong
orang untuk terus meningkatkan diri. Meningkatkan diri memperbesar
kapasitas diri. Begitu seterusnya, sehingga timbulah kepuasan disisi
karyawan dan perusahaan.

Sedangkan orang-orang yang memiliki kapasitas diri yang kecil; tidak
akan mampu untuk mengakomodasi tuntutan perusahaan yang semakin hari
semakin meningkat. Dengan demikian, orang ini dengan cepat akan
sampai kepada keadaan yang biasa kita sebut sebagai 'mentok'. Para
praktisi pengembangan sumberdaya manusia percaya bahwa orang-orang
yang 'sudah mentok' tidak bisa dikembangkan lagi. Sehingga, bagi
mereka hanya ada 2 alternatif; yaitu, dipertahankan untuk mengerjakan
pekerjaan-pekerjaan rutin. Atau, segera dirumahkan karena tidak dapat
mengikuti perkembangan perusahaan.

Oleh karena itu, kita tidak memiliki pilihan lain selain memastikan
bahwa kapasitas diri kita cukup besar untuk mengakomodasi tuntutan
perusahaan. Untuk itu, ada beberapa langkah penting yang perlu kita
lakukan.

Pertama, memahami bahwa pengembangan diri adalah tanggungjawab
pribadi. Kitalah yang harus mendorong proses pengembangan diri itu.
Bukan menunggu orang lain atau perusahaan yang melakukannya untuk
kita. Mengapa? Karena orang lain belum tentu mempunyai komitmen yang
tinggi untuk mengembangkan diri kita. Dan perusahaan memiliki banyak
keterbatasan untuk menginvestasikan dana bagi perkembangan semua
karyawannya.

Kedua, menantang diri sendiri. Banyak orang yang senang jika diberi
pekerjaan yang gampang. Padahal itu berbahaya. Sebab, bukannya
bertambah kapasitas diri mereka; melainkan semakin berkurang.
Sebaliknya, kita mesti memastikan bahwa diri kita selalu dikondisikan
menangani pekerjaan-pekerjaan sulit. Agar semakin hari keterampilan
kita semakin meningkat. Dan kualitas diri kita semakin tinggi.
Sehingga, kapasitas diri kita semakin besar dari hari ke hari.

Ketiga, lakukan semuanya itu secara konsisten. Kita tidak bisa
berhenti untuk berkembang. Sebab, berhenti adalah awal dari sebuah
kemunduran. Mobil yang terus maju tanpa henti tidak akan bisa mundur.
Sebab, sebelum mundur dia harus terlebih dahulu berhenti. Begitu juga
dengan kita. Jika kita bisa memastikan untuk terus bertumbuh tanpa
henti, maka kita akan terhindar dari kemunduran. Dengan begitu, kita
akan selalu mampu untuk meningkatkan kapasitas diri kita.

Dan, seperti karet gelang; kita jadi mempunyai kemampuan untuk
menyesuaikan diri dengan tuntutan perusahaan. Sehingga, para pemimpin
diperusahaan menyimpulkan bahwa kita adalah orang-orang yang bisa
diandalkan. Dan layak mendapatkan kesempatan.

 

Menemukan Wilayah Sukses

oleh: Habiburrahman El Shirazy (Penulis Novel Ayat Ayat Cinta)

Ini sepenggal kisah menarik dari salah satu ilmuwan besar abad ke-20,namanya Paul Adrien Maurice Dirac.Dunia mengenalnya sebagai fisikawan Inggris yang dianugerahi Hadiah Nobel dalam Fisika 1933 bersama Erwin Schr���蜴艱鬯�岱昭岱笑癜�堤鱇��鈑�瘉蜥��択蜩��鞜籬�弘�粡諷釶�黼矚艨��纃矚鈑��癆纃癆蜍��闥�辣諱鉗�謨瘤��ぢ容fek fisik bagian terkecil atom.Dirac menyelesaikan pendidikan dasarnya bukan pada bidang matematika, tetapi teknik elektro. Meskipun mendapat peringkat sangat bagus di kelasnya,dia merasa tidak begitu bagus dalam bidang tersebut. Bahkan guru-gurunya, sebagaimana ditulis oleh JG Crowther dalam biografi Dirac, sama sekali tidak menganggapnya sebagai seorang jenius.

Akhirnya dia pindah bidang dan wilayah yang lebih sesuai dengan jiwanya.Sejarah mencatat, dia mengambil keputusan yang tepat. Setelah masuk jurusan matematika di Boston University dan melanjutkan ke St.John痴 College,Cambridge, Dirac dapat membuktikan bahwa dirinya memiliki kekuatan intelektual luar biasa.

Pada usia 24 tahun, Dirac menyelesaikan PhD-nya dari Universitas Cambridge. Di bidang matematika, Dirac menemukan bakat dan wilayah suksesnya.Keberhasi lannya sebagai ahli matematika fisika sangatlah hebat.Setelah membawa makalah pertama Werner Heisenberg mengenai mekanika kuantum pada 1925, Dirac segera merancang teori yang lebih umum dan pada tahun berikutnya merumuskan kaidah ekslusi Wolfgang Pauli menurut prinsip mekanika kuantum.

Dia mempelajari perilaku statistik partikel yang memenuhi asas Pauli,seperti elektron. Hal itu juga dipelajari secara independen oleh Enrico Fermi beberapa waktu sebelumnya. Hasilnya disebut statistik Fermi-Dirac untuk menghormati mereka berdua. Pada tahun 1928, Dirac memublikasikan teori 殿ngka p-q・ sebuah 鍍eknik matematika yang sangat murni dan elegan・

Pada kajiannya,Dirac begitu teliti mempelajari gabungan teori relativitas khusus dan teori kuantum sehingga menghasilkan teori elektron yang memungkinkan penjelasan spin dan momen magnetik elektron serta meramalkan keberadaan elektron yang bermuatan positif (positron).Partikel itu kemudian ditemukan CD Anderson dari Amerika Serikat pada 1932. Pada tahun 1930, Dirac memublikasikan bukunya tentang mekanika kuantum, yang segera menyedot perhatian para ilmuwan.

Pada tahun 1930, ketika belum sampai berumur 30 tahun, Dirac diangkat menjadi guru besar di Cambridge dengan gelar Lucasian Professor of Mathematics, sebuah jabatan yang pernah diduduki Isaac Newton.Dan ketika ia menerima Hadiah Nobel pada tahun 1933, namanya semakin kokoh sebagai salah satu ilmuwan paling berpengaruh pada abad ke-20. Yang menarik dari kisah hidup Dirac, menurut saya, adalah keputusan Dirac untuk tidak berhenti begitu saja setelah menyelesaikan pendidikan S-1-nya di bidang teknik elektro.

Dia mungkin saja bisa sukses di bidang itu,tapi ia merasa itu bukan wilayah terbaiknya.Dia memenuhi panggilan terkuat dari minat dan bakatnya yaitu matematika. Dia bekerja keras dalam bidang yang diminatinya itu, dan dia berkembang dengan pesat. Dirac bahkan mampu melahirkan kecerdasan inovatif yang mengagumkan dalam bidang yang dicintainya itu. Sebagaimana Dirac, banyak sekali di dunia ini orang-orang yang sukses karena berani mengambil keputusan untuk masuk dalam wilayah yang paling sesuai dengan jiwa dan minatnya.

Orang-orang yang mampu menemukan wilayah suksesnya sendiri,tanpa ikut-ikutan orang lain. Pada bidang yang lain, di negeri ini, Taufiq Ismail adalah sastrawan besar yang menjadi kebanggaan bangsa Indonesia. Seorang Taufiq Ismail,kini dikenal sebagai sastrawan terkemuka yang berhasil karena keberaniannya untuk hidup dalam bidang yang paling diminati dan dicintainya yaitu sastra.Taufiq Ismail menyelesaikan pendidikannya sebagai dokter hewan. Namun dia merasa bukan di situ wilayah terbaiknya untuk sukses.Dia berpindah untuk menekuni sastra.

Dan dia berhasil.Dia dikenal sebagai seorang sastrawan besar yang namanya akan terus dikenang dalam sejarah sastra Indonesia. Seandainya Taufiq Ismail berhenti mencari wilayah terbaiknya untuk sukses, Ind o - nesia kemungkinan besar tidak akan pernah mendengarkan lagu-lagu penyejuk kalbu yang indah seperti Aisyah Adinda Kita, Sajadah Panjang, dan sebagainya.

Juga tidak akan mendengar puisi-puisi berjiwa dalam Tirani dan Benteng. Pada hari Sabtu kemarin, 20 Desember 2008, saya berjumpa dengan Deddy Mizwar dalam acara Festival Budaya Islamyang diadakan Fakultas Ilmu Budaya, UGM. Kami hadir untuk duduk bersama sebagai pembicara dalam seminar budaya.Yang menarik untuk saya catat adalah ternyata seorang Deddy Mizwar dulu pernah menjadi PNS, alias pegawai negeri sipil. Dia merasa tidak nyaman menjadi PNS. Dia merasa bukan sebagai PNS wilayah sukses terbaiknya. Akhirnya, dia keluar.

Dia menemukan jiwanya sebagai seorang aktor dan seniman.Dia berhasil. Deddy Mizwar, saat itu berseloroh pada saya,鉄eandainya tidak mengambil keputusan keluar jadi PNS,mungkin saya sudah jadi seorang lurah di suatu daerah ha ha ha.・Lain lagi dengan John Grisham.Awalnya dia berkarier di bidang hukum. Hampir setiap hari, dia berada di ruang sidang.

Dia banyak menghabiskan waktunya untuk menangani banyak kasus dan menyaksikan para pengacara tangguh memperdebatkan kasus mereka. Suatu ketika Grisham mengikuti sebuah kasus yang menginspirasikan dirinya untuk menulisnya dalam sebuah cerita. Dia pun coba-coba membuat novel.Novel itu ia beri judul Deathknell. Ia tawarkan ke beberapa penerbit, tapi ditolak. Sampai akhirnya pada Juni 1989, ada sebuah penerbit yang bersedia menerbitkannya dalam oplah yang sangat kecil untuk ukuran Amerika,hanya 5.000 eksemplar.

Penerbit itu mengubah judul novelnya menjadi A Time to Kill. Novel A Time to Kill itu, tidak bisa dikatakan sukses. Grisham sendiri mengakui dengan mengatakan,・Buku itu terjual baik dalam radius seratus mil di sekitar rumah, tapi di luar itu tidak ada yang menghiraukan.・Namun begitu, Grisham merasa telah menemukan wilayah yang sesuai dengan minatnya, wilayah terbaiknya untuk sukses. Meskipun novel pertamanya tidak dihiraukan orang,ia berani mengambil keputusan keluar dari tempatnya bekerja untuk fokus menulis novel.

Tak lama setelah itu,ia berhasil menyelesaikan novel keduanya The Firm. Novel keduanya The Firm,sukses besar. Bahkan, memecahkan rekor, selama 77 minggu berturut-turut selalu menduduki posisi atas dalam daftar best seller dunia. Sejak itu karyanya terus mengalir, dan hampir semuanya best sellerdunia. Bahkan, A Time to Kill pun kemudian termasuk novel paling diminati di dunia.

Sebagaimana Paul Dirac,Taufiq Ismail, Deddy Mizwar, dan John Grisham, sesungguhnya setiap orang memiliki wilayahnya sendiri-sendiri untuk sukses,tempat di mana dia bisa menjadi hebat. Jika seseorang belum sukses di suatu bidang, mungkin itu bukan bidang terbaiknya. Perlu tambahan ikhtiar dan keberanian mencari bidang terbaik untuk sukses.

Dan itu memerlukan keteguhan dan kekuatan prinsip untuk tidak ikut-ikutan orang lain.Karena bisa jadi wilayah sukses orang itu berbeda-beda. Saat ini jika kita lihat di sekeliling kita, budaya me too,atau budaya ikut-ikutan begitu menjamur di negeri kita. Beberapa waktu yang lalu sangat populer adanya orang sukses berbisnis tanaman hias seperti gelombang cinta dan sebagainya.Lalu orang berbondong-bondong ikut. Dan terbukti yang ikut-ikutan banyak yang rugi. Sekarang ketika kran demokrasi benarbenar dibuka, banyak yang berbondongbondong ikut-ikutan pilkada.

Bahkan, di sebuah daerah di Jawa Timur ada orang yang sudah sukses dengan usahanya,lalu ia ikut mencalonkan diri dalam sebuah pilkada. Dia kalah. Dia rugi miliaran rupiah, bahkan utangnya menumpuk. Dia stres dan bunuh diri. Nau`dzubillah min dzalik. Sekarang ini jika kita berjalan ke mana saja, ribuan wajah tidak kita kenal nampang di pinggir-pinggir jalan. Mereka mengiklankan diri untuk dipilih sebagai anggota DPR atau DPRD. Sebagian mereka sudah ada yang sukses di bidangnya,sebagian lagi ada yang coba-coba.

Sebagian ada yang benar-benar punya kemampuan dan kredibilitas untuk dipilih sebagai wakil rakyat, sebagian lagi ada yang memimpin rumah tangganya saja tidak becus.Ada yang merasa terjun dalam dunia politik adalah jiwanya, tidak sedikit yang ikutikutan. Jika bangsa ini ingin maju dan jaya,haruslah dimulai dengan mengokohkan jati diri bangsa dan rakyatnya.

Di antaranya, dengan membuang jauh-jauh budaya ikutikutan. Bangsa-bangsa besar adalah bangsa yang memiliki national building yang jelas, kokoh,dan kuat.Sekali lagi bukan ikutikutan, sebab yang cocok untuk bangsa lain belum tentu cocok untuk bangsa kita. Wallahu a`lam
 

The Power of Focus

By Jazak Yus Afriansyah

Kekuatan Fokus

Asal-usul FOKUS

Suatu saat Arjuna sedang mengikuti 1 sesi Training memanah yang dibimbing oleh Sang

Guru MahaResi Brahmajay dilapangan tembak area Istana Mardika.

, "apa yang kau lihat" ujar sang Resi, "ada pohon, buah apel, daun hijau dan

seekor burung emprit" jawab Arjuna, "turunkan panahmu", pejamkan matamu, kata sang

Resi serius, "okey sekarang angkat lagi panah-mu, apa yang kamu liat?"

"saya melihat buah apel dan burung emprit..!!" kata Arjuna, "turunkan

panahmu, pejamkan matamu" ujar Sang Resi lagi, "baik sekarang angkat lagi panahmu

dan apa yg kamu liat?" "buah apel"!! Jawab Arjuna, "lepaskan anak panahmu…sekarang

juga"! perintah sang Resi dan sesaat.."juzz" anak panahpun menancap tepat di buah apel.

Mengapa FOKUS ?

Teman-teman sekalian, jika hasil adalah orientasi anda, maka Fokus pada sasaran utama

adalah perilaku yang harus dilakukan, pada saat Arjuna melihat banyak hal, seperti buah

apel, dedaunan, burung emprit dan sebagainya, sang Resi menahan Arjuna agar jangan

melepaskan anak panah, karena saat itu Arjuna memang belum Fokus pada 1 sasaran

utama, pertanyaannya adalah mengapa?

Karena anak panah yang dimiliki Arjuna jumlahnya terbatas, sama juga

dengan suatu perusahaan, sumber daya yang dimiliki tentu terbatas dan agar setiap anak

panah atau sumber daya yang dilepaskan atau dialokasikan memberikan hasil yang

optimum, mau tidak mau kita musti Fokus pada sasaran utama atau prioritas kepada

sasaran apa yang paling berdampak pada bisnis dan kelangsungan hidup perusahaan.

Pertanyaan selanjutnya adalah mengapa dengan Fokus bisa memberikan hasil yang

optimum?

Definisi dan Kekuatan FOKUS

Kita tentunya sudah mengetahui bahwa jika sinar matahari yang ditangkap oleh lensa

cembung, kemudian sinar tersebut diarahkan pada 1 titik, katakanlah pada selembar

kertas, maka tidak lama kertas tersebut akan terbakar pada titik dimana sinar matahari

difokuskan, ini terjadi karena lensa cembung menarik dan mengumpulkan 7 frasa sinar

penyusun cahaya matahari menuju satu titik, sehingga energi panas menjadi begitu kuat

hingga mampu membakar kertas.

Fokus berarti men-sinergikan segala sumber daya yang dimiliki untuk

mencapai 1 tujuan prioritas, sehingga kekuatan sinergi ini lebih besar jika hanya 1 atau 2

sumber daya saja yang dialokasikan untuk mencapai sasaran.

Dengan Fokus akan meminimalkan kerugian, dan meningkatkan

kemungkinan berhasil mencapai sasaran bisnis, dan tentunya menghasilkan profit yang

maksimum.

 

 

 

Kisah Empat Pendekar Sakti

by Dadang Kadarusman
http://www.dadangkadarusman.com/


Beberapa waktu lalu saya menghadiri sebuah program pelatihan. Dalam
pelatihan itu para peserta diberikan kesempatan untuk mempraktekan
apa yang biasa kita sebut dengan 'mind power'. Secara teoritis, orang-
orang yang dapat menggunakan mind power dalam pelatihan itu akan
mampu untuk melakukan tiga tantangan yang tampaknya tak gampang.
Tantangan pertama menjatuhkan bola lampu dari ketinggian tertentu
menimpa keramik yang biasa digunakan sebagai lantai rumah. Tetapi
yang pecah keramiknya, bukan bola lampunya. Tantangan kedua, tingkat
kesulitannya lebih tinggi karena harus mematahkan sebatang besi
dengan menggunakan kertas koran. Dan, yang lebih sulit dari itu
adalah mematahkan sebatang pensil dengan menggunakan kertas HVS. Anda
percaya semua itu bisa dilakukan? Mind power bisa membantu
menyelesaikannya.

Ketika orang-orang mencoba semua tantangan itu, saya teringat sebuah
kisah klasik tentang seorang sakti dengan ketiga muridnya. Saat
kesaktian para muridnya sudah sangat tinggi, sang guru tahu bahwa dia
harus segera pergi. Untuk itu dia harus mempercayakan perguruannya
kepada penerusnya. Setelah itu, Sang Guru akan memasuki tahap akhir
dari misi hidupnya, yaitu; pergi melanglangbuana. Pertanyaannya
adalah; kepada siapa dia harus memberikan kepercayaan itu? Ketiga
muridnya sama-sama sakti. Sama-sama baik. Dan sama-sama hebat.
Akhirnya, Sang guru memutuskan untuk memberikan tiga jenis ujian.

Ujian pertama menjatuhkan sebutir telur dari puncak tebing menimpa
batu cadas, namun telur itu tidak pecah. Ini tugas yang paling
gampang. Kedua, mengosongkan air di telaga dengan menggunakan jari
telunjuk. Tentu yang ini agak sulit. Dan yang ketiga, membuat ukiran
hati masing-masing pada lempengan besi hanya dengan menggunakan
tatapan mata. Pastilah tantangan ketiga ini yang paling sulit
dilakukan. Sedangkan untuk meneyelesaikan semua tantangan itu, mereka
hanya diberi waktu selama tiga hari. Barangsiapa bisa menyelesaikan
ujian itu; maka dia mendapatkan warisan perguruan beserta seluruh
aset yang ada didalamnya.

Dihari yang ditentukan, para murid menghadap Sang Guru. Lalu Sang
Guru memberi kesempatan kepada murid pertama untuk menunjukkan semua
yang sudah dilakukannya. Dia membawa telur ayam itu dalam keadaan
utuh, sedangkan batu cadas yang tertimpa hancur berantakan. Pastilah
dia memiliki ilmu gingkang yang sangat tinggi sehingga bisa
dipindahkan kepada sebutir telur. Lalu, dia menunjukkan telaga yang
kering kerontang. Tak setetes pun air yang masih tersisa didalamnya.
Membuktikan bahwa dia bisa melakukan pekerjaan besar hanya dengan
menggunakan telunjuknya. Kemudian, dia menyerahkan sebongkah besi
baja yang berukir hati dengan ukuran yang sangat besar. Ini
membuktikan bahwa tatapan matanya begitu kuat sehingga baja sekalipun
tunduk kepadanya.

Sang Guru kemudian berkata; "Muridku, ukuran hati kamu begitu
besarnya. Mengapa bisa demikian?"
"Guru," sang murid sakti menjawab, "saya memiliki kebesaran hati
untuk menjalani segala sesuatu dalam hidup ini." lanjutnya. "Saya
tidak gentar menghadapi apapun. Karena saya yakin bahwa saya bisa
menyelesaikan segala sesuatu dengan baik." Dia menjelaskan dengan
semangat yang berapi-api. Sangat terasa aura kebesaran hati yang
dipancarkannya.

Murid kedua mendapatkan gilirannya. Dia menunjukkan semua bukti
kesaktiannya, seperti murid pertama. Namun, ukiran hati dalam
lempengan besi itu ukurannya sangat kecil sekali, hingga nyaris tidak
kelihatan. Sang guru bertanya;"Muridku, aku lihat ukuran hati kamu
sebegitu kecilnya. Mengapa bisa demikian?"

"Guru," jawab sang murid sakti, "ciut hati saya jika harus melakukan
suatu keburukan. Saya sangat takut kalau harus melakukan hal-hal yang
melanggar norma dan etika." Lanjutnya. "Saya tidak memiliki cukup
keberanian untuk mempertaruhkan kehormatan." Dia menjelaskan dengan
mata berkaca-kaca. Sangat terasa aura kerendahan hati yang
dipancarkannya.

Lalu, tibalah giliran murid ketiga. Dia membawa telur utuh, dan batu
karang yang hancur lebur. Dia juga menunjukkan lempengan baja yang
berlubang membentuk hati. Namun, ketika ditanya tentang telaga, sang
murid menjawab; "maaf guru, saya tidak mengosongkan telaga itu,"
katanya. "Mengapa?" begitu Sang Guru bertanya.

Sang Murid mengatakan bahwa setelah berhasil menyelesaikan tugas
paling mudah ・menjatuhkan telur diatas batu cadas ・dia berpikir
untuk langsung menyelesaikan tugas yang paling sulit, yaitu; mengukir
hati pada lempengan besi hanya dengan menggunakan tatapan mata.
Sebab, jika tugas paling mudah dan paling sulit bisa dituntaskan,
pasti tugas yang sedang-sedang saja bisa terselesaikan. "Tetapi,"
kata Sang Guru, "Kamu tetap harus membuktikannya terlebih dahulu."

"Benar, Guru," jawab sang murid. "Semula saya berpikir untuk
mengeringkan telaga itu. Tetapi," lanjutnya. "Setelah membuat lubang
tembus pandang berupa hati dibesi itu; seolah saya bisa memasukinya,
dan tiba-tiba saja saya merasakan hati saya berbicara." katanya.

"Apa yang dikatakan oleh hatimu?" tanya Sang Guru.
Sang murid menceritakan bahwa ukiran hati pada baja itu
berkata; "Setelah ujian paling sulit kamu taklukan, pastilah kamu
bisa menyelesaikan ujian yang lebih mudah. Tetapi, jika kamu
menyelesaikan ketiga ujian itu, maka kamu berubah menjadi sombong,"
katanya. "Saya tidak ingin hati ini berubah menjadi sombong,"
lanjutnya. "Jadi, saya memutuskan untuk tidak mengeringkan telaga
itu."

"Aku mengerti," kata Sang Guru. "Namun, tahukah kamu bahwa tidak
melakukannya berarti kehilangan kesempatan untuk mendapatkan warisan
perguruan?" Sang murid mengangguk. Dia menerima konsekuensi atas
keputusannya. "Bukankah kamu tahu bahwa mewarisi perguruan ini
merupakan dambaan semua orang?" Sang Guru meyakinkan. Sang murid
kembali mengangguk. "Bukankah dengan mewarisi perguruanku, kamu akan
mempunyai kedudukan tinggi dan dihormati?" Lanjut Sang Guru. Sang
murid tetap pada keputusannya; melepaskan kesempatan memiliki
perguruan itu.

Lalu, Sang Guru membagi dua perguruan itu. Setengahnya diberikan
kepada muridnya yang memiliki ukuran hati besar. Diperguruan itu,
kemudian dia mengajarkan tentang optimisme, semangat pantang
menyerah, dan kebesaran hati. Setengahnya lagi diberikan kepada
muridnya yang mempunyai ukuran hati sangat kecil. Diperguruan itu,
kemudian dia mengajarkan tentang menjaga kehormatan, menjauhi
keburukan, dan memupuk kerendahan hati. Itulah sebabnya, mengapa
sangat mudah bagi kita untuk menemukan guru yang mengajarkan tentang
kebesaran hati. Juga mudah untuk menemukan guru yang mengajarkan
tentang kerendahan hati. Dari kedua perguruan itu, orang-orang
kemudian belajar berjiwa besar dan menjaga kesucian diri. Lalu
menggabungkan kedua sikap itu untuk menjadikan dirinya; manusia
berkemampuan tinggi yang memiliki budi pekerti.

Muridnya yang ketiga? Dia tidak mendapatkan sedikitpun dari warisan
perguruan. Sebab, setiap orang harus menerima konsekuensi atas
tindakan dan keputusan yang diambilnya. Namun, dari semua yang sudah
dilakukannya, dia mendapatkan hadiah lain; Sang Guru membawanya pergi
melanglangbuana. Itulah sebabnya, guru yang membimbing kita cara
membaca isyarat hati; tidak selalu mudah dicari. Karena, guru seperti
itu jarang menetap. Mereka melanglangbuana. Menjelajah hidup. Dan tak
terikat ruang dan waktu. Namun, ketika hendak pergi, Sang Guru
berkata kepada kedua murid pewaris perguruannya; "Meskipun tak
kelihatan, namun kami tetap berada didalam hatimu." Katanya. "Jika
kalian ingin menemui kami, maka kalian tahu dimana harus
mencari...." Lalu, kedua orang sakti itu memudar. Menyatu dengan
udara. Kemudian terbang bersama angin. Mereka pergi
melanglangbuana.....
 
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. ARTIKELIUS - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger